Sejarah Singkat Seni Lukis

Lukisan ialah sebuah hasil dari kesenian melukis di atas permukaan dua dimensional (arti permukaan disini bukan berarti datar “flat”, karena adanya kemungkinan menggambar di permukaan yang melengkung).[1] Seni Lukis sendiri adalah cabang dari seni rupa dua dimensional yang bisa dibentuk dengan bubuk berwarna, pasta, atau cairan yang diaplikasikan pada berbagai jenis permukaan. Tetapi dalam perkembangan seni lukis seniman dapat menciptakan sebuah ilusi kedalam karya seni lukisnya. Jadi, meskipun dua dimensional atau hanya memiliki panjang dan lebar, lukisan tersebut seakan-akan berbentuk tiga dimensional.[2]

Seni lukis barangkali adalah merupakan cabang seni rupa yang tertua. Pada masa prasejarah, kita dapat menemukan dinding yang seringkali dihiasi gambar, yang umumnya melukiskan binatang buruan di dalam gua-gua. Seni Mesir, Mesopotamia, dan Persia adalah peninggalan-peninggalan seni tertua menggantikan seni primitif dengan karya-karya yang ideal-konvensional. Sementara, di Yunani karya-karyanya bersifat realistik-idealistik yang mengutamakan imitasi, dan berlangsung sampai ke masa Romawi. Di sisi lain, seni Bizantium menampilkan karya non-realistik yang dipengaruhi dunia Timur, yang mengarah pada dekoratif, yang tinggi dengan pewarnaan yang meriah. Kesenian yang penuh aturan dibawah kepentingan agama Nasrani. [3]

Seni lukis berkembang dimulai dari zaman Giotto (1266-1337) . dan berkembang pesat pada zamans Renaisans. Pelukis Giotto melepaskan diri dari cengkraman tradisi yang panjang, menggunakan kembali matanya dalam melukiskan objeknya, bukan sesuai aturan yang ada. Pada akhirnya setelah melintasi beberapa abad, tercapailah puncak kebesaran Renaisans, suatu seni yang visioplastik sempurna.[4] Dari zaman ini banyak melahirkan pelukis-pelukis besar sepanjang masa seperti Leonardo da Vinci (1452-1519) dan Michelangelo (1475-1564), yang menciptakan mahakarya dan berpengaruh terhadap dunia seni lukis. Perkembangan tersebut tak lepas dari ilmuan sekaligus pelukis Leonardo da Vinci, yang menyebut seni lukis sebagai “ilmu lukis”. Davinci memahami tugas utama seniman dalam hal representasi atas proposi inheren alam semesta.[5]

Lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Ukuran: 77 cm × 53 cm. Berada di Museum Louvre (sejak 1797) Abad Renaisans 1503

Sesudah zaman Renaisans berakhir, seni lukis tersebut hanya berubah tuan, yang awalnya menghamba pada gereja beralih ke para raja, dari menggambar cerita-cerita Injil berubah menjadi pelukisan tema-tema kesukaan raja. Hal itu berlangsung selama berabad-abad sampai abad pertengahan.[6] Pada zaman pencerahan abad ke-17 sampai abad ke-18 sebelum dimulainya seni modern, seni lukis mempunyai dua aliran seni lukis. Pertama, aliran Barok (1600-1750) mengunakan gerak yang dilebih-lebihkan untuk menampilkan dramatisasi, dengan tokoh pelukis dari Belanda yang terkenal Rembran van Rijn (1605-1669).[7]  Kedua, aliran Rococo (1715-1774) yang berkembang di Prancis, aliran ini dinilai  sebagai klimaks sekaligus kejatuhan masa seni Barok.[8]

Pada periode Romantik, yakni antara akhir abad ke-18 hingga akhir abad ke-19, lahirlah aliran seni lukis Neoklasik yang dipengaruhi pecahnya Revolusi Perancis pada tahun 1789. Tokoh utamanya adalah Jaques Louis David (1748-1825), yang mengukuhkan berakhirnya seni Rococo dengan lukisanya Sumpah Horatius pada tahun 1784.[9]. Setelah itu, munculah aliran seni lukis baru. Aliran Romantisme yang lahir dari murid-murid David, contoh yang jelas adalah karya Girodet (1767-1824) Pemakaman Atala.[10]

Di Indonesia sendiri, seni lukis Romantisme bermula pada masa-masa tersebut. Terlahir seorang pelukis yang berasal dari Jawa bernama  Raden Saleh Syarif Bustaman (1814-1880) yang ditemukan pelukis asal Belgia A.A.J. Payen dan direkomendasikan untuk belajar mendalami seni lukis di Belanda (1829), yang menjadi perintis seni lukis modern Indonesia.[11]

Periode selanjutnya adalah periode Pasca Romantik, yang terjadi pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Muncul aliran seni lukis Realisme yang diproklamasikan oleh Gustave Coubert (1819-1877) dengan sindiran terhadap aliran Romantisme “Tunjukan Malaikat Padaku dan aku akan melukisnya”.[12] Setelah aliran Realisme lahir, banyak aliran-aliran berkembang pada awal abad ke-20. Seperti, aliran Impresionisme (1874).

