Mengenal Kijang, Satwa Liar dari Dunia Lama Penghuni Gunung Ciremai

11 Maret 2021 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kijang atau Mencek dengan nama ilmiah Muntiacus Muntjak.  Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Kijang atau Mencek dengan nama ilmiah Muntiacus Muntjak. Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia memang terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya. Terdapat jutaan satwa liar yang hidup di sana, termasuk hewan yang datang dari zaman purba atau disebut dunia lama. Salah satunya adalah kijang atau kidjang dalam bahasa Sunda.
ADVERTISEMENT
Hewan dengan nama ilmiah Muntiacus muntjak ini biasanya menempati dataran rendah pegunungan, termasuk di Taman Nasional Gunung Ciremai. Beberapa di antaranya sempat terekam kamera pengintai dan diunggah di media sosial Instagram Gunung Ciremai.
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di situs resmi Universitas Andalas, kijang merupakan hewan dari dunia lama, alias sudah ada sejak zaman purba sekitar 15 hingga 35 juta tahun lalu. Dengan reputasi ini, dia dipercaya sebagai spesies rusa tertua di dunia. Buktinya dapat dilihat dari sisa-sisa masa Miosen yang ditemukan di Jerman dan Prancis.
Namun di masa sekarang, muntjak hanya bisa ditemukan di Asia Selatan dan tenggara, dari Pakistan timur melalui India dan Nepal, serta di seluruh Asia Tenggara hingga China. Habitat kijang meliputi hutan hujan, daerah vegetasi lebat, kawasan berbukit dari hutan monsun hingga di sekitar aliran air.
ADVERTISEMENT
Kijang jantan mempunyai ranggah atau tanduk yang pendek, tidak melebihi setengah dari panjang kepala dan tidak bercabang. Bila patah, tanduk ini akan tumbuh lagi. Sedangkan kijang betina tak punya tanduk, mereka hanya memiliki tonjolan tulang kecil di lokasi tanduk jantan berada.
Bulunya pendek, tipis, dan padat. Tapi ada juga yang tebal dan padat untuk mereka yang tinggal di daerah beriklim dingin. Warna bulunya bervariasi dari coklat gelap hingga cokelat keemasan. Pada punggung kijang terdapat garis