TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, mengatakan Gunung Anak Krakatau meletus.
"Kemarin sore pukul 18.00 WIB meletus dan mengeluarkan material pijar. Erupsinya strombolian," kata dia di kantornya di Bandung, Senin, 3 September 2012.
Surono mengatakan, dengan erupsi tipe strombolian itu, gunung itu memuntahkan material pijar hingga ketinggian 200-300 meter. "Dari jauh kelihatan seperti kembang api," kata dia.
Kendati meletus, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi masih mematok status aktivitas gunung itu di level II ataui waspada yang sudah ditetapkan sejak 2011 lalu. Dengan status itu, manusia tidak boleh mendekati radius 1 kilometer dari puncak gunung itu atau mendarat di pulau Gunung Anak Krakatau.
Sengaja lembaganya tidak menaikkan status gunung itu. Surono beralasan, kendati tipe letusannya strombolian, lontaran material pijar yang terlontar dari kawah relatif tidak jauh karena sistem kawah Gunung Anak Krakatau sudah terbuka. "Lontaran materialnya di sekitar puncak, radius 1 kilometer," kata dia.
Letusan kali ini berbeda dengan letusan gunung itu sebelumnya, kala terjadi letusan eksplosif. Saat itu, terlontar abu hingga ketinggian beberapa kilometer, abu letusannya pun sampai menjangkau Lampung.
Surono mengatakan letusan kali ini minim hembusan abu. Dia sudah mengecek di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Kalianda, Lampung Selatan, untuk memastikan isu lontaran abu letusannya menjangkau Lampung. "Itu tidak benar abu vulkanik (letusan Gunung Anak Krakatau) sampai ke Lampung," kata Surono.
"Letusannya strombolian, bukan mengeluarkan abu tinggi. Letusannya material pijar, bukan asap. Kalau asap tinggi mungkin sampai ke Lampung. Tapi ini strombolian, materialnya yang dilontarkan cukup berat," ujar dia.
Gunung Anak Krakatau sempat terus menerus meletus antara 2007-2008. Kala itu, letusan yang dihasilkan bertipe eksplosif dengan abu letusannya menjangkau Lampung. "Tapi kalau sekarang kecil kemungkinan abu letusannya sampai ke Lampung, karena letusannya strombolian," kata dia.
Surono mengatakan semua pengukuran seismik aktivitas gunung itu sudah over-scale akibat letusan itu. Sejak kemarin, Minggu, 1 September 2012, pukul 18.00, gunung itu terus-menerus meletus. "Sampai sekarang masih fluktuatif," kata dia.
Menurut dia, aktivitas gunung itu membuat peralatan yang dipasang di seputaran kawah itu tidak berfungsi. Surono menduga solar panel atau sel surya yang memasok listrik untuk peralatan sesimik gunung itu tertutup material letusan sehingga peralatan mati. Kini, hanya 1 alat tersisa yang masih berfungsi merekam aktivitas vulkanik gunung itu.
AHMAD FIKRI
Terpopuler:
Jokowi: Ada Instruksi Agar Yang di Sana Itu menang
Wanita Ini Bercumbu dengan Pangeran Harry di Vegas
83 Persen Melawan 17 Persen,Jokowi Yakin Menang
Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia
Megawati: Jadi Manusia Mbok Punya Moral dan Etika
Kang Jalal pun Diancam Mati
Bagaimana Kronologi Syiah Masuk Sampang?
Wifi Gratis Sudah Aktif di Jakarta
Rusuh Sampang, Siapa Roisul Hukama?
Indonesia Pemilik Pertama Super Tucano di ASEAN