Diam yang Membawa Luka

gambarkartuncewekberjilbabMatahari mengintip masuk dari celah-celah jendela kamar. Di tengah kicauan burung, Raina terdiam dalam lamunannya. Entah apa yang sedang ia renungkan sepagi itu.

“Raina, ayo sarapan nak,” suara ibu menghentikan lamunan Raina.

“Iya bu,” secepatnya Raina menjawab panggilan ibunya, kemudian ia  bergegas menuju ruang makan dan ternyata di sana sudah ada ayah, ibu, dan kakak Raina.

“Kamu lama banget turunnya dek, habis ngapain aja?” ucap kak Faza, kakak Raina.

“Hehe, biasa kak, cewek,” ucap Raina santai sambil mengambil nasi didepannya.

“Nanti kuliah pulang jam berapa nak?” tanya ibu pada Raina.

“Emm kira-kira soreanlah bu, jam 3an, sekalian mau ngerjain tugas kuliah,” kata Raina sambil memakan sarapannya dan dijawab anggukan oleh ibunya.

Beberapa menit kemudaian Kak Fazapun berpamitan untuk berangkat kuliah dahulu.

“Bu .. yah .. aku berangkat dulu ya,” ucap Faza pada kedua dan mengecup punggung tangan mereka.

“iya nak hati-hati yaa” ucap ibunya.

“dek mau bareng gak kekampus? Jarang-jarang lho di ajak orang ganteng bareng ke kampus” ucap faza dengan percaya dirinya pada Raina.

“idih ganteng dari mananya coba, orang wajah juga pas-pasan gitu” ledek Raina pada kakaknya.

Faza memang cool dan terkenal dikampusnya. Raina dan faza sekampus, mereka Cuma dibedakan dengan fakultas dan tahun masuknya. Faza menduduki semester 6 sedangkan Raina menduduki semester 2. Dan sudah kebiasan mereka saling ledek sebelum brangkat ke kampus.

Tiba-tiba ketika faza di ambang pintu ..

“kak .. aq bareng kakak ajha dech kekampus, aq lagi males bawa motor” teriak Raina sembari berpamitan dengan ibu dan ayahnya.

“thu kan pengen bareng orang ganteng” ucap faza sembari menyunggingkan senyum jailnya.

“aq iyain ajha lah biar kakak seneng” jawab Raina jutek.

“haha .. ngaku ajhalah dek” goda faza lagi.

Raina tetap dengan wajah juteknya menghampiri sang kakak. Ayah dan ibu mereka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya. Walaupun sering ledek-ledekan mereka saling menyayangi.

Kampus ..

“ka .. aq turun sini ajh lah” Raina menghentikan kakaknya.

“lho kenapa dek?”  Tanya kak faza kaget.

“udah ah kak disini ajha, aq malu boncengan ama kakak” ujar Raina.

“ya Allah dek aq kan kakak mu, kenapa malu coba?” kata kak faza yang terus melajukan ninjanya.

“huh si kakak nie kayak gak tau temen-temenku aja kalau aq lagi ama kakak” jawab Raina.

“ahh biarin ah aq anter kamu sampai depan kelas” goda kak faza pada Raina sembari terus melajukan ninjanya.

“ah kakak mah turun sini ajha” brontak Raina.

“haha .. udah sampai dek” jawab faza dengan ketawa jail pada adiknya yang terus manyun.

“ah sebel aq ama kakak” dengan wajah manyun Raina membuka dan memberikan helm pada kakaknya dan pergi meninggalkan kakaknya yang masih tertawa jail pada adiknya.

Dikelas ..

“kamu kenapa rain? Dating-dateng oug manyun gitu” Tanya risa teman sekaligus sahabat Raina.

“thu kak faza nyebelin” jawab Raina sembari duduk disamping risa.

“haha .. kalian thu tetep ajha yaa” jawab risa sambil geleng-geleng kepala.

Raina baru saja mau melepaskan tas ransel yang ia pakai dan terdengar suara teriakan.

“Rainaaaaa tadi kamu ama kak faza yaa”

“Rainaaaa oug gak kamu ajak kesini sih kak faza?”

“Rainaaa kak faza cool bingo”

“Rainaaa..”

Ah itu yang Raina tidak suka kalau kk faza nganter Raina sampai depan kelas. Pertanyaan satu belom djawab sudah diberondong pertanyaan lain. Raina hanya bisa tersenyum geli melihat teman-temannya. Sebelum Raina menjawab pertanyaan teman-temannya dosen pun masuk kekelas mereka, dan Raina pun bersyukur dalam hati karena terselamatkan dari pertanyaan konyol teman-teman mereka.

Tag terasa jam kuliah pun selesai.

“kamu kenapa sih rain? Aq perhatiin dari tadi kamu bengong” tanya risa pada sahabatnya itu.

“kamu masih kesel sama kak faza gara-gara tadi pagi?” tambah risa.

“hmm .. enggak oug ris” ucap risa.

“trus kenapa rain? Ceritalah sama aq, walaupun aq blom tentu bisa bantu tapi yaa setidaknya bisa buat kamu sedikit lega” jelas risa pada sahabatnya itu.

“aq juga gak tau ris kenapa aq bisa gini. Hmm rasanya sakit ris, coba kamu liat itu” jawab Raina sambil mengarahkan kepalanya pada dua sosok insan yang berada di taman depan kelas. Risa pun tercengoh melihat apa yang Raina tunjuk.

“kamu bener-bener suka sama arka?” tanya risa masih dalam wajah kagetnya. Dan Raina pun hanya bisa menjawab dengan anggukan.

Arka adalah teman Raina satu kelas. Raina memang sejak awal bertemu sudah menyukainya tapi Raina tag pernah berani ungkapkan apa yang ia rasakan pada arka. Arka sudah mempunyai cewek karna alasan itulah Raina tidak pernah berani ungkapkan rasanya itu. air mata Raina pun tiba-tiba membasahi pipinya.

“Rainaa” ucap risa kaget karna melihat sahabatnya meneteskan air mata. Risa pun memeluk Raina agar ia bisa lebih tenang.

“aq harus gimana ris? Aq gak tahan dengan semua ini “ isak Raina dalam pelukan risa.

“kamu yang sabar ya rain? Gak mungkin juga kan kamu ngerebut arka dari ceweknya?” ucap risa sambil menenangkan Raina.

“iyalah ris, aq gak sejahat itu, aq juga cewek, aq tau gimana sakitnya kalau digituin” jawab Raina sambil melepaskan pelukannya.

“cinta bertepuk sebelah tangan memang sakit tapi lebih sakit cinta berpura-pura, aq gak mau ris ada kepura-puraan cinta antara aq dan arka kalau kita bersama, lebih baik aq mencoba untuk melupakan dia dari sekarang dari pada nanti aq mendapatkannya tapi mendapatkan cinta pura-pura. Itu lebih sakit” tambah Raina dengan mengusap air matnya.

“iy rain .. kamu pinter gitu bisa nasehatin diri kamu sendiri” jawab risa sambil menggoda Raina agar tersenyum. Dan jurus risa pun membuar Raina tersenyum dengan kepolosan risa.

“ohh iy ngerjain tugas yuk diperpus” ajak risa yang tiba-tiba ingat dengan tugas mereka.

“ohh iya ya kita kn mau ngerjain tugas .. yaudah yuk ris kita keperpus”  jawab Raina yang juga baru sadar kalau mau keperpus. Mereka pun pergi keperpus.

Beberapa jam kemudian ketika mereka diperpus hp Raina pun bunyi.

“assalamu’alaikum lagi dimana dek?” tanya orang seberang yang ternyata itu adalah kak faza.

“wa’alaikumussalam ka .. lagi diperpus kak habis ngerjain tugas” jawab Raina.

“ada apa kak” tambah Raina.

“ayok pulang dek, kakak udah slesai nih, ii juga udah sore, kamu janji ke ibu tadi pulang sore kan dek?” ucap kak faza  kayak kereta api yang lewat.

“iya .. iya .. kak .. kakak jemput aq diperpus yaa” pinta Raina manja pada kakaknya.

“ahh manja amat sih dek” ucap faza geli pada tingkah adeknya.

“haaha biar ah sekali-kali ama kakaknya” jawab Raina santai.

“yaudah tunggu kakak disitu, assalamu’alaikum” kak faza mengakhiri telponnya.

“wa’alaikumussalam” jawab Raina. Kemudian Raina memasukkan ponselnya kedalam tasnya.

“ris aq pulang duluan yaa, kak faza udah ngajakin pulang” ucap Raina sambil merapikan buku-bukunya.

“iya rain nie aq juga mau pulamg oug” jawab risa.

“makasih yaa ris udah mau dengerin curhatanku” ucap Raina pada risa.

“iya rain sama-sama, itulah gunanya sahabat” jawab risa sambil menuju pintu keluar.

“thu kak faza udah disitu” ucap risa yang melihat kak faza duluan.

“eh iya cepet amat yaa thu orang nyampeknya” jawab Raina sambil ketawa dan menghampiri kakaknya.

“aq duluan ya ris, makasih yaa” ucap Raina pada risa.

“iya sama-sama rain” jawab Raina.

“yaudah dek duluan yaa, assalamu’alaikum” ucap kak faza pada risa.

“iya kak hati-hati wa’alaikumussalam” jawab risa.

Raina dan kakaknya pun hilang dari hadapan risa.

Semenjak hari itu Raina  sudah mulai melupakan perasaannya pada arka dan Raina tag pernah berharap dengan arka. Karena ia tau karna harapannya itu membuat dia sakit.

 

Tinggalkan komentar