Peristiwa Daerah

Kisah Perjalanan Panjang Dua Anak Bangsa Penemu Konstruksi Tahan Gempa 

Sabtu, 17 Juni 2023 - 09:56 | 75.53k
Penemu konstruksi tahan gempa, almarhum Ir Ryantori.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Penemu konstruksi tahan gempa, almarhum Ir Ryantori.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Miris untuk dikenang. Namun, kejadian bencana alam terdahsyat berupa gempa bumi pada 26 Desember 2014 silam tak mungkin serta merta terhapus begitu saja dari ingatan. 

Ratusan ribu korban jiwa melayang, ratusan bangunan runtuh tanpa bekas. Terkoyak gempa, tersapu ombak ganas menggulung daratan. 

Akan tetapi, pemandangan menakjubkan tersisa. Ada 32 gedung di Simeuleu Aceh terselamatkan dari kejadian alam setara ledakan 25.000 Bom Hiroshima tersebut. 

Gempa maha dahsyat 9,3 SR di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) disebut sebagai gempa terbesar nomor tiga di dunia. 

Gulungan ombak mampu mengangkat benda-benda di permukaan bumi naik ke atas setinggi hingga 30-50 meter,  setelah itu dilempar ke daratan 200-800 km/jam. 

Bahkan menurut Ahli Nuklir Rusia, kedahsyatan Tsunami Aceh memiliki perjalanan sepanjang 6.500 km dan selebar 50 km.  Jika dihitung dengan teknik tenaga nuklir, sebesar 25.000 Bom Hiroshima meledak secara bersamaan. 

Namun, Gedung RSUD, Gedung Dinas Kesehatan, gedung BAPPEDA, Gedung Pasar Simeuleu, Gedung Pemerintah Kabupaten Simeuleu dan satu blok ruko tetap berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik ketika dilanda gempa. 

Apa pasal?

Setelah ditelisik ternyata bangunan-bangunan penggunaan pondasi bernama Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL). Sebuah sistem pondasi dangkal pertama di dunia yang mampu memaksa tanah untuk berfungsi sebagai struktur tanpa membuat tanah menjadi beban. 

KSLL merupakan konstruksi komposit antara beton bertulang dan tanah. Akan tetapi, memiliki kemampuan jauh di atasnya karena tidak memikul beratnya sendiri.  Begitu ada gaya horizontal, maka massa tanah akan bekerja sehingga membuat lantai dasar menjadi satu kesatuan. 

Pada saat gempa besar, permukaan bumi bergolak seperti badai, dan gedung yang menggunakan konstruksi tersebut akan bergerak selayaknya kapal di atas lautan. 

Lalu siapakah penemu konstruksi yang telah mencetak rekor dunia sebanyak tiga kali ini? 

Ternyata mereka adalah alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), yaitu almarhum Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto.

Perjalanan penemuan KSLL ini penuh perjuangan keduanya. Awal cerita dimulai saat Ir. Ryantori melamar di sebuah perusahaan konstruksi pada tahun 1976 di Surabaya. 

"Pak Cip (Ir. Sutjipto), sehari sebelumnya melamar di situ. Beda lima angkatan dari saya. Waktu itu Pak Cip cuti kuliah dan sudah bekerja. Tahun 1976 awal beliau pindah kerja,  sehari kemudian saya melamar di tempat yang sama," cerita Ir. Ryantori saat masih hidup. 

Merekapun mendapat tantangan dari direktur teknik perusahaan tersebut karena perusahaan sedang mengalami masalah. Seluruh lantai dasar tiga proyek di Kawasan Surabaya Timur, rusak. 

"Akhirnya kami berdua ke sana. Yang menarik, dari ketiga bangunan itu dua pondasi dangkal dan satu pondasi dalam. Dua bangunan lantainya naik, satunya lantai ambles. Jadi, kesimpulannya kalau begitu harusnya gedung tidak boleh dipisahkan antara lantai dengan kolom harus satu kesatuan," ulasnya. 