Beberapa tahun berselang lahirlah Post Impresionisme (gerakan seni lukis realism dinamis) tahun 1884. Disusul Ekspresionisme, gerakan yang dirintis Vincent van Gogh (1853-1890), Wassily Kandisky (1866-1944) dan Kasimir Malavich (1878-1935). Lalu, Fauvisme, yang dipelopori Henri Matisse (1869-1954) dan lahir dari reaksi methodisme yang lamban dan tidak tepat pada Neo Impresionisme Seurat dan Sagnac (1905). Kemudian Kubisme (1907-1914), yang dipelopori Pablo Picaso (1881-1973) di Paris, Prancis. Setalah populernya kubisme, lahirlah aliran seni Purisme, gerakan yang memurnikan seni dari aliran kubisme yang dinilai terlalu berlebihan. Tetapi, aliran ini kurang mendapat tempat dalam perkembangan seni lukis modern. Berlanjut ke Futurisme (1909-1915) yang lahir di Milan, Italia.

Di bagian lain, aliran Konstruktivisme (1917) lahir di Moskow, Rusia, dan Dadaisme (1916) di Cabaret Voltaire, Zurich. Satu tahun setelah dadaisme, lahir Surealisme (1917) berkat gerakan sastra yang ditemukan Apollinaire,  dipelopori Marc Chagall dan dicetuskan di Italia oleh Giorgio De Chirico dan Carlo Carra. Aliran Surealisme sendiri adalah kelanjutan dari aliran Pittura Metafisika (karya seni lukis yang berdasar pada dunia metafisika) yang dipelopori juga oleh Giorgio De Chirico (1888-1978).[13]

Periode Modern terjadi pada pertengahan abad ke-20, yang melahirkan beberapa aliran seni lukis hingga akhirnya sampai pada seni kontemporer yang tak memiliki batasan yang jelas. Seperti, aliran seni lukis Suprematisme  (supermasi dari perasaan murni) di Moskow pada tahun 1913 yang diplopori oleh Kasimir Malavich (1878-1935).

Di sisi lain, lahirlah Ekpresionisme Abstraks (ekpresi yang paling murni) yang lahir di Amerika tahun 1951, dengan tokoh yang terkenal seperti Jakson Pollock. Ketidakpuasan akan aliran seni lukis yang sudah terlahir memunculkan aliran-aliran baru lagi. Seperti, Pelukis Impresionisme Piet Mondrain (1872-1994) melahirkan gerakan Neoplastisme setelah menghilangkan natural imresionismenya mulai dari tahun 1906-1915. Pembebasan garis dan warna dari beban peniruan alam adalah esensi dari gerakan tersebut.

Selain aliran itu,  ada aliran  Pop Art atau seni pop, gerakan seni yang berkembang di Amerika karena ketidak puasan terhadap aliran Ekpresionisme, tokoh Pop Art yang paling terkenal adalah Andy Warhol. Contoh lain adalah aliran Super-Realisme, gerakan ini dipicu pengetahuan fotografi yang dimanfaatkan oleh seniman untuk mempersentasikan realita, aliran ini juga disebut fotorealisme, lahir bersamaan dengan seni popo sekitar tahun 1960-an.

Aliran seni modern yang selanjutnya adalah Seni Optik yang sering disebut seni Op, aliran seni ini secara kasar tercatat tahun1960, khusunya di Prancis dan Italia. Pameran seni lukis optik internasional pertama diselengarakan di New York 1965 bertajuk Responsive. Pada 1960-an ini juga, lahir aliran seni konseptual yang menjadi cikal-bakal Periode Kontemporer, yang melahirkan aliran-aliran seni rupa baru, dan berakhirnya dikotomi antara pelukis dan pelaku seni lain. Seperti, Performance Art, Process Art, Land Art, Environments Art, dan Heppening Art. [14] 

[Khoirul Anam, TKS/14]

[1] Humar Sahman, Mengenal Dunia Seni Rupa, (Semarang, IKIP Press, 1993), p. 56

[2] Janet Fuller Masters dan Joy Mckoen Smith, Art History:A Guide, Ter. Sumartono (New Jersey, Pratice-Hall, Inc , 1993), p. 5

[3] Soedarso SP, Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, (Jakarta, Studio Delapan Puluh, 2000), p.10

[4] Soedarso SP, Ibid, p.14

[5] Martin Sanjaya, Sejarah Estetika, (Jakarta, Gang Kabel, 2016), p. 218

[6] Soedarso SP, loc.cit, p.14

[7] Adi Kusrianto dan Made Arini, History of Art, (Jakarta, Kompas Gramedia, 2011)

[8] Adi Kusrianto, Ibid, p.93

[9] Soedarso SP, op.cit. p.17

[10] Soedarso Sp, op.cit. p.22

[11] Harsja W. Bachtiar, Peter B. R. Carey dan Onghokham, Raden Saleh, (Jakarta, Komunitas Bambu, 2009), p. 34

[12] Soedarso SP, op.cit. p.36

[13] Dharsono Sony Kartika, Seni Rupa Modern, (Bandung, Rekayasa Sains, 2017)

[14] Dharsono Sony,  Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.