Tashghir (تصغير)

Tashghir (تصغير)
Vikar

Tashghir sama halnya dengan Nasab, yang merupakan bagian dari pembahasan Ilmu Sharaf. Secara bahasa Tashghir berarti mengecilkan, sedangkan menurut istilah yaitu perubahan bentuk-bentuk kata dengan maksud tertentu. Hukumnya adalah memberikan baris dhamma di awal huruf, memfathakan huruf kedua dan menambahkan Ya sakinah setelahnya, huruf Ya tersebut dinamakan Ya Tashghir (ياء التصغير). Contohnya, (نهر) =sungai, menjadi (نُهَير)=sungai kecil/danau, dan (قلم)=pulpen, menjadi (قُلَيم). Suatu kata yang belum dirubah bentuknya ke dalam bentuk tashghir dinamakan Mushagghar (المصغر).

Tujuan Tashghir

Tashghir mempunyai tujuan-tujuan khusus, diantaranya adalah. Pertama: Mengecilkan bentuk dan ukuran dari kata yang akan dikecilkan, contohnya kata gunung=( جبل) apabila ingin mengecilkan bentuknya maka kata tersebut hendaklah di beri harakat dhamma pada awal hurufnya dan memfatha huruf kedua kemudian menambahkan Ya Tashghir setelahnya, menjadi (جبيل =gunung kecil), contoh lain, kata rumah=( منزل) dirubah menjadi (منيزل). Kedua: Memandang rendah atau mengabaikan apa yang akan dikecilkan, contohnya kata penulis=( كاتب) jika ingin merendahkan seorang penulis maka kata tersebut dirubahn bentuknya menjadi bentuk tashghir yaitu (كويتب), contoh lain kata penyair=( شاعر) menjadi (شويعر), laki-laki=( رجل) menjadi (رجيل). Ketiga: Mengurangi jumlah dari sesuatu yang akan dikecilkan, contohnya, langkah=( خطوة) untuk mengurangi langkah yang menunjukkan kelambatan dalam berjalan seseorang maka dirubah bentuknya menjadi (خطيات), contoh lain kata sesuap makanan=( لقمة) menjadi (لقيمات). Keempat: Menunjukkan dekatnya waktu, contohnya kata sebelum=( قبل) apabila ingin kedatangan seseorang lebih awal dan lebih cepat lagi dari waktu yang ditentukan maka dirubah bentuknya menjadi (قبيل الغروب), contoh lain kata setelah=( بعد) menjadi (بعيد العصر). Kelima: Menunjukkan lebih dekatnya tempat, contoh kata dekat=( قرب) jika ingin menunjukkan atau menerangkan Sesutu itu sangat dekat dan lebih dekat dari suatu tempat, misalnya lebih dekat dari mesjid maka diubah bentuknya menjadi (قريب المسجد), contoh lain kata di bawah=( تحت) menjadi (تحيت الشجرة). Keenam: Mengagung-agungkan sesuatu agar terkesan hebat dan ditakuti, contoh kata bencana=( داهية) jika ingin membesar-besarkan bencana yang akan menimpa agar orang lebih berhati-hati atau takut akan bencana tersebut maka dirubah bentuknya menjadi (دويهية), contoh lain kata pahlawan=( بطل) menjadi (بطيل). Ketujuh: Sindiran terhadap sesuatu yang akan di tashghirkan atau menunjukkan dekatnya sesuatu itu dalam diri, contohnya kata anak=( ابن) jika ingin menunjukkan kedudukan anak dalam diri maka dalam memanggil atau menyebutnya diubah menjadi (بني), contoh lain kata sahabat=( صاحب) menjadi (صويحب).

Syarat-syarat Tashghir

Disyarartkan kepada kata yang akan diubah bentuknya menjadi bentuk tashghir adalah sebagai berikut:

 

