Badai Matahari Diprediksi Terjadi Akhir 2023, Apa Dampaknya?

Badai Matahari
ilustrasi untuk Badai Matahari (Pixabay)

Metaranews.co, News – Fenomena badai matahari diprediksi akan terjadi lebih cepat. Dari yang awalnya diprediksi akan terjadi pada 2025 ternyata justru akan terjadi pada akhir 2023, dilansir dari Live ScienceLantas, apa itu fenomena badai matahari dan dampaknya? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

Apa Itu Badai Matahari? 

Fenomena badai Matahari adalah lonjakan pelepasan energi Matahari melalui titik-titik tertentu karena terjadinya gangguan magnetik seiring tidak seragamnya kecepatan rotasi bagian-bagian permukaan Matahari dan antara permukaan dengan interior Matahari.

Ketidakseragaman kecepatan rotasi ini menyebabkan garis-garis gaya magnetik Matahari bisa saling berbelit dan membentuk busur yang menjulur keluar dari fotosfera. 

Busur tersebut akhirnya memerangkap plasma Matahari, yang pada satu saat busur ini akan putus dan menghasilkan dua fenomena, yang keduanya bisa menjadi penyebab terjadinya badai matahari. 

Aktivitas di permukaan Matahari, di antaranya seperti jilatan api (solar flares) atau ledakan massa korona (CME), yang dapat meningkatkan energi yang dibawa oleh angin Matahari dan kecepatannya. 

Selain itu, aktivitas Matahari tersebut juga dapat mempengaruhi intensitas medan magnet antar planet (IMF). Kendati magnetosfer atau salah satu lapisan atmosfer Bumi dapat membelokkan sebagian besar aktivitas Matahari yang dibawa oleh angin matahari, namun beberapa partikel yang dilontarkan oleh CME tetap dapat memasuki Bumi. 

Partikel-partikel energik ini kemudian yang menyebabkan gangguan magnetik, yang selanjutnya diklasifikasikan sebagai fenomena badai geomagnetik atau sub-badai Matahari.

Badai matahari terjadi ketika matahari mengalami ledakan besar yang menghasilkan gelombang partikel bermuatan yang dilepaskan ke luar angkasa. Badai matahari dapat mencapai intensitas yang tinggi, tergantung pada aktivitas siklus matahari. 

Aktivitas siklus matahari berlangsung sekitar 11 tahun. Siklus ini ditandai oleh perubahan medan magnet matahari, yang menyebabkan kutub utara dan selatan matahari bertukar tempat. 

Saat matahari mendekati puncak siklusnya, aktivitasnya meningkat dan memunculkan bintik-bintik gelap, suar, dan letusan di permukaannya.

Berdasarkan penelitian dan pemantauan yang dilakukan oleh NASA, terdapat indikasi matahari akan mencapai puncak aktivitasnya pada 2025. 

Puncak aktivitas matahari ini diyakini dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas badai matahari. Observasi terhadap bintik matahari dan pola aktivitas matahari memberikan petunjuk Bumi mungkin akan menghadapi periode yang berbahaya.

Namun, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), memprediksi siklus aktivitas matahari akan mencapai puncak dan menyebabkan fenomena ini terjadi antara Januari dan Oktober 2024.

Dampak Badai Matahari

Badai matahari dapat memiliki dampak serius bagi teknologi dan infrastruktur di Bumi. Beberapa dampak yang mungkin terjadi melibatkan gangguan pada sistem komunikasi, navigasi satelit, dan jaringan listrik.

1. Gangguan pada Komunikasi

Flare matahari dapat menyebabkan gangguan pada sinyal radio dan komunikasi satelit, yang dapat mempengaruhi sistem komunikasi global.

2. Gangguan Navigasi Satelit

Partikel bermuatan dari badai matahari dapat mempengaruhi kinerja satelit GPS, menyebabkan ketidakakuratan dalam penentuan lokasi dan navigasi.

3. Gangguan Listrik

CME yang mencapai Bumi dapat memicu arus listrik di saluran listrik dan infrastruktur kelistrikan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada transformator dan peralatan listrik.

4. Radiasi di Lingkungan Angkasa

Astronaut dan satelit di luar angkasa dapat terpapar radiasi tingkat tinggi selama fenomena ini terjadi dan juga berdampak pada kesehatan manusia dan sistem elektronik.

 

Pos terkait