Resensi “Tiga Perompak Senja”

Oleh: Petrus Boby Permana

 

Petrus Boby Permana
16.M1.0071
Teknik Penulisan Efektif

 

Resensi Album Baru Superman Is Dead “Tiga Perompak Senja”

Artis                 :           Superman Is Dead (SID)
Album              :          Tiga Perompak Senja
Jumlah Lagu  :           11 Lagu
Durasi              :           41 menit
Persoel            :           Bobby Kool (Guitar,Vocal), Eka Rock (Bass),
Jrx (Drum)
Genre               :          Rockabilly, Punk Rock
Rilis                  :          9 November 2018
Label               :          Sony Music Entertainment Indonesia

Album terbaru dari Superman Is Dead (SID) yang bertajuk Tiga Perompak Senja menyajkan lagu dengan nuansa rockabilly dan punk rock dengan cita rasa Green Day, Social Distortion, Rancid dan mungkin juga NOFX. Masih kental dengan keliaran dan perlawanan. Perlawanan akan apa saja yang menurut perspektif mereka tidak setujui. Dirilis dalam format digital di aplikasi streaming musik seperti Joox, Spotify, dan iTunes. Album ini terdiri dari 11 lagu yang terbagi menjadi 4 lagu dalam bahasa Inggris dan 7 lagu dalam bahasa Indonesia. Terdapat satu single yang turut dimasukkan juga dalam album ini yaitu “Batas Cahaya” yang dirilis pada 11 Mei 2018 lalu. Album ini seperti mengajak pendengar untuk kilas balik ke era saat SID sedang menuju era keemasan sampai pada saat mereka menyentuh titiknya. 2003-2009 merupakan era di mana SID melahirkan album seperti Kuta Rock City (2003), The Hangover Decade (2004), Black Market Love (2006), dan Angels And The Outsiders (2009). Era di mana lagu yang diangkat mayoritas seputar kenakalan, kebebasan anak muda, alkohol, asmara yang tidak cengeng, optimisme dan resistensi. Di album ini seolah SID berupaya menegaskan kepada para fans dan pendengarnya bahwa mereka belum atau bahkan tidak akan menua di usianya yang menuju senja. Album ini adalah nostalgia SID pada masa mudanya. Tidak menyajikan kritik sosial, nasionalisme dan isu lingkungan seperti album sebelumnya yakni Sunset Di Tanah Anarki (2013). Ambil saja lagu seperti Water Not War, Jadilah Legenda, dan Sunset Di Tanah Anarki. Mungkin album terbaru ini adalah pelampiasan euforia para personel SID yang ikut berjuang menyuarakan penolakan reklamasi di Tanjung Benoa yang pada akhirnya menjadi kemenangan rakyat Bali lantaran tidak terbitnya kajian amdal yang diterbitkan Kementrian Lingkungan Hidup dan Lingkungan, sekaligus peristirahatan sejenak setelah berjuang hampir 6 tahun lamanya menyuarakan dan turun ke jalan bersama para aktivis serta rakyat Bali dalam upaya melindungi tanah kelahirannya. Secara garis besar album ini berisi euforia dan kilas balik para personi SID saat di medio 2000an. Seperti yang diungkap SID dalam situsnya mengenai album ini, “liar, nakal, sedikit hedonistik.” Tentang kegilaan, kenakalan, dan fantasi  dunia rock n’ roll saat itu yang masih berelevansi dengan kondisi dan lingkungan sosial dari perspektif SID.

  1. Ride The Wildest
    (Penulis : Eka Rock)
    Seseorang menunggangi motor, berkeliling Bali dan diri yang dibalut dengan jaket kulit menyusuri jalanan dengan gagah seolah yakin tidak akan ada yang memperlambat lajunya saat bersenang-senang di jalanan.
  2. Aku Persepsi
    (Penulis : JRX)
    “Aku kan abadi
    Lekat diprasasti
    Aku bukan aku
    Aku persepsi”
    Lagu ini adalah sebuah bentuk penegasan akan sebuah keabadian yang banyak disangkal banyak orang. Persepsi disini menjelaskan bahwa semua orang pasti mati, tapi yang membuat abadi seseorang adalah persepsinya yang tertinggal dibenak pikiran orang, berdampak pada suatu perubahan atau mungkin terukir dan melekat di prasasti.
  3. Puisi CInta Para Perompak
    (Penulis : JRX)
    Tentang seorang perompak yang jatuh cinta dan menghabiskan sisa hidupnya menaklukkan dunia untuk temukan jelitanya yang didambakan. Lagu ini terinspirasi dari tato yang ada di paha kanan Jrx.
  4. Ocean Horror
    (Penulis : JRX)
    berkisah tentang ketakutan seseorang akan laut dan pantainya yang akan dirusak. Seperti curahan hari SID yang tidak rela indahnya pantai dan lautan yang ada di Bali dirusak. Tergambar pada lirik “Dynamite sea surgery let the poison range and shout”
  5. Brandal 2 Milyar
    (Penulis : JRX)
    “Judi, minum, dan wanita kapan aku akan dewasa?”. Dari penggalan lirik agu ini sudah menjabarkan maksud lagu ini dan tampak penulis lagu menggunakan sudut pandang orang ketiga. Mengkisahkan seorang yang terobsesi dengan kemewahan dan kenikmatan dunia fantasi rock n’ roll dan mengadu peruntungan di dalamnnya. Sampai terjebak pada kefanaan yang menghambatnya menjadi dewasa. Penulis lagu menulis lagu ini dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga.
  6. Nostalgia
    (Penulis : Eka Rock)
    Langgam nostalgia yang terdengar seperti balada yang bercerita akan Bali yang merupakan kampung halaman para personel SID. Membahas betapa indahnya kota yang mereka tinggali. “Down the road, you see it’s so beautiful. Up in hill, the world’s still cloudy”. Penggalan yang menggambarkan indahnya kota ini.
  7. Teriakan Kemenangan
    (Penulis : Bobby Kool)
    “Kumelawan
    Melawan apapun untuk teluk ku ini
    Menjaga kesucian dan ku hormati
    Alam ini ku jaga sampai mati…”

    Bagian akhir reff lagu yang secara terang mewakili apa yang SID lawan di kota kelahirannya. Melawan para pengusaha yang rakus sampai mengeruk kekayaan alam sampai pada batalnya sebuah pereklamasian sebuah teluk di Benoa yang semakin menguatkan makna lagu ini. Sebuah kemenangan akan perjuangan panjang dari tahun ke tahun untuk melindungi kotanya.
  8. Tentang Tiga
    (Penulis : JRX)
    Kisah perjalanan 3 pemuda yang menjajak karir sampai ke titik tertinggi mereka. Mengulas perjalanan SID selama 24 tahun mengarungi banyak petualangan dan banyak juga hal yang ditaklukan dalam perjalanannya. “Hari ini adalah anugrah, esok lusa tercipta sejarah, tiga pria yang tak mau mengalah. Angkara, Cinta, Membara!”. Penggalan lirik yang menggambarkan betapa kuat dan dan optimisnya mereka dalam menyongsong hari esok yang penuh misteri untuk menciptakan lebih banyak sejarah lagi.
  9. Company Misery
    (Penulis : Eka Rock)
    Lagu ini lebih merujuk pada pesan optimisme akan hal-hal yang membuat kita sedih, bimbang atau putus asa meskipun berarti kesengsaraan. Menjanjikan bahwa setelah sesuatu yang buruk menimpa pasti akan ada sesuatu yang lebih baik menyusul.
  10. Demi Angkasa
    (Penulis : JRX)
    Sebuah cerita tentang pengampunan dan penebusan dosa seseorang dengan cinta yang ditebarkan usai penghapusan dendam.
  11. Batas Cahaya
    (Penulis : Bobby Kool dan JRX)
    Garis besar pesan dalam lagu ini adalah jangan pernah menyerah untuk berjuang. Tembang penyemangat untuk perjuangan yang tak kenal lelah ini seolah meyakinkan pendengar untuk mencapai atau melawan apapun yang mungkin terlihat tidak mungkin.

Album ini layak mendapatkan apresiasi. Walaupun album ini terdengar seperti kilas balik ke era awal  sampai pertengahan 2000an yang di mana musik SID masih terdengar sangat keras dan liar dari segi lirik, album ini masih menyelipkan pesan-pesan mengenai isu-isu sosial dan politik. Walaupun tidak semasif album Sunset Di Tanah Anarki. Selain kental dengan sastra, lagu-lagunya pun masih konsisten menyuarakan optimisme, satir dan euforia kehidupan. Kuat. Namun tidak terdengar berlebihan. Lirik-lirik lagunya pun seperti sebuah kisah yang mungkin menarik untuk diketahui. Walaupun mungkin musiknya tidak semenarik liriknya. Memang sejak album Sunset Di Tanah Anarki lagu-lagu SID lebih bisa dinikmati khalayak dibanding album-album sebelumnya. Termasuk album yang sekarang ini lebih bisa diterima masyarakat dari segi lirik dan musik. Beberapa lagu pun mungkin punya potensi untuk diaransemen dalam aliran musik lain seperti dangdut, seperti Puisi Cinta Para Perompak  dan Tentang Tiga. Lagu ini tidak secepat lagu lainnya. Iramanya pun lebih menyerupai lagu Sunset Di Tanah Anarki, tapi secara keseluruhan album ini bisa dikatakan sebagai salah satu album terbaik di tahun 2018. SID menuliskan lirik lagunya dengan jujur dan tidak terkesan seperti menggurui para pendengarnya. Liriknya lebih kepada pengalaman, kilas balik, dan curahan hati para personel selama berjibaku di dunia musik ataupun keseharian hidupnya. Sayangnya saat album ini rilis tidak menyertakan rilisan fisik bersamaan dengan dirilisnya album ini dalam format digital. Bagi beberapa fans, mungkin terhitung sejak album Sunset Di Tanah Anarki, SID tidak lagi menghadirkan nuansa liar dan se-nakal album-album terdahulu SID. Seperti pejuang tua yang masih konsisten berjuang dan berdiri dengan keyakinannya. Namun tidak pernah usang dan memudar. Karena tua sejatinya hanyalah sebatas perasaan, dan trio Bali ini memilih untuk selalu merasa muda. Saya jadi ingat sebuah pepatah yang berbunyi “tiada pesta yang tak usai”. Memang demikian, tapi sedikit nostalgia setidaknya akan membuat pesta itu senantiasa hidup. Sebagai informasi tambahan, album Tiga Perompak Senja merupakan album SID terakhir yang dirilis oleh Sony Music Entertainment Indonesia karena kesepakatan kontrak yang sudah hampir kadaluarsa.

Tinggalkan komentar