Di Balik Pantai Bikini Arab Saudi, Ternyata Ini Biang Keladinya

Di Balik Pantai Bikini Arab Saudi, Ternyata Ini Biang Keladinya
Potret Pure Beach, pantai bikini di Arab Saudi. (Foto: detik.com)
Penulis
Rubrik
Sumber
cnbcindonesia.com

Jakarta | Arab Saudi mendapatkan sorotan karena mulai memodernisasi dan membuka diri. Sebelumnya, negara ini amat konservatif.

Terbaru para perempuan di negeri Raja Salman itu dapat mengenakan bikini saat mengunjungi pantai di dekat wilayah Kota Jeddah. Pantai itu bernama Pure Beach, sebuah pantai privat yang menarik tarif tertentu.

Perempuan dan laki-laki juga dapat menikmati deburan ombak bersama-sama, tanpa adanya pemisah. Hal yang sebelumnya tak pernah bisa dilakukan di sana.

Ini bukan kali pertama hal mengangetkan dilakukan negeri kaya minyak itu. Sebelumnya, pada tahun 2019 pasangan yang belum menikah sekarang akan diizinkan untuk berbagi kamar saat berlibur di negara tersebut.

"Aturan ini disetujui oleh Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional sebagai peraturan baru akomodasi pariwisata," kata seorang juru bicara kepada CNN.

Peraturan "out of the box" dikeluarkan untuk menarik 100 juta pengunjung tahunan, baik internasional dan domestik, pada tahun 2030 mendatang. Saat ini Saudi juga diketahui sedang membangun resor-resor dan juga memperbaiki situs-situs bersejarahnya.

Arab Saudi tengah fokus membangun pariwisata untuk mencapai target menjadi salah satu pilar ekonomi di masa yang akan datang. Pariwisata akan menjadi penyokong PDB kedua setelah minyak.

Kocek US$500 miliar lebih digelontorkan untuk proyek-proyek besar. Seperti pengembangan Laut Merah, Qiddiya, Diriyah, AlUla dan Neom, yang akan merevolusi pariwisata kerajaan kepada khalayak nasional dan internasional.

Reformasi yang dirancang untuk membuka diri terhadap dunia termasuk aturan untuk mengakomodasi investasi di sektor pariwisata. Terobosan lain adalah e-visa dapat dikeluarkan untuk pelancong hanya dalam waktu lima menit.

Pengembangan pariwisata yang masif untuk mengembangkan ekonomi Arab Saudi di tahun 2030 sesuai dengan visi yang dibangun sejak 2016. Salah satu tujuannya adalah melepas ketergantungan dari jualan minyak.

Pada kuartal kedua 2021, kontribusi sektor petroleum dan gas dominan dengan pencapaian 24,9%. Visi yang dibangun oleh Arab Saudi yaitu masyarakat yang dinamis, ekonomi yang berkembang, dan menunjukkan bangsa yang ambisius kepada dunia.

Tema pertama menekankan kualitas hidup yang lebih baik di masa depan, mempromosikan warisan budaya Arab Saudi, lingkungan yang indah dan sejarah agama melalui pariwisata termasuk penyelenggaraan ibadah Haji atau Umrah.

Tema kedua, untuk mencapai ekonomi yang berkembang, berjanji untuk membangun sistem pendidikan yang komprehensif untuk meningkatkan sektor ekonomi non-energi dengan potensi tak terbatas dan mendiversifikasi ekonomi Kerajaan dengan berbagai alat investasi.

Tema ketiga berfokus pada progresivitas pemerintah Arab Saudi dengan meningkatkan porsi pendapatan nonmigas dan meningkatkan efektivitas pemerintah secara keseluruhan.

Visi 2030 adalah reformasi sosial politik dan ekonomi nasional untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada minyak mentah melalui diversifikasi ekonomi dan serangkaian pengembangan layanan publik.

Niatnya untuk meningkatkan porsi sektor bisnis non-migas, seperti pariwisata, perbankan dan sektor teknologi, dan menampilkan citra nasional yang berpikiran terbuka dan sekuler di panggung global.

Tujuan utama dari rencana tersebut termasuk penghijauan, meningkatkan jangkauan kawasan lindung, mengurangi emisi, diversifikasi ekonomi dan membangun kota futuristik dengan penggunaan energi terbarukan 100%.

Rencana reformasi ekonomi besar-besaran Arab Saudi juga bisa dibilang sebagai langkah antisipasi dari perkembangan energi dunia. Di masa depan ketika energy fosil mulai ditinggalkan, minyak jadi salah satu yang paling mengalami penurunan permintaan terutama dari transportasi yang selama ini memberikan sumbangsih terbesar terhadap permintaan minyak dunia.

Peralihan ke energi terbarukan karena masalah emisi karbon dunia sehingga terjadi kesepakatan negara-negara untuk bersama-sama mengurangi emisi karbon. Negara Saudi Arabia adalah penyumbang emisi karbon terbesar kedua di daerah timur tengah setelah Iran.

Menurut IEA (The International Energy Agency), dalam "Outlook Energy 2021", tingkat permintaan minyak akan turun hingga 104 juta barel per hari (mb/d) pada pertengahan 2030-an dan kemudian turun sangat sedikit hingga 2050.

Pada tahun 2030 dan 2050, permintaan minyak untuk transportasi jalan menurun lebih dari 2 mb/d secara global. Tahun 2030, 15% mobil penumpang di jalanan dikuasai mobil listrik dan meningkat menjadi 30% pada tahun 2050.

Berdasarkan data BP Statistical Review, Saudi Arabia memiliki cadangan minyak sebesar 297.500 mb dan menjadi negara yang memiliki cadangan terbesar kedua di dunia dengan porsi 17,2% dari total cadangan minyak dunia.Saudi Arabia berada di urutan kedua dengan produksi 11.039 mb/d.***

Komentar

Loading...