GENTENG - Usaha kelinci hias ternyata cukup menjanjikan. Itu seperti yang ditekuni Asiah, 45, di rumahnya yang ada di Dusun Curahketangi, Desa Setail, Kecamatan Genteng. Dari 10 ekor kelinci jenis anggora, kini telah berkembang menjadi ratusan ekor.
Saat ini Asiah tidak hanya menjual kelinci jenis angora, tapi juga jenis lain seperti holland lop, rex, minirex, dan American fuzzy lop. “Saya memulai usaha kelinci ini sejak 2008,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Saat pertama membudidaya kelinci ini, Asiah mengaku hanya memiliki sepuluh pasang kelinci. Hanya setahun, kelinci itu telah beranak pinak. “Kelicni itu cepat beranak, jadi jumlahnya jadi banyak,” ungkapnya.
Asiah mengaku pengetahuan beternak kelinci hias, itu secara otodidak dengan banyak membaca buku. Dia merasa tidak menemukan kesulitan dalam memasarkan kelinci hias karena rumahnya berada di pinggir jalan raya. “Menjualnya juga tidak susah,” terangnya.
Harga kelinci itu, jelas dia, dijual mulai Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu per ekor. Harga itu tergantung jenis dan umur kelinci. “Untuk satu pasang kelinci yang produktif, saya jual hingga Rp 1 juta,” katanya.
Dalam menekuni usahanya ini, Asiah menyebut hampir tiap hari selalu ada pembeli yang datang. Bila dihitung, dalam sebulan sedikitnya terjual 20 ekor kelinci. “Ada yang beli sepasang, juga ada yang tidak,” terangnya.
Menurut Asiah, perawatan kelinci hias cukup mudah, yakni hanya diberi pakan dua kali dalam sehari dengan rumput atau ampas tahu. Selain itu, kebersihan kandang juga harus diperhatikan agar tak mudah terserang penyakit. Penyakit yang biasa menyerang kelinci itu scabies atau kudis. “Kalau di musim hujan biasnya penyakit gatal yang banyak menyerang,” ujarnya. (*)