Adit tercatat sebagai mahasiswa semester I Jurusan Agribisnis di Universitas Medan Area, Sumatera Utara (Sumut). Anak pertama dari pasangan Bambang Subandrio dan Priani ini sudah 3 tahun menjalani bisnis ternak kelinci.
Ditemui di kediamannya, Jalan Polonia, Gang Elang 1, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Jumat (19/1/2018), Adit tampak tengah mengurusi kelinci di halaman belakang rumahnya.
Adit bercerita dirinya menjadi peternak kelinci sejak duduk di kelas IX SMP. Bermula dari dua kelinci, lambat laun usahanya ini berkembang dan mulai dikenal orang.
"Awalnya itu beli dua ekor kelinci di Jalan Merak Jingga. Nggak sengaja posting ke media sosial. Kelincinya waktu itu beli Rp 80 ribu. Kemudian dibeli dengan harga Rp 100 ribu," ujarnya.
Setelah itu, Adit kemudian membeli kelinci lagi sebanyak dua ekor. Hal yang sama terjadi. Kelinci yang dibelinya itu diminati orang dan dijualnya. Dari situ, dia terpikir merintis usaha menjadi peternak kelinci.
Kini, sekitar 40 kelinci dengan berbagai jenis ada di kandang belakang rumahnya. Setiap hari, silih berganti pembeli datang membeli kelinci.
Adapun beberapa jenis kelinci yang dijualnya di 'Aditya Rabbit Thie Medan' adalah kelinci lokal, lop, English anggora, hingga rex. Harga jualnya pun beragam, dari Rp 45 ribu hingga Rp 650 ribu.
"Dalam seminggu terjual sekitar 60 ekor (kelinci). Sebulan pendapatan sekitar Rp 5 juta," imbuh Adit.
Tak hanya di Medan ataupun Sumatera Utara, penjualan kelinci Adit ini juga sampai ke Aceh dan Pekanbaru. Dalam menjalankan bisnis ini, Adit membangun relasi dengan rekannya yang ada di Berastagi hingga Bandung.
"Tahu tentang kelinci ini dari internet. Memberi makanannya rumput, lalu ada makanan khusus kelincinya. Kemudian minumnya juga," katanya.
"Saya juga ada jual kandang kelinci, harganya Rp 135 ribu. Hasil pendapatan ini bisa untuk uang kuliah, keperluan kuliah, dan untuk keperluan pribadi sehari-hari. Jadi nggak membebani orang tua," tukas Adit. (asp/asp)