Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Batik Solo: Ciri Khas dan Motif

Kompas.com - 02/12/2022, 22:52 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Batik Solo adalah kain batik yang berasal dari Solo atau Surakarta, Jawa Tengah.

Seperti umumnya kain batik, batik Solo memiliki ciri khas berupa motif dan warna yang membedakan dengan kain batik dari daerah lain.

Perjalanan batik Solo terkait dengan terpecahnya wilayah Mataram Islam menjadi dua, yakni Keraton Kesunanan Surakarta dan Keraton Kesultanan Yogyakarta.

Berikut ini adalah sejarah, ciri khas, dan motif.

Sejarah Batik Solo

Batik Solo mulai berkembang setelah wilayah Mataram Islam menjadi dua setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Pada saat perpecahan tersebut semua barang-barang termasuk batik dibawa ke Yogyakarta.

Dengan peristiwa tersebut, pada suatu hari Pakubuwono IV memutuskan untuk membuat busana keraton yang baru.

Busana tersebut diberi nama Gragak Surakarta yang artinya adalah Gaya Surakarta.

Baca juga: 4 Daftar Batik Jawa Tengah, dari Solo hingga Pekalongan

Dengan adanya gaya busana baru tersebut, motif batik Solo mengalami perubahan. Motif-motif batik mulai berkembang dan bermunculan.

Ciri Khas Batik Solo

Meskipun batik Solo mengalami perkembangan, namun batik Solo memiliki ciri khas tersendiri.

Kampung Batik Solo - Seorang pengrajin batik tengah membuat batik di Kampung Batik Kauman, Surakarta, Jawa Tengah.https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/ Kampung Batik Solo - Seorang pengrajin batik tengah membuat batik di Kampung Batik Kauman, Surakarta, Jawa Tengah.

Ciri khas batik Solo adalah, identik warna kecoklatan dan krem. Selain itu, batik Solo juga identik dengan warga gelap, seperti coklat dan hitam.

Ciri khas lainnya berupa motif geometris dan ukurannya kecil-kecil yang mengikuti pakem batik Mataram.

Motif Batik Solo

Motif batik Solo terbagi dua, yaitu motif batik yang berasal dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran.

Keraton Kasunanan memiliki sejumlah motif batik yang terkenal di antaranya adalah parang barong, parang curiga, ceplok burba, parang sarpa, ceplok lung kestlop, srikaton, candi luhur, dan bondhet.

Motif batik yang berasal dari Pura Mangkunegaran, yaitu buketan pakis, ole-ole, sapanti nata, wahyu tumurun, parang kesit barong, parang klithik glebag, parang sondher, dan liris cemeng.

Baca juga: Di Balik Dinding Kampung Batik Laweyan Solo

Keberadaan motif batik di dua keraton tersebut menjadikan peradaban batik di Kota Solo berkembang.

Bukti berkembangnya batik di Solo adalah munculnya Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Sampai kemudian, batik Solo berkembang ke sejumlah wilayah di Pekalongan, Ponorogo, Banyumas, Tulungagung, dan sebagainya.

Batik Moderen di Pura Mangkunegaran

Batik era Mataram berkembangan setelah masuk tembok Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran.

Kampung Batik Solo - Seorang pengrajin batik di Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah.https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/ Kampung Batik Solo - Seorang pengrajin batik di Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah.

Batik moderen di Pura Mangkunegaran merupakan hasil kreatifitas setelah batik diolah di wilayah keraton ini.

Proses membatik di Puro Mangkunegaran dilakukan oleh para kerabat dalem dan abdi dalem yang melahirkan motif-motif serta corak baru.

Motif-motif baru ini sangat dinamis, seperti perpaduan motif buketan dengan gaya pakem klasik dengan warga sogan Jawa. Sogan solo berwarna coklat-oranye dan coklat.

Salah satu contoh motif parang yang biasa digunakan oleh raja. 
Sumber: Buku Batik: Filosofi, Motif, dan Kegunaan karya Adi Kusrianto.Doc. Buku Batik: Filosofi, Motif, dan Kegunaan karya Adi Kusrianto Salah satu contoh motif parang yang biasa digunakan oleh raja. Sumber: Buku Batik: Filosofi, Motif, dan Kegunaan karya Adi Kusrianto.

Sejumlah motif batik wajib dimiliki oleh seluruh kerabat Pura Mangkunegaran, yaitu motif candi luhur, gregah waluh atau pakis.

Selain itu, ada jenis motif larangan yaitu motif tertentu yang tidak boleh dipakai oleh orang kebanyakan.

Motif tersebut adalah parang yang hanya boleh dipakai oleh Adipati dan keluarganya. Hal ini merupakan bagian dari sejarah berdirinya Dinasti Mataram.

Sumber:

kebudayaan.jogjakota.go.id

surakarta.go.id

puromangkunegaran.com

lib,ub.ac.id

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gemuruh Banjir Bandang Sumbar yang Menghanyutkan Rumah hingga Sekolah

Gemuruh Banjir Bandang Sumbar yang Menghanyutkan Rumah hingga Sekolah

Regional
Korban Meninggal Banjir Lahar di Sumbar Menjadi 47 Orang

Korban Meninggal Banjir Lahar di Sumbar Menjadi 47 Orang

Regional
Cerita Doris Tampung 53 Orang Korban Banjir Bandang Sumbar di Rumahnya, Kini Kekurangan Air Bersih

Cerita Doris Tampung 53 Orang Korban Banjir Bandang Sumbar di Rumahnya, Kini Kekurangan Air Bersih

Regional
Cerita Martis Kehilangan Mobil hingga Warung Saat Banjir Bandang Sumbar

Cerita Martis Kehilangan Mobil hingga Warung Saat Banjir Bandang Sumbar

Regional
Pria di Semarang Lecehkan Anak Tentangga Berulang Kali, Terciduk oleh Adik Korban

Pria di Semarang Lecehkan Anak Tentangga Berulang Kali, Terciduk oleh Adik Korban

Regional
Cerita Endi Yudha Baskoro, 15 Tahun Jadi Relawan Tagana karena Hobi dan Panggilan Jiwa

Cerita Endi Yudha Baskoro, 15 Tahun Jadi Relawan Tagana karena Hobi dan Panggilan Jiwa

Regional
Dugaan Krisis Lingkungan di Balik Banjir Bandang dan Lahar di Sumbar yang Tewaskan 47 Orang

Dugaan Krisis Lingkungan di Balik Banjir Bandang dan Lahar di Sumbar yang Tewaskan 47 Orang

Regional
Dianiaya karena Masalah Utang, Warga Aceh Kehilangan Telinga

Dianiaya karena Masalah Utang, Warga Aceh Kehilangan Telinga

Regional
[POPULER REGIONAL] Alasan Kang Zen Pilih Jadi Relawan Kemanusiaan | Buntut Tragedi Kecelakaan Bus di Ciater

[POPULER REGIONAL] Alasan Kang Zen Pilih Jadi Relawan Kemanusiaan | Buntut Tragedi Kecelakaan Bus di Ciater

Regional
Pilkada Kota Semarang, Bos PSIS Akan Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Cawalkot di PKB

Pilkada Kota Semarang, Bos PSIS Akan Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Cawalkot di PKB

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 14 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Regional
Pilkada Wonogiri 2024 Dipastikan Tidak Ada Calon Perseorangan

Pilkada Wonogiri 2024 Dipastikan Tidak Ada Calon Perseorangan

Regional
Ular Piton di Muna Mangsa Anak Sapi Warga, Saat Ditemukan Tubuhnya Sebesar Tiang Listrik

Ular Piton di Muna Mangsa Anak Sapi Warga, Saat Ditemukan Tubuhnya Sebesar Tiang Listrik

Regional
Selundupkan 6 WN China ke Australia, 7 Orang Jadi Tersangka

Selundupkan 6 WN China ke Australia, 7 Orang Jadi Tersangka

Regional
Viral Ajak YouTuber Korsel ke Hotel, ASN Kemenhub Polisikan Sebuah Akun Facebook

Viral Ajak YouTuber Korsel ke Hotel, ASN Kemenhub Polisikan Sebuah Akun Facebook

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com