Pohon Wijayakusuma Karaton, Hanya Tumbuh di 2 Pulau Karang Nusakambangan

Pohon Wijayakusuma Karaton, Hanya Tumbuh di 2 Pulau Karang Nusakambangan

Arbi Anugrah - detikNews
Sabtu, 23 Okt 2021 17:22 WIB
Pulau Majeti dan Pulau Wijayakusuma, tempat pohon Wijayakusuma Keraton tumbuh, di kawasan Cagar Alam Wijayakusuma Cilacap.
Pulau Majeti dan Wijayakusuma, tempat pohon Wijayakusuma Keraton tumbuh, di kawasan Cagar Alam Wijayakusuma Cilacap. (Foto: dok. Biodiversity Pertamina RU IV Cilacap)
Cilacap -

Kawasan konservasi cagar alam Wijayakusuma, Cilacap, Jawa Tengah, ditumbuhi pohon Wijayakusuma Karaton atau Pisonia Grandis Var Silveltris. Pohon ini disebut hanya tumbuh di dua pulau karang kawasan Nusakambangan itu, yakni Pulau Majeti dan Pulau Wijayakusuma.

Dua pulau karang tersebut berjarak sekitar 150 meter dari tepi pantai Pulau Nusakambangan sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan laut selatan. Namun keberadaan pohon Wijayakusuma Karaton yang konon merupakan pohon keramat bagi masyarakat Jawa dan menjadi simbol legalitas keraton-keraton di masa raja-raja Jawa, kondisinya kini memprihatikan. Pohon indukan yang berada di dua pulau karang tersebut kini telah mati termakan usia.

Berbagai upaya dilakukan untuk menyelamatkan Pohon Wijayakusuma Karaton yang jenisnya hanya terdapat di dua pulau karang tersebut, salah satunya dengan memperbanyak anakan dari dua indukan yang telah mati itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami lakukan upaya penyelamatan spesies itu sehingga kami melangkah ekspedisi ke sana dengan patroli dan monitor. Kita coba perbanyakan menggunakan stek, ternyata jenisnya sama antara yang di Pulau Majeti dan di Cagar Alam Wijayakusuma, sehingga kami mengambil materi untuk bahan stek," kata Kepala Resort Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Cilacap, Dedi Rusyanto (54), saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

Dedi mengatakan, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, selain di kawasan Nusakambangan, pohon Wijayakusuma juga ada di Karimunjawa dan Bali. Namun saat diteliti, spesies yang ada di dua lokasi tersebut berbeda meskipun sama-sama masih satu keluarga Pisonia.

ADVERTISEMENT

"Pohon Wijayakusuma Karaton ini hanya tumbuh di dua pulau karang kawasan Nusakambangan, yakni pulau Majeti dan pulau Wijayakusuma," ungkap Dedi.

Saat upaya penyelamatan jenis tersebut, Dedi mengaku sangat bersyukur. Pasalnya dari dua pohon indukan yang telah mati dan lapuk termakan usia itu ternyata tumbuh anakan yang masih kecil dari akar pohon indukan yang merembet di antara tepian tebing karang. Setidaknya terdapat empat anakan dari pohon Wijayakusuma Karaton yang ada di Cagar Alam Wijayakusuma dan dua anakan di Pulau Majeti.

"Awalnya kami khawatir, tapi setelah lihat kondisi update kita lakukan upaya-upaya konservasi, kemungkinan punahnya itu sudah kita antisipasi lewat stek itu. Suatu saat perbanyakan dan indukan di eks-situ diperlukan bisa bermanfaat, tapi edukasi pelestarian, upaya perbanyakan, menjaga dari bahaya kepunahan alhamdulillah sudah bisa kita lakukan," jelasnya.

Konservasi pohon Wijayakusuma Karaton di Cilacap.Konservasi pohon Wijayakusuma Karaton di Cilacap. Foto: Arbi Anugrah/detikcom

Upaya konservasi pohon Wijayakusuma Karaton yang hanya ada di dua pulau karang tersebut juga salah satunya untuk meminimalisir hilangnya spesies tersebut dari gangguan kerusakan yang bisa saja terjadi karena faktor alam, seperti gempa dan tsunami.

Selain itu, lanjut dia, cagar alam Wijayakusuma yang sudah ada sejak zaman Belanda ini dimungkinkan terkait dengan faktor sejarah, di mana mitos dan legenda yang tersebar di kalangan keraton bahwa siapa saja yang menanam pohon Wijayakusuma Karaton akan menurunkan para raja Jawa. Sehingga penamaan pulau dan tanaman tersebut kemungkinan sangat berkaitan.

"Kami juga dapat informasi dari beberapa tetua, bahwa Keraton Surakarta ketika membutuhkan ritual juga ke Pulau Wijayakusuma itu dan di keluarga Cendana pun pada masa itu konon informasinya bahwa salah satu yang mengawali memilikinya itu Cendana, Keraton Surakarta maupun Keraton Yogyakarta. Panjang sekali perjalanannya, karena waktu itu dianggap pohon keramat untuk kepentingan ritual," ucapnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Tonton juga Video: Pohon Setinggi 20 Meter Tumbang hingga Tutup Jalan Tamansari Bandung

[Gambas:Video 20detik]