Rumah Khas Betawi di Condet Menunggu Bantuan Pemerintah

Rumah Khas Betawi di Condet Menunggu Bantuan Pemerintah

- detikNews
Kamis, 23 Jun 2011 10:32 WIB
Jakarta - Sekian banyak rumah berasitektur modern di Jl Pangeran RT 9 RW 2, Kelurahan Bale Kambang, Condet, Jakarta Timur, tampak sebuah rumah tradisional Betawi yang unik.

Si empunya bernama Mujitaba (62). Rumah ini berdiri kokoh diatas beton, berbalut semen, berpagar besi angkuh, serta beralaskan porselen mengkilat.

Bagi Muji, sapaan akrab Mujitaba, memiliki rumah tradisional Betawi menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Meski dinding sisi rumah sudah nampak keropos dimakan usia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak sulit menemukan rumah dengan ornamen khas seperti ini. Bisa dikata hampir seluruh warga di Kelurahan Bale Kambang mengetahui letak rumah yang disebut satu-satunya yang tersisa dari sekian peradaban budaya Betawi ini.

Rumah tersebut merupakan warisan turun-temurun keluarga Mujitaba. Dia tidak tahu pasti kapan almarhum kakeknya, Saadi, mendirikan rumah tersebut. Yang jelas, rumah tersebut dibangun berbarengan dengan Gudang Air di Kramatjati, sekitar tahun 1918.

Mantan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum itu bercerita. Sejak kakeknya meninggal, rumah tersebut diwariskan kepada ayahnya, Mugeni.

"Kakek saya bilang ke Bapak kalau rumah ini jangan pernah diubah bentuk aslinya," kata Mujitaba kepada wartawan di kediamannya.

Wasiat yang disampaikan kakeknya itu rupanya jatuh pula kepada Mujitaba. Dengan kalimat yang sama, sang ayah meminta Mujitaba untuk menjaga dan merawat rumah seluas 120 meter itu dan tidak mengubah bangunan aslinya.

"Almarhum Bapak bilang kalau nggak mau tinggal di rumah yang sekarang, mending buat rumah baru saja. Daripada mengubah bentuk rumah Betawi ini," ujarnya.

Detikcom mencoba mengelilingi rumah Mujitaba. Sekeliling rumah berbalut kayu. Dari mulai atap sampai dengan daun pintu dan jendela. Dinding-dinding rumah juga terbuat dari kayu. Namun sayang beberapa bagian nampak bolong-bolong akibat rayap. Daun pintu dan jendela serta pasak yang menyangga rumah masih berdiri kokoh.

"Bahannya dari kayu nangka. Jadi bisa tahan lama," jelas Muji.

Hanya saja, pagar kayu dengan ukiran lancip khas Betawi sudah tidak terpasang memagari rumahnya. Bekas pagar itu disimpannya menjadi atap-atap rumah.

Pengantinya, ia memasang teralis. Hal itu dilakukan karena rumah ini sempat disatroni maling dan kehilangan satu unit lampu gantung kuno berbahan kuningan.

Di halaman rumah ini tidak begitu banyak pohon duku atau salak yang menjadi ciri khas Condet. Hanya ada satu pohon salak yang tumbuh di pekarangan samping rumah. Sisanya ditumbuhi pisang batu yang daunnya banyak digunakan untuk membuat pepes.

Mujitaba mengaku gampang-gampang susah mengurus rumah yang pernah mendapat penghargaan dari Walikota Jakarta Timur di tahun 2009 atas apresiasi pelestarian cagar budaya.

"Riskan kalau ada rayap. Belum lagi tidak mudah cari kayu pengganti yang tahan lama," ujarnya.

Pemerintah kota setempat pernah menjanjikan bantuan materil untuk renovasi rumah tersebut. Namun, janji tersebut tinggallah jani. Dirinya tetap berharap ada bantuan dari pemerintah guna penyelamatan benda cagar budaya tersebut.

"Mudah-mudahan pemerintah betul-betul serius mau membantu menjaga rumah cagar budaya ini. Saya siap menunggu perbaikan," ujar Muji.


(ahy/gus)