Dari situlah, akhirnya mereka berdua melakukan diskusi dan berkembang menjadi sebuah penelitian untuk menemukan solusi terbaik.  "Kami diskusi hingga gayeng, cocok kayak tumbu nemu tutup. Seminggu dua kali hingga tiga kali," tambahnya. 

Sampai suatu hari, mereka membawa hasil penemuan tersebut ke kampus dan menunjukkan kepada para dosen.  Sangat disayangkan, tidak ada respon positif. Bahkan, para dosen menyebut bahwa ini bukanlah penemuan, tapi hanya akal-akalan. 

"Akhirnya kami nekat kirim surat ke semua kampus nantang untuk presentasi," kata Ir. Ryantori. 

Di salah satu kampus di Jakarta, tidak disangka mereka bertemu Prof. Dr. Ir. Rooseno yang digelari Bapak Beton Indonesia, sekaligus mantan Menteri PU pertama zaman Presiden Soekarno. 

"Terus beliau mendengarkan kami presentasi. Setelah selesai, kami dipanggil. Beliau menawarkan diri menjadi mentor. Bayangkan saja, seperti nemu durian runtuh. Wong kami ini sedang cari mentor dan ditolak di kampus," papar pria kelahiran Surabaya tersebut. 

Merekapun dimentori selama lima tahun. Pada awalnya, Prof Rooseno menyebut penemuan itu konstruksi komposit.  Hingga Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto ditugaskan mencari literatur yang berhubungan dengan komposit di Yogyakarta. 

"Dapat satu dua buku, tapi setelah jalan satu tahun beliau bilang begini, dulu saya terkecoh saya pikir ini komposit. Tapi setelah bergaul dengan kalian, ini adalah ilmu baru yang di literatur manapun tidak ada, kalau begitu kita cari rumusnya," ucap Ir Ryantori meniru perintah mentornya.  

Butuh waktu lima tahun untuk memastikan rumus serta menentukan positioning konstruksi paling tepat. Di mana co create paling cocok adalah pondasi tanggung 2-8 lantai. 

"Prof. Rooseno berpesan, jadilah raja di bangunan tanggung, karena bangunan tinggi luas tapaknya kecil," papar mendiang tatkala dijumpai di salah satu hotel bintang empat Surabaya. 

Pada tahun 1990. Ir. Sutjipto memutuskan masuk kancah politik mengusung PDIP, suaranya paling keras menjadi oposisi dari rezim Soeharto kala itu. Ia menyebut, tahu-tahu Sarang Laba-laba di-black list oleh rezim orde baru.

"Tapi, jalan Tuhan menunjukkan bahwa saat kejadian gempa di Aceh membuka mata. Ini menjadi bukti solusi tahan gempa karena tidak melawan. Pokoknya banyak hambatan di dalam perjalanan, tapi saat ini rasanya waktunya berkembang," ungkapnya.

Pria yang juga dikenal sebagai penggerak Filateli Indonesia dan penemu Abjad Ryantori ini mengungkapkan, desain teknik ilmu sipil sebelum adanya konstruksi itu menganut sistem individualisme.

Sementara Konstruksi Sarang Laba-laba adalah konstruksi gotong royong seluruh tapak bangunan. Di mana 85 persen pondasi ini menggunakan tanah sehingga dapat dipastikan mampu meminimalir budget.

Konstruksi Sarang Laba-laba adalah pondasi dangkal tetapi mempunyai banyak kelebihan. Konstruksi itu mencetak tiga rekor dunia. Bahkan dari penemuannya sendiri sudah menjadi suatu rekor. Hampir seribu gedung telah menggunakan KSLL. 

Konstruksi pondasi tahan gempa bumi temuan mendiang Ir Ryantori dan Ir Sutjipto kini telah mengalami pembaruan dalam perjalanannya. (bersambung). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES