Breaking News

Sejarah Tambora

Tanda-tanda Letusan Gunung Tambora Muncul Tiga Tahun Sebelum April 1815

Tiga tahun sebelum meletus hebat April 1815, tanda-tanda erupsi Tambora sudah dicatat para penjelajah Belanda.

Penulis: krisnasumarga | Editor: krisnasumarga
Tribunlombok.com/Setya Krisna Sumarga
PUNCAK TIMUR - Panorama di bibira kaldera sisi timur Gunung Tambora dari jalur Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, NTB. 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Kita hari-hari ini mengenal erupsi tak berkesudahan Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Gunung itu tidur (dormant) selama lebih kurang 400 tahun.

Pada 27 Agustus 2010, tiba-tiba tubuh gunung itu bergetar. Asap menguar dari kepundan gunung, disusul semburan abu vulkanik. 

Sekitar 24 jam kemudian, gunung itu meledak. Lava pijar terlontar ke udara seperti kembang api, disusul gelombang awan piroklastika melalap lereng-lerengnya, terutama di lereng barat.

Hampir 9 tahun berlalu, erupsi Gunung Sinabung belum menunjukkan tanda-tanda berhenti. Bagaimana dengan Gunung Tambora?

Baca juga: Gulungan Api Raksasa Tambora Menyapu Segala Penjuru Gunung

Baca juga: Sasar Turis Arab-Eropa, Geopark Tambora Gandeng Dua Lembaga Asal Turki

Bernard de Jong, antropolog yang meneliti dampak sosial budaya letusan Tambora di Pulau Sumbawa dan tempat-tempat lain, menyebut erupsi Tambora ini sesungguhnya menyiarkan tanda awal.

KALDERA TAMBORA - Panorama kaldera Tambora diabadikan dari sisi timur puncak gunung di jalur pendakian Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
KALDERA TAMBORA - Panorama kaldera Tambora diabadikan dari sisi timur puncak gunung di jalur pendakian Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. (Tribunlombok.com/Setya Krisna Sumarga)

Tiga tahun sebelum meledak, atau 1812, awan misterius berwarna gelap selalu tergantung menyelimuti puncak.

Suara gaduh bergemuruh kerap terdengar seperti diceritakan ekspedisionis Belanda, H Zollinger. John Crafwurd, orang keprcayaan Raffles yang pernah menjabat Residen Yogyakarta, juga jadi saksi mata.

Tahun sebelum Tambora meletus, tak disebut persis tanggal dan bulannya, ia pernah memimpin pelayaran kapal dari Jawa ke Makassar. Suatu hari, kapal yang dinakhodai Crafwurd berlayar merapat ke pantai Pulau Sumbawa.

“Pada suatu jarak, awan-awan debu terpancar mengilhami satu sisi horizon, seolah memberitahukan cara penampilan suatu daerah tropis yang mengancam dengan tanda bahaya,” tulis Crafwurd.

Ia memberitahu, tampaknya Tambora saat itu sudah memasuki fase erupsi dengan melontarkan semburan abu vulkanik. “Debu-debu berjatuhan di atas dek kapal,” lanjut Crafwurd.

Penduduk Sumbawa rupanya juga mulai ketakutan. Para raja sebagai pemimpin masyarakat setempat meminta Residen Bima mengirim peninjau untuk memeriksa keadaan Tambora.

Residen Pielaat yang bertugas waktu itu menugaskan Mr Israil guna pergi ke Tambora. Namun petugas itu tiba persis saat Tambora meledak di 5 April 1815.

Daya Ledak Tambora 

Daya ledak Tambora dipercaya para ahli sulit dicari tandingannya dalam sejarah modern. Gunung itu kehilangan sepertiga puncaknya, menyisakan kaldera berdiameter 6 kilometer.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved