SOLOPOS.COM - Anak-anak memilih perahu mainan yang dijual di arena Sekaten, Alun Alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Minggu (30/12/2012). Kodok-kodokan, kapal-kapalan, gangsing bambu merupakan mainan tradisional yang selalu dijajakan saat Sekaten. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Anak-anak memilih perahu mainan yang dijual di arena Sekaten, Alun Alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Minggu (30/12/2012). Kodok-kodokan, kapal-kapalan, gangsing bambu merupakan mainan tradisional yang selalu dijajakan saat Sekaten. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)


SOLO—Sekaten Solo telah digelar sejak Sabtu (29/12/2012). Gelaran itu akan dilangsungkan selama satu bulan di Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Surakart Hadiningrat. Ada sekitar 400 stan yang memeriahkan hiburan rakyat itu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Selain wayang kulit, Sekaten identik dengan suguhan mainan tradisional lainnya seperti alat memasak berbahan tanah liat atau alat gamelan berukuran kecil. Tak ketinggalan, kapal otok-otok pun tampak dijajakan pedagang hampir di setiap pintu masuk menuju Alun-Alun Utara.

Kapal otok-otok merupakan salah satu mainan tradisional yang hampir dijual setiap Sekaten ataupun acara pasar malam digelar. Meski model dan cara memainkannya tak pernah berubah, namun kapal itu tak pernah sepi peminat.

Hal itu diakui salah satu pedagang, Edy, 46. Pria asal Cirebon, Jawa Barat itu mengaku dalam sehari dirinya bisa menjual sekitar 20 kapal dengan harga Rp7.000-Rp12.000/mainan. “Hampir disetiap acara pasar malam saya pasti jualan kapal seperti ini. Peminatnya masih banyak. Kadang sampai 50 kapal terjual setiap harinya,” kata pria yang mengaku pernah sampai ke Lombok untuk jualan kapal otok-otok kepada Solopos.com, Minggu (30/12/2012).

Ditanya cara memainkan kapal itu, Edy menegaskan tak pernah berubah sejak dulu hingga kini. “Pakai baskom berisi air, bagian bawah kapal berupa dua lubang kecil diisi air dulu terus dimasukkan kapas yang sudah dibakar ke dalam kapal. Sudah, kapal bisa jalan,” ungkapnya.

Edy merasa bersyukur masih banyaknya minat anak-anak terhadap mainan yang dijualnya di saat banyak mainan modern dari Cina masuk ke Indonesia. “Saya punya anak dua, satu SMP satunya lagi SMA. Ya melalui ini saya bisa menyekolahkan mereka,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya