SIANG itu, sinar mentari begitu menyengat, tapi tak menyurutkan semangat Oval dan Riana mengarak ondel-ondel. Pasangan suami-istri itu terus memainkan boneka raksasa khas Betawi diiringi alunan musik di tengah padatnya aktivitas warga sekitar Stasiun Tebet, Jakarta Selatan.
Aksi ondel-ondel ditampilkan Oval dan Riana menarik perhatian warga. Keduanya terus bergerak menyusuri jalanan, mengais rezeki untuk menyambung hidup, manafkahi putra-putrinya yang masih kecil. Cuaca hujan atau panas bukan penghalang.
Saat Oval bergerak dengan ondel-ondel dan musik dorong, Riana membawa kaleng menyasar orang-orang yang mau memberinya uang.
"Saya sudah dua tahun mengarak ondel-ondel begini, sejak kerjaan habis kontrak, dari pada nganggur, anak ada, bini ada,” tutur Oval saat ditemui Okezone, Selasa 28 Agustus lalu.
“Awalnya iseng-iseng saja eh keterusan deh. Kadang berdua sama istri, kadang bertiga ajak temen," lanjutnya.
Oval dulu bekerja di sebuah rumah makan, lalu kontraknya habis dan diperpanjang. Sudah beberapa kali melamar ke perusahaan lain, tapi nasibnya belum mujur. Karena anak-istri butuh makan, dia pun nekat mengamen dengan ondel-ondel.
Warga menyaksikan ondel-ondel (Okezone)
Oval dan Riana tinggal di rumah sederhana milik orangtuanya di Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Mereka biasanya membawa ondel-ondel dengan bajaj ke lokasi yang ingin disasar.
Ondel-ondel itu disewa dari tetangganya Rp50 ribu per hari. “Kalau sepasang cewek-cowok Rp100 ribu,” ujarnya.
Seharian beraksi, biasanya dia mendapat Rp200 ribu setelah dipotong biaya sewa dan ongkos bajaj. Dengan pendapatan segitu, dia harus pintar-pintar menutupi kebutuhan hidup keluarganya.
Pro-kontra
Ondel-ondel adalah seni budaya Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat, hajatan pernikahan, sunatan hingga syukuran.
Menyolek ondel-ondel (Badriyanto/Okezone)
Boneka yang rata-rata tingginya 2 meter itu terbuat dari kayu kemudian dikenakan pakaian. Ondel-ondel perempuan biasanya wajah dicat putih. Yang laki-laki berkumis, wajahnya dicat berbeda-beda, biasanya merah. Orang harus masuk ke ondel-ondel untuk mengaraknya.
Riwayat menyebutkan ondel-ondel sudah ada sejak abad 16 Masehi. Dulu namanya barongan. Tampilannya serem, sering dipakai untuk ritual-ritual penolak bala atau mengusir roh jahat.
Seiring zaman, barongan pun berubah wujud lebih lucu dan unik dengan nama ondel-ondel. Dari panggung-panggung hiburan rakyat dan atraksi kebudayaan, ondel-ondel kini turun ke jalan. Kerap digunakan orang-orang untuk mengamen.
Ningsih, warga Tebet tak mempermasalahkan keberadaan pengamen ondel-ondel. "Ya enggak apa-apa, yang penting halal, lagian lumayan menghibur dan turut mengenalkan ondel-ondel kepada anak-anak kecil," ujarnya.
Awaluddin juga berpandangan serupa. Pria Betawi yang tinggal di Jakarta Barat itu menilai aksi ondel-ondel jalanan juga bagian dari “melestarikan kebudayaan Betawi agar orang-orang mengenal lebih dalam budaya Betawi.”
Ondel-ondel di jalanan (Badriyanto/Okezone)
Tapi, Fiddy sedih melihat ondel-ondel yang jadi kebanggaan Betawi malah dijadikan media mengemis. Tak jarang, kelompok ‘pengamen’ ondel-ondel juga melibatkan anak-anak.
“Saya agak miris saat melihat kelompok ondel-ondel itu seperti mengamen hampir tiap malam di kawasan Mampang (Prapatan). Apalagi sampai malam dan melibatkan anak-anak untuk meminta uang,” ujar warga Pancoran, Jakarta Selatan itu.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya