Share

Refleksi Tahun Baru dengan Turn On "Aku" dalam Hidupku

Selasa 08 Februari 2011 15:11 WIB
https: img.okezone.com content 2011 02 08 367 422613 2iV6w4NOYX.jpg
A A A

Menyambut kedatangan tahun baru 2011, berbagai macam peristiwa yang dialami oleh negara bumi pertiwi ini, mulai dari peristiwa senang, sedih, kecewa, sehingga memicu banyak reaksi emosional, khususnya para pelajar di Indonesia. Para pelajar yang seharusnya menjadi cerminan suatu bangsa serta pahlawan peradaban atas keresahan yang dialami suatu bangsanya kini berubah menjadi sosok yang cenderung bersikap anarkis serta emosional. Apakah yang sebenarnya terjadi pada kaum intelektual muda tersebut?

 

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk homo simbolikum. Hal ini berarti bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal tersebut dapat dibuktikan jikalau kita menengok kehidupan di masa lampau. Misalnya, pada zaman purba, manusia membutuhkan komunikasi satu sama lain, sehingga terciptalah bahasa sebagai alat komunikasi. Maka jika kita melihat pada era millenium ini, semakin maju perkembangan zaman, maka makin kompleks bahasa yang ada dalam kehidupan masyarakat.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Namun sayangnya, jika kita melihat realitas objektif di kehidupan sehari-hari, ditemukan para pelajar di Indonesia yang saling tawuran, para demonstran anarkis yang mampu membakar kendaraan motor penumpang, serta peristiwa-peristiwa lainnya. Berdasarkan data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial DKI Jakarta, pelajar SD, SMP, dan SMA, yang terlibat tawuran mencapai 0,08 persen atau sekitar 1.318 siswa dari total 1.647.835 siswa di DKI Jakarta. Bahkan, 26 siswa diantaranya meninggal dunia.

Namun betapa kita tidak prihatin, jika tawuran ini juga dilakukan oleh mahasiswa sebagai “masyarakat intelek” yang diharapkan mampu menjadi tumpuan bangsa dan Negara, juga mengikuti perilaku amoralitas adik-adiknya pelajar sekolah lanjutan, seperti misalnya tawuran yang terjadi pada Kamis, 18 Pebruari 2010, seperti yang dilaporkan ANTARA bahwa tawuran telah digelar oleh mahasiswa Fakultas Tehnik berhadapan dengan mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Tidak kepalang tanggung tawuran tersebut digelar di kampus universitas tersebut. Akibat kebrutalan tersebut dilaporkan bahwa 3 mahasiswa menderita luka-luka.

Menyusul kemudian kasus tawuran mahasiswa Fakultas Teknik dan Fisipol Universitas Tanjungpura yang terjadi 13 Maret 2010 lalu, adalah salah satu potret bahwa tawuran sudah menjadi tradisi di kalangan dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai tradisi yang terefleksi akibat pergeseran nilai yang mendera Bangsa Indonesia. Maka muncul sebuah pertanyaan apakah pelajar di Indonesia tersebut 100% makhluk homo simbolikum?

 

Ternyata setelah dikaji lebih mendalam, disamping manusia itu merupakan makhluk homo simbolikum, tetapi manusia juga merupakan makhluk hormonal. Makhluk hormonal tersebut berarti bahwa manusia tersebut juga mempunyai naluri, nafsu layaknya hewan. Oleh karena itu, faktanya kita menjumpai manusia yang mampu bertindak keji kepada sesama manusia lainnya.

Ketika manusia tidak dapat mengatur hormonal dalam tiap kegiatannya, maka niscaya manusia tersebut tidak dapat berpikir secara jernih dan hanya menuruti nafsu dan emosinya. Sehingga untuk meminimalisir hormonal tersebut, maka jangan lakukan kegiatan karena hormonal, tapi hadirkanlah "Aku" dalam dirimu.

Untuk menghadirkan "Aku" dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan proses serta tahapan-tahapan yang harus dilalui. Pertama, niat. Perbarui niat atau motif untuk hidup di dunia ini, dengan menyadari bahwa sesungguhnya motif penting dari hidup adalah belajar agar dapat membedakan manusia dengan binatang. Setelah dapat menemukan motif/niat penting untuk hidup di dunia, maka masuklah ke alam simbolik. Dalam alam simbolik ini, manusia dituntut untuk menggunakan akalnya untuk berpikir, sehingga manusia dapat menyaring kegiatan yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam mencapai tujuan hidup di dunia ini.  

Setelah memasuki alam simbolik tersebut, maka manusia tersebut mendorong “Aku” untuk lahir menemaninya dalam kehidupan sehari-hari. Jikalau manusia mampu menghadirkan “Aku” dalam kehidupan sehari-harinya, maka karakter “Aku” dapat mendominasi hormonal yang ada dalam diri manusia, sehingga dapat terlihat jelas perbedaan antara manusia dengan hewan. Maka hidupkanlah “Aku” dalam hidupmu.  Oleh karena itu,  diharapkan para pelajar di Indonesia yang merupakan generasi penerus bangsa yang tercinta ini dapat turn on “Aku” dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat menekan hormonal yang ada dalam diri, maka tercipatalah pahlawan peradaban yang intelektual, kritis, bukan emosional dan anarkis.

Ary Miftakhul Huda

Mahasiswa Statistika ITS Surabaya

Coordinator Planning Of Activities in IFLS (ITS Foreign Language Society)

(mbs)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini