BATU - Hingar bingar pariwisata Kota Batu rupanya belum berdampak penuh terhadap sejumlah pasar wisata yang ada. Buktinya sejumlah pasar wisata terkesan hidup segan mati tak mau.
Pasar Wisata Songgoriti, Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu bisa dibilang Pasar Wisata yang paling mengenaskan kondisinya saat ini. Betapa tidak, dari total 150 kios, kini hanya 25 kios yang bertahan. Sedangkan, 125 kios memilih untuk menutup kiosnya daripada rugi terus menerus.
Menurut Ketua Paguyuban Pasar Wisata Songgoriti Sugeng Wibowo, imbas pandemi Covid-19 terus berlangsung hingga saat ini. Tak ada perubahan sama sekali. "Sekarang yang bertahan (berjualan) hanya 25 kios Mbak. Pedagang lainnya tutup karena ingin mencari pemasukan lain," ucapnya.
Sugeng termasuk salah satu pedagang yang bertahan meskipun kondisi pasar sepi. "Dari jam 8 pagi sampai 4 sore, saya tidak dapat pembeli. Ini pasar tapi kok gak ada perkembangannya sama sekali," ungkap dia.
Menurutnya, keberadaan Pasar Wisata Songgoriti sudah kalah bersaing dengan pusat oleh-oleh di Kota Batu. "Di sini apa yang mau dilihat. Wahana saja tidak ada. Pas ada pemandian air panas baru di sekitar kawasan ini ya gak ada dampaknya," kata Sugeng, (23/6) lalu.
Ditanya soal pengelola Pasar Wisata Songgoriti, Sugeng mengaku bahwa area pasar merupakan keterlibatan Perumda Jasa Yasa milik Kabupaten Malang. "Dulu sebelum Covid-19, retribusi rutin ditarik oleh pihak dari Kabupaten Malang. Nominalnya Rp 15 ribu per pedagang. Tapi, pas Covid 2020 sampai sekarang tidak pernah ditarik lagi," ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan pedagang sayur-buah Ahmad Zainul. Dia mengaku, kondisi pasar semakin sepi seperti tidak diperhatikan oleh pihak Kabupaten Malang. "Kalau pasar ini ikut Kota Batu. Saya yakin pertumbuhan ekonomi-nya bisa pulih," ucap pedagang yang berjualan lebih dari 10 tahun ini.