Ubah Kotoran Sapi Jadi Biogas untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Salah satu tujuan dari Program Kemitraan Masyarakat adalah mengembangkan atau membentuk kelompok masyarakat mandiri secara ekonomi. Tim pengusul program ini yaitu Shochrul Rohmatul Ajija, SE,. M.Ec, Rumayya, PhD, Akhmad Jayadi, SE.,M.Ec.Dev, dan M. Khoerul Mubin, SE.,M.Ec selaku dosen, Siti Munawaroh dan Risa Aulia selaku mahasiswa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga.

Pembentukan kelompok masyarakat bertujuan untuk melaksanakan kegiatan pengabdian dalam peningkatan kesejahteraan petani. Kegiatan ini merupakan realisasi program pengabdian masyarakat yang didanai oleh Dana Rencana Kegiatan Anggaran Tahunan (RKAT), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Tahun Anggaran 2020.

Pengabdian masyarakat bertempat di Desa Jatitengah, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro dan dilaksanakan kurang lebih selama satu bulan penuh pada bulan Agustus 2020. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani di Desa Jatitengah adalah kurangnya pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah kotoran sapi.

Sementara itu, limbah kotoran sapi disekitar rumah warga sangat banyak yang menimbulkan bau tidak sedap. Kemudian, petani di Desa Jatitengah juga belum mengenal tentang pengelolaan instalasi biogas dan masyarakatnya sebagian besar masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak.

”Sebagian besar orang mungkin menganggap limbah kotoran sapi adalah suatu hal yang menjijikkan. Akan tetapi, sebenarnya limbah kotoran sapi tersebut justru memiliki banyak manfaat,” ujar Shochrul.

Ia menambahkan, limbah kotoran sapi tidak hanya digunakan sebagai pupuk kandang. Melalui teknologi biogas, limbah kotoran sapi juga dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk memasak, yang dapat menggantikan gas LPG dan kayu bakar.

Program tersebut dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah koordinasi yang melibatkan beberapa mitra yaitu Koperasi BMT Muda dan Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar-Pasuruan. Koperasi BMT Muda sebagai pelaksana dalam pengelolaan uang dengan melakukan koordinasi terkait sistem iuran untuk pengadaan pipa. Sedangkan Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar-Pasuruan sebagai penanggungjawab atas tenaga ahli dalam pembangunan instalasi biogas.

Selanjutnya, dilakukan tahap sosialisasi kepada masyarakat yang dilaksanakan pada hari Minggu, 9 Agustus 2020. Turut hadir dalam kegitan tersebut, Hariyanto dan Sholihin, selaku mitra yang ahli dalam mengolah limbah sapi, Madi’in sebagai perwakilan masyarakat petani, dan seorang mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga yang turut membantu kegiatan.

”Kegiatan sosialisasi ditujukan agar masyarakat petani lebih terbuka dalam memanfaatkan kotoran sapi sebagai salah satu bahan baku pembuatan biogas,” ujar Shochrul.

Adapun dalam pembangunan instalasi biogas terdapat beberapa proses yang dilakukan, antara lain pengukuran lahan, penggalian, pengecoran, pemasangan dinding digester, pelicinan dinding dan lantai, bekisting (pencetakan), pemasangan pipa gas, hingga terbentuknya digester dan semua komponennya.

Terakhir, setelah pembangunan instalasi biogas selesai, dilakukan tahap pelatihan dalam dalam mengolah limbah kotoran sapi menjadi biogas. Pelatihan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 30 Agustus 2020.

Sholihin sebagai pemateri dalam pelatihan tersebut dan dibantu oleh mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga. Pelatihan dalam mengolah limbah kotoran sapi meliputi tata cara dalam pengisian bahan biogas, pengadukan kotoran sapi, dan segala tata cara terkait pengolahan limbah kotoran sapi.

Selama proses pelatihan, masyarakat petani sangat berantusias dan memperhatikan dengan baik proses pembuatan biogas. Bahkan masyarakat petani sangat mendukung adanya pembangunan instalasi biogas.

”Kami merasa senang dan bersyukur dengan adanya program ini, karena dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi, kami dapat menghemat pengeluaran dalam pembelian gas LPG, dan sisa-sisa limbah tersebut juga bisa kami manfaatkan sebagai pupuk,” ungkap kelompok petani di Desa Jatitengah.

Secara keseluruhan kegiatan program pengabdian masyarakat di Desa Jatitengah telah dilaksankan dengan baik dan masyarakat petani sangat memberikan dukungan penuh atas terlaksananya program tersebut. Kemudian, adanya pembangunan instalasi biogas ini harapan kedepannya adalah biaya yang dikeluarkan oleh para petani di Desa Jatitengah menjadi lebih irit, petani dapat memanfaatkan secara maksimal bio-slurry (ampas biogas), dan para petani lainnya lebih sadar akan pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi biogas, yang dapat mendorong petani tersebut untuk membangun instalasi biogas, dan pada akhirnya para petani di Desa Jatitengah akan menjadi lebih sejahtera. (*)

Penulis: Risa Aulia & Siti Munawaroh

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).