Etika Mengiringi Lafal Allah dan Muhammad

"Guru kata Mbah Hasyim juga harus punya kompetensi, dan punya apresiasi kepada muridnya. Apresiasi ini penting untuk memotivasi murid lainnya agar bisa meniru.
0
441
Bagikan Sekarang

Jombang – Kitab Adabul Alim wal Mutaallim (Etika Pengajar dan Pembelajar) karya Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri NU selesai ditulis setahun sebelum berdirinya NU. “Kitab ini penuh berkah. Banyak dikaji, dan diteliti,”ujar Kiai Haji Zainuri, Ketua Aswaja Center PCNU Jombang. Kiai Zainuri menyampaikan rangka tubuh kitab berbahasa Arab. Dikatakannya bahwa kitab ini terdiri dari delapan bab. “Dimulai dari bab keutamaan ilmu serta keistimewaan mengajar dan belajar. Kemudian ada bab akhlak pribadi murid, akhlak murid kepada guru, akhlak murid dalam belajar.”

“Lalu akhlak guru terhadap dirinya sendiri, akhlak guru dalam mengajar, akhlak guru kepada murid-muridnya, dan akhlak pada buku sebagai sarana ilmu.”

Terkait akhlak pada buku dan kaitan dengan penulisan, ada kenyataan yang kurang tepat. Yaitu sebagian kaum muslimin mengiringi lafal Allah dengan SWT, dan Nabi Muhammad dengan SAW. Sudah layakkah pengiringan ini?

Yusuf Suharto, Tim Aswaja NU Center PWNU Jatim dalam Halaqah Pendidikan “Seni Mendidik ala Muassis NU” pada Rabu, 31 Maret 2021, di SMK NU Jogoroto, Jombang, menyatakan,

“Kiai Hasyim Asy’ari dalam kitab ini menyampaikan, untuk tujuan mengagungkan, ketika menulis nama Allah, maka diiringi dengan Ta’ala, atau Subhanahu wa ta’ala, ‘Azza wajalla, Tabaraka wa Ta’ala, dan yang selaras. Mengiringi lafal shallallahu alaihi wasallam setelah nama Rasulullah Muhammad.”

“Penulisan saw misalnya, itu kurang layak bagi hak Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.”

“Di antara akhlak guru adalah agar menjadi sosok yang tenang, tidak grusa grusu dan galau. Sosok guru yang tenang dawuh Kiai Hasyim Asy’ari ini adalah selaras dengan pernyataan Umar bin Khatab agar dalam mencari ilmu sebaiknya dengan tenang,” ujar Yusuf Suharto.

“Guru kata Mbah Hasyim juga harus punya kompetensi, dan punya apresiasi kepada muridnya. Apresiasi ini penting untuk memotivasi murid lainnya agar bisa meniru.

Sementara itu dalam sambutannya, Ketua PC Pergunu Jombang, H. Syamsul Arifin menyatakan bahwa penempatan halaqah di SMK NU 01 agar warga Jombang mengenal lebih dekat sekolah milik PCNU ini, dan bisa memakmurkannya.

Ia juga menyatakan bahwa Pergunu harus istiqamah bergerak dan menggerakkan guru NU dalam tiga hal:
Profesi, Aswaja, dan kesejahteraan guru NU Termasuk halaqah ini adalah untuk hal tersebut. “Halaqah ini mengajak para guru untuk mendalami konsep mendidik ala Muassis NU agar tidak mudah terpengaruh bahkan tergerus pemikian barat yang liberal, radikal, dan eksklusif dalam dunia pendidikan dan kemasyakatan.”

PC Pergunu Jombang mengajak untuk tetap berada dalam rumah besarnya: NU dan Aswaja sebagai manhajnya. Doktor lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya ini juga mendorong para aktivis Pergunu untuk mesukseskan Simas Pergunu dan Kartanu. Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.15 ini dihadiri segenap Pimpinan Cabang Pergunu, perwakilan pengurus pimpinan anak cabang Pergunu di beberapa kecamatan. Dihadiri Pak Hadi, wakil ketua PCNU.

Dalam Halaqah itu kedua narasumber dan peserta sepakat untuk terus mengenalkan karya karya Kiai Hasyim Asy’ari, ulama besar NU, dan menggunakanya sebagai referensi para santri dan pelajar.

Leave a reply