Seniman Yogyakarta ingin mengombinasikan kesenian kabuki dari Jepang dengan ketoprak

Bermimpi kolaborasikan kesenian Jepang dan Indonesia, seniman asal Yogyakarta Bambang Paningron berniat satukan pertunjukan tradisional kabuki dan ketoprak dalam satu panggung.

Perdana dilaporkan ANTARA (31/5), Ketika ditemui di Tokyo, Bambang menyatakan, “Saya juga mau mengajak untuk menggabungkan (Ketoprak) dengan kabuki, itu semacam ketopraknya Jepang.”

Akan tetapi, Bambang menyadari bahwa kedua seni pertunjukan tradisional Jepang dan Indonesia tersebut, memiliki struktur adegan dan cerita yang berbeda.

Ia mengujar, “Strukturnya agak berbeda, tapi waktu itu kami ceritakan apa yang bisa dilakukan bersama.”

Pasalnya, Kabuki merupakan seni teater tradisional Jepang yang menggabungkan unsur tari, pantomim, musik, dan drama. 

Sedangkan, melansir KOMPAS.com, ketoprak merupakan pementasan seni rakyat asal Jawa Tengah yang memadukan drama, tari, musik, hingga sastra. 

Impian seniman tari asal Yogyakarta ini rupanya mendasar pada harapan akan budaya Indonesia agar lebih dikenal di muka global.

Sebagai informasi, kiprah Bambang Paningron di dunia seni telah membawanya terlibat dalam berbagai festival seni bergengsi mulai dari Jogja Arts Festival hingga Festival Kesenian Rakyat di Belanda.

Baca juga: Pentas musikal “Hayati: Cerita Panji Mencari Hakikat Cinta” tampil perdana di Qatar

Bambang baru kelar menyutradarai ketoprak di Tokyo

Rupanya, Bambang sendiri baru saja rampung menggelar pertunjukan ketoprak di Jepang. “Seharusnya saat itu di Kyoto, tapi malah dapat di sini di Tokyo,” cerita Bambang.

Adapun pementasan ketoprak yang disutradarainya itu bertajuk “Sekar Pembayun”, dan ditampilkan di Theater X, Tokyo, pada 30-31 Mei kemarin.

Bagi Bambang sendiri menampilkan seni pertunjukan lokal di muka internasional menjadi upaya perkenalan entitas budaya dan sejarah Yogyakarta kepada masyarakat Jepang. 

Seniman berharap budaya Indonesia dapat lebih dikenal audiens internasional

Di luar itu, Bambang berharap budaya Indonesia bisa dikenal dan mendunia seperti K-pop dari Korea Selatan.

“Secara politik, mereka (Korea Selatan) punya kesadaran penuh untuk mendukung kebudayaan yang menyerbu dunia dan sampai beberapa dekade,” ujar Bambang.

Bambang pun menambahkan, “Itu sudah menjadi kebijakan yang dirancang serta diprediksi akibatnya seperti apa, kita (bisa) belajar dari situ.”

Lantas, menurutnya, Indonesia belum memiliki kebijakan yang mendorong rekognisi kebudayaan lokal.

Terlebih lagi, hal itu harus dilakukan dengan menonjolkan keragaman budaya Indonesia yang terdiri dari ribuan suku, etnis, bahasa, serta budaya.

“Jepang mungkin bisa dibilang hampir mirip budaya di tiap daerahnya, kalau Indonesia gak sulit budaya seperti apa (yang) kita bicarakan (karena) ada banyak suku,” jelasnya.

Salah satu produk budaya Jepang yang dijadikan Bambang sebagai contoh ialah tari butoh yang muncul di era 50-an dan kian dikenal di berbagai penjuru dunia. 

Butoh sendiri merupakan tarian kontemporer yang terdiri dari beragam tatanan gerak, teknik, dan ekspresi.

Alhasil, Bambang memiliki mimpi besar dari kesenian ketoprak yang digelutinya. “Saya ingin, setiap tahun ketoprak harus ke luar negeri,” pungkas seniman asal Yogyakarta tersebut.