  1. Kata (sesuatu) yang akan ditashghirkan hendaklah mu’rab bukan isim mabni (lihat dasar-dasar ilmu Nahwu) seperti kata Tanya, kata penunjuk, kata penyambung, dhamir dan juga Fiíl (baik madhi dan mudhari’). Jika ada isim mabni yang ditashghirkan itu hanyalah darurat, misalnya kata penunjuk itu=( ذا) ditashgirkan menjadi (ذيّا) dan fiíl yang menunjukkan takjub contohnya (ما أحيسنه)=alangkah bagusnya dia, dan (ما أحيلاه )=alangkah cantiknya ia, kesemuanya adalah darurat dalam pentashghirannya.
  2. Timbangan kata yang akan di tashghirkan janganlah sama dengan timbangan tashghir (yg di dhamma huruf awal dan fatha huruf kedua serta ya tashghir), apabila sama timbangannya berarti kata tersebut tidak bisa di tashghirkan, contohnya kata, pirang=( كميت) dan jenis tumbuhan=(دريد), karena timbangannya sama dengan timbangan tashghir.
  3. Kata tersebut hendaklah dapat dikecilkan, maka kata-kata seperti Nama-nama Tuhan, Nabi dan Rasul, malaikat, kullu (semua), Ba’dhu (sebagian), nama-nama bulan, minggu, (البارحة semalam), (besok الغد), (selain سوى), atau kata yang menunjukkan banyak, maka kata-kata semacam ini tidak pantas untuk dikecilkan.

Timbangan-timbangan Tashghir

Tashghir mempunyai tiga timbangan, yaitu Fuáil (فُعَيل), Fuáiíl (فُعَيعِل) dan Fuáiíil (فُعَيعيل). Ketiga timbangan ini, ada yang dikhususkan kepada kata yang terdiri dari tiga huruf yaitu Fuáil, ada yang dikhususkan pada kata yang terdiri dari empat huruf yaitu Fuaííl dan yang lebih dari empat huruf yaitu Fuáiíil, yang dapat dirincikan sebagai berikut:

Fu’áil (فُعَيل)

Timbangan ini dikhususkan pada kata-kata yang terdiri dari tiga huruf, contoh (سقف =atap/langit-langit, menjadi سُقيف), (ولد =anak laki-laki, menjadi وُليد), (رجل =seorang pria, menjadi رُجيل). Jika isim Tsulatsi (tiga huruf) menunjukkan Muannats (feminal) meskipun tidak ada Ta Ta’nis maka dalam mentashghirkannya haruslah ditambahkan Ta Ta’nis di akhir kata tersebut, contohnya kata mata=( عين menjadi عيينة), Hindun=( هند menjadi هنيدة) dan telinga=( أذن menjadi أذينة).Jika kata tersebut diakhiri dengan Ta Ta’nis maka tidak mempengaruhinya (tidak dihilangkan atau ditambahkan), contohnya, pohon=( شجرة menjadi شجيرة) dan kerbau=( بقرة menjadi بقيرة). Apabila huruf keduanya adalah huruf Illat yang merupakan pengganti dari huruf lain maka dalam mentashghirkannya haruslah dikembalikan ke asal katanya, contohnya pintu=( باب menjadi بويب), dan harta=( مال menjadi مويل). Huruf alif pada kedua kata tersebut adalah pengganti dari Wau karena jamak dari kedua kata tersebut adalah (أبواب) dan (amwal) yang menunjukkan Wau adalah huruf aslinya. Apabila huruf kedua dari kata tsulatsi adalah huruf illat asli maka dalam mentashghirkannya tetaplah menggunakannya, contohnya kata rumah=( بيت menjadi بييت) dan pedang=( سيف menjadi سييف) karena jamak dari kedua kata tersebut adalah (أبيات) dan (أسياف).Apabila huruf kedua dari kata yang akan ditashghirkan tidak diketahui asalnya maka huruf tersebut diubah menjadi Wau, contohnya (عاج =taring, menjadi عويج) dan (زان =pezinah, menjadi زوين). Apabila Isim yang aslinya terdiri dari tiga huruf namun ditambahkan Ta Ta’nis atau Alif Maqshura dan Mamduda ataupun ditambahkan Alif dan Nun, atau jamak taksir, maka pada saat mentashghirkannya menggunakan timbangan Fu’ail, contohnya (وردة =mawar, menjadi وريدة), (سلمى =nama perempuan, menjadi سليمى), (حمراء =merah, menjadi حميراء), (مرجان =mutiara, menjadi مريجان) dan (أصحاب sahabat, menjadi أصيحاب).

Fu’ai’il (فُعَيعِل)

Timbanagan Fu’ai’il ini dikhususkan pada kata-kata yang terdiri dari empat huruf, contohnya (ملعب =lapangan, menajdi مليعب), (مسجد =mesjid, menjadi مسيجد) dan (منبر =mimbar, menjadi منيبر). Jika huruf ketiganya adalah huruf madd (alif, wau dan ya) maka wajib merubahnya menjadi Ya dan didengungkan dengan Ya Tashghir, contohnya (كتاب =buku, menjadi كُتَيّب), (رغيف =roti, menjadi رُغَيّف) dan (عمود =tiang, menjadi عُمَيّد). Jika huruf keduanya adalah Alif tambahan maka diubahnya menjadi Wau, contohnya (كاتب =penulis, menjadi كويتب) dan (تاجر =pedagang, menjadi تويجر). Jika huruf keduanya adalah huruf asli baik Wau maupun Ya, maka dalam pentashghirannya tetaplah seperti semula, contohnya, (جورب =kaos kaki, menjadi جويرب) dan (ميسر =kemudahan, menjadi مييسر). Jika huruf keduanya bukan Wau atau Ya yang asli maka dikembalikan ke asalnya, contohnya (قيمة =puncak, menjadi قويمة) karena asalanya adalah (قوّم). Jika hurufnya melebihi empat dan huruf terakhirnya bukanlah huruf Madd, dihilangkan huruf yang terakhir, contohnya (سفرجل =jenis tumbuhan seperti apel, menjadi سفيرج) dan (عندليب =jenis burung, menjadi عنيدل). Dan boleh menggantikan huruf yang dihilangkan dengan huruf Ya sebelum akhirnya, dari kedua contoh tadi menjadi (سفيريج) dan (عنيديل). Jika huruf kata pada dasarnya adalah empat huruf namun ditambahkan Ta Ta’nis, Alif dan Nun tambahan, Tanda-tanda Mutsanna (bentuk dua), jamak muzakkar dan Muannats Salim atau Ya Nasab, maka dalam mentashghirkannya menggunakan timbangan Fu’ai’il tanpa menghilangkan huruf tambahannya, contohnya, (مدرسة =sekolah, menjadi مديرسة), (أربعاء =hari rabu, menjadi أريبعاء), (تاجران =dua orang pedagang, menjadi تويجران), (كاتبون =banyak penulis lk, menjadi كويتبون), (تاجرات =banyak pedagang pr, menjadi تويجرات) dan (عبقري =orang jenius, menjadi عبيقري).

Fu’ai’iiyl (فُعَيعيل)

Timbanagan ini digunakan untuk isim yang hurufnya melebihi empat huruf dan sebelum huruf terakhirnya adalah huruf Madd (alif, wau dan ya), Jika huruf sebelum huruf terakhirnya adalah huruf Ya maka tetap ditashghirkannya, namun jika huruf sebelum huruf terakhirnya adalah Wau dan Alif maka diaubahnya menjadi huruf Ya, contohnya, (مصباح =lampu, menjadi مصيبيح), (عصفور =burung, menajdi عصيفير) dan (قنديل =pelita/lampu, menjadi قنيديل).

Catatan dan Tambahan

 

  1. Jika Isim Tsulatsi (tiga huruf) telah dihapus salah satu dari huruf aslinya sehingga yang nampak hanyalah dua huruf , maka wajib mengembalikan huruf yang terhilangkan pada saat mentashghirkannya, contohnya (يد =tangan, asal katanya يَدْيٌ dan saat ditashghir menjadi يُدَيّة), contoh lain (أخ =saudara, asal katanya أخَوٌ saat ditashghir أُخيّ).
  2. Pada saat mentashghir isim yang huruf ketiganya adalah huruf Illat, maka huruf illat tersebut haruslah diubah menjadi huruf Ya kemudian didengungkan denga Ya Tashghir, contoh (عصا =tongkat, menjadi عُصيّة) dan (دلو =ember/timba, menjadi دُليّة).
  3. Jika huruf sebelum terakhir kata adalah huruf Ya Musyaddadah didahului oleh dua huruf sebelumnya maka huruf Ya pertama diringankan kemudian didengungkan dengan Ya Tashghir, contohnya (عَليٌّ =ali, menjadi عُليٌّ) dan (ذَكيّ =pintar, menjadi ذُكيٌّ). Jika Ya Musyaddadah didahului lebih dari dua huruf maka dalam pentashghirannya tetap pada lafadznya, contohnya (كرسيّ =kursi, menjadi كُرَيْسيّ) dan (نحوي =secara nahwu/missal, menjadi نحيويّ).
  4. Apabila ingin mentashghirkan kata yang terdiri dari dua kata, maka bagian pertama atau kata yang pertama saja yang ditashghirkan tanpa kata yang kedua, contohnya (عبد الله =hamba Allah, menjadi عبيد الله) dan (علم الدين =ilmu agama, menjadi عليم الدين).

Demikian secara ringkas tentang Tasghir, semoga bermanfaat dan dapat membantu anda-anda sekalian dalam mempelajari serta mempraktekkannya.

Leave a comment