SOLOPOS.COM - Ilustrasi wayang. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Dari seluruh ragam wayang yang ada di Indonesia, terdapat salah satu jenis wayang yang paling populer di tengah masyarakat. Namanya wayang purwa atau wayang kulit yang sekaligus menjadi wayang tertua di Indonesia.

Lantas, bagaimana sejarah keberadaan wayang purwa yang ada di Indonesia? Menurut Pandam Guritno dalam karyanya yang diberi jurul Wayang, jenis wayang purwa ditengarai sebagai yang paling populer karena konon hal ini tak lepas dari dukungan masyarakat Jawa yang menjadi etnis paling besar di Indonesia.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebagaimana dilansir dari Indonesia.go.id, Rabu (26/7/2023), hal tersebut terbukti meskipun Indonesia memiliki banyak sekali jenis wayang, namun ketika mendengar kata “wayang”, orang akan selalu merujuk kepada jenis wayang purwa.

Sejarah panjang pun mengiringi keberadaan jenis wayang satu ini. Ditengok dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), diceritakan bahwa dahulu wayang purwa untuk kali pertama diciptakan oleh Prabu Jayabaya pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Buddha.

Kala itu, Prabu Jayabaya membuat wayang purwa karena rasa minatnya pada kisah nenek moyangnya yang tertuang dalam serat Pustakawaja Purwa. Ia lantas melihat Candi Penataran di Blitar dan memandangi arca para dewa serta ukiran relief yang ada di sekeliling candi.

Prabu Jayabaya kemudian mencoba meniru bentuk yang Ia lihat dengan menggambarnya di atas daun tal. Sesudahnya, gambar-gambar itu dibentangkan dengan tali dan dimasukkan ke dalam sebuah peti kecil.

Selang waktu berlalu, Prabu Jayabaya yang tengah berulang tahun kembali menengok gambar di atas daun tal yang pernah dibuatnya. Terbesit pikiran bahwa gambar tersebut terlampau kecil untuk dipertunjukkan, Ia pun memberikan arahan agar gambar tersebut digambar ulang di atas kulit lembu yang telah diolah.

Gambar yang sudah jadi kemudian dipahat dan diberi pegangan dari gagang yang terbuat dari bambu. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 50 wayang berhasil dibuat dan diberi nama wayang purwa serta sengkalan.

Sedangkan konsep pertunjukan wayang purwa adalah dengan membentangkan kelir atau kain putih yang disorot dengan cahaya. Berbagai jenis lakon wayang kemudian ditancapkan berjajar di atas kelir secara berhadapan.

Adapun seseorang yang memainkan wayang disebut dengan dalang. Seorang dalang akan membawakan cerita dari setiap lakon yang telah dibuat.

Dahulu, bentuk wayang masih sederhana. Tangan dan badannya masih saling menempel. Seiring berjalannya waktu, bentuk wayang purwa kini lebih dinamis sehingga dapat dimainkan dan digerakkan dengan cara disabet.

Dilansir oleh iain-tulungagung.ac.id, pada sekitar tahun 1440-an, di masa perkembangan Islam di Jawa, Sri Sultan Alamsyah yang saat itu menjadi raja Demak pertama menyesuaikan bentuk wayang agar sejalan dengan syariat Islam.

Selain bentuknya, alur ceritanya pun disusun sedemikian rupa. Di masa itu, wayang kemudian menjadi media dakwah yang dilakukan oleh Wali Sanga.



Berkat kesenian yang satu ini, Indonesia telah melahirkan banyak maestro dalang seperti Ki Nartosabdo, Ki Anom Suroto, Ki Manteb Soedharsono, dan masih banyak lagi. Merekalah yang berperan besar dalam memperkenalkan dan melestarikan kesenian wayang hingga dapat dikenal oleh dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Menolak Lupa, 26 Tahun Kerusuhan Mei 1998 di Kota Solo

Menolak Lupa, 26 Tahun Kerusuhan Mei 1998 di Kota Solo
author
Kurniawan , 
Ahmad Mufid Aryono Rabu, 15 Mei 2024 - 10:42 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi kerusuhan Mei 1998 di kawasan Coyudan (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Solopos.com, SOLO–26 tahun silam, tepatnya pada 14 Mei 1998 Kota Solo luluh lantak.

Api yang berkobar membakar sejumlah bangunan di pusat kota, membuat warga pontang-panting. Pintu-pintu masuk kampung dijaga warga. Mereka membawa senjata apa adanya untuk sekadar membela diri.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Asap hitam membumbung tinggi, terlihat dari kejauhan, seiring masalah yang sedang berkecamuk. Suasana pada malam hari semakin mencekam, sejalan dengan aksi penjarahan oleh sekelompok orang.

Dalam dua hari masyarakat kota ini hidup dalam rasa ketakutan. Mereka yang ingin selamat memilih tinggal di rumah saja. Sebab mau keluar rumah untuk bekerja pun situasinya sudah tidak memungkinkan.

Koran Solopos

Demikian sekelumit gambaran situasi Kota Solo ketika terjadi tragedi kerusuhan pada 14-15 Mei 1998. Seperti disampaikan Sejarawan Kota Solo, Heri Priyatmoko, kepada Solopos.com, Selasa (14/5/2024).

“Saya ketika itu masih sekolah SMP. Saya ingat betul pembakaran dan penjarahan di sekitar Solo Baru. Saya ikut menonton, bahkan lutut terluka akibat lari ditabrak motor saat kondisi sedang chaos,” tutur dia.

Masih lekat dalam ingatan Heri, kerusuhan saat itu tidak hanya terjadi di pusat Kota Solo. Daerah-daerah sekitar Solo terimbas. Salah satunya di kawasan Solo Baru, Sukoharjo. Suasana mencekam.

Emagazine Solopos

“Kerusuhan yang terjadi menyeramkan dan bersifat lokal. Juga massal, kolektif, muncul secara spontan dan sporadis, endemis, tempo kerusuhan yang singkat, juga mobilitas yang begitu tinggi,” urai dia.

Yang membuat warga merasa ketakutan, Heri menjelaskan kerusuhan yang terjadi ketika itu cenderung menggunakan aksi kekerasan atau violence, brutal, beringas, vandalistik, dan destruktif atau merusak.

Dia berpendapat kerusuhan Mei 1998 di Solo perlu untuk terus dibeberkan dari waktu ke waktu. Tujuannya agar publik benar-benar mengetahui rangkaian dan sebab-akibat dari konflik yang terjadi.

Interaktif Solopos

“Sepahit dan sejahat apa pun harus diingat agar penduduk Solo dan sekitarnya tidak terjebak pada masalah yang sama, atau mengulang kejadian memalukan membakar kota sendiri,” sambung dia.

Mengutip Friedrich Nietzsche, Heri mengatakan melupakan dan mengingat masa lalu yang kelam sama-sama penting. Masyarakat perlu untuk mengingat masa kelam agar bisa bertahan untuk hidup.

Lebih dari itu, masyarakat dapat merancang masa depan dengan lebih baik. Sikap historis itu mau tidak mau harus dilakukan masyarakat. Di sisi lain masyarakat juga harus bisa melupakan pengalaman pahit.



Hal itu tentu agar luka batin yang begitu mendalam bisa tersembuhkan seiring berjalannya waktu.

Sedangkan Santoso Azi pada 2021 dalam disertasinya berjudul Dampak Kerusuhan Mei 1998 Terhadap Perekonomian Masyarakat Etnis Tionghoa Surakarta, menyebut kehidupan masyarakat etnis Tionghoa di Solo sudah berkembang sejak masa kolonial Hindia-Belanda.

Dinamika kehidupan masyarakat etnis Tionghoa di Solo mengalami beberapa situasi. Mulai dari munculnya kebijakan pemerintah yang diskriminatif hingga adanya peristiwa rasial yang dihadapkan kepada etnis Tionghoa pada tahun 1972, 1980 dan puncaknya terjadi pada tahun 1998.

Kerusuhan Mei 1998 di Solo dilatarbelakangi beberapa tuntutan pemerintahan pusat yang menginginkan lengsernya Soeharto serta keinginan reformasi.

Adanya kerusuhan tersebut berdampak pada beberapa bidang kehidupan masyarakat, salah satunya di bidang perekonomian khususnya bagi Etnis Tionghoa yang memiliki usaha.

Mereka mengalami kerugian akibat dari pembakaran dan penjarahan toko sehingga banyak tenaga kerja yang diberhentikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Rajin! Shayne Pattynama Tiba di Indonesia meski Pemusatan Latihan belum Dimulai

Rajin! Shayne Pattynama Tiba di Indonesia meski Pemusatan Latihan belum Dimulai
author
Abu Nadzib , 
Abu Nadzib Rabu, 15 Mei 2024 - 10:42 WIB
share
SOLOPOS.COM - Bek kiri Timnas Indonesia, Shayne Pattynama dijemput Pelaksana Fungsi Pensosbud Kedutaan Besar RI (KBRI) Doha, Ali Murtado di Bandara Internasional Doha, Qatar, Senin (15/1/2024) dini hari waktu setempat. (IG @alimurtado_id)

Solopos.com, SOLO — Pemain KAS Eupen, Shayne Pattynama sudah berada di Indonesia kendati pelatih Shin Tae-yong belum memanggil pemain untuk pemusatan latihan jelang laga melawan Irak pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026, 6 juni mendatang.

Pemain yang beroperasi di sayap kiri itu berada di Bali bersama kekasihnya untuk berlibur sembari menunggu panggilan Timnas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Liga di Belgia sudah berakhir sehingga Shayne Pattynama kini memiliki waktu panjang untuk liburan.

Sayangnya klub yang diperkuat Pattynama musim ini terdegradasi ke kasta kedua di Belgia.

Koran Solopos

Berdasarkan status di story Instagramnya, Shayne Pattynama tiba di Bali pada Senin (14/5/2024) kemarin.

Ia menunjukkan peta Pulau Bali serta merepost unggahan kekasihnya.

Kemungkinan Shayne Pattynama berlibur terlebih dulu di Bali bersama pasangannya, sambil menanti panggilan timnas Indonesia.

Emagazine Solopos

Shayne Pattynama adalah pemain keturunan Indonesia-Belanda. Ayahnya lahir di Semarang dan telah meninggal dunia saat Shayne Pattynama masih remaja.

Karena itu Shayne Pattynama sejak awal sangat berambisi memperkuat Timnas Indonesia sebagai persembahan untuk sang ayah.

Bersama Tim Garuda ia telah mencatatkan 6 caps dan mencetak satu gol. Gol itu ia ciptakan saat Indonesia digilas Irak 1-5 di Basrah beberapa waktu lalu dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Interaktif Solopos

Karenanya, ia sangat berhasrat membalas dendam kepada Irak pada 6 Juni mendatang.

Profil Shayne Pattynama

Pria bernama lengkap Shayne Elian Jay Pattynama ini lahir pada 11 Agustus 1998.

Shayne Pattynama sejatinya adalah bek kiri, meski demikian ia juga bisa dimainkan sebagai gelandang tengah.



Shayne Pattynama melakukan debutnya untuk level senior adalah di Divisi II Liga Belanda (Eerste Divisie) bersama Jong Utrecht pada 21 Agustus 2017 dalam pertandingan melawan FC Oss.

Shayne Pattynama mencetak gol pertamanya dan satu-satunya untuk Jong Utrecht pada 11 Februari 2019, dalam kekalahan kandang 2–4 dari Go Ahead Eagles.

Setelah dua musim bersama Jong Utrecht , ia pindah ke klub rival di Divisi II yaitu Telstar, pada 2019.
Di klub yang terletak bagian utara Belanda ini, Pattynama melakukan debutnya pada 18 Oktober 2019 dalam pertandingan melawan Almere City.

Pada 18 Januari 2020, Shayne Pattynama mencetak gol pertamanya untuk Telstar ketika bermain imbang dengan skor 3–3 melawan Excelsior Rotterdam di Stadion Van Donge & De Roo, Rotterdam.

Dua musim dijalani Shayne Pattynama bersama Telstar dan akhirnya pada 16 Maret 2021 ia menandatangani kontrak dengan klub Liga Norwegia, Viking. Dia resmi bergabung dengan Viking pada 1 April 2021.

Setelah beberapa tahun ia kemudian berlabuh di klub Belgia lainnya, KAS Eupen yang juga pernah diperkuat pemain timnas lainnya, Thom Haye.

Sayangnya musim ini KAS Eupen terdegradasi ke kasta kedua di negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Penyelundupan 80.000 Ekor Benih Lobster ke Malaysia Digagalkan di Bandara YIA

Penyelundupan 80.000 Ekor Benih Lobster ke Malaysia Digagalkan di Bandara YIA
author
Newswire , 
Mariyana Ricky P.D Rabu, 15 Mei 2024 - 10:34 WIB
share
SOLOPOS.COM - Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) DIY menyita benih lobster di Bandara YIA, Rabu (15/5/2024). ANTARA/HO-Dokumen BKHIT DIY.

Solopos.com, KULONPROGO — Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Daerah Istimewa Yogyakarta bersama dengan AVSEC AP 1 Yogyakarta International Airport menggagalkan upaya penyelundupan 80.000 ekor benih bening lobster di Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Kabupaten Kulon Progo pada Selasa (14/5/2024) sekitar 17.30 WIB tujuan Kuala Lumpur, Malaysia.

Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) DIY Ina Soelistyani di Kulon Progo, Rabu (15/5/2024), mengatakan benih bening lobster (BBL) tersebut terdeteksi di area keberangkatan penerbangan internasional, hingga menjelang boarding pemilik BBL tidak dapat ditemukan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebanyak dua koper berisikan 40 kantong BBL tersebut terdeteksi di keberangkatan internasional.

Setelah dilakukan pencacahan BBL tersebut berjenis lobster pasir dengan jumlah per kantong 2.000 ekor, jadi total keseluruhan sejumlah 80.000 ekor.

Koran Solopos

“BBL tersebut akan diselundupkan dengan menggunakan salah satu maskapai penerbangan internasional dengan tujuan Kuala Lumpur, Malaysia. BBL kami amankan karena tidak ada pemiliknya,” kata Ina Soelistyani dalam rilisnya, dilansir Antara.

Ia mengatakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, melanggar pasal 34 ayat 1 dan 2 junto pasal 87 dengan pidana penjara maksimal 3 tahun dan pidana denda paling banyak Rp3 miliar.

“Jika satu ekor BBL jenis pasir kurang lebih di harga Rp20.000, maka nilai kerugian negara dari penyelundupan ini Rp1,6 miliar,” kata Ina.

Emagazine Solopos

Selanjutnya, kata Ina, media pembawa BBL yang sudah dilakukan pencacahan oleh Tim Avsec, Bea Cukai dan BKHIT DIY dilakukan penyitaan di Kantor Satpel Karantina YIA, BKHIT DIY.

Untuk tindakan selanjutnya, BBL akan diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui PSDKP dan Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (PRL).

“Tahun ini baru ada satu kali kasus yang ditemukan, semoga ke depan tidak ada lagi upaya penyelundupan BBL,” katanya.

Interaktif Solopos



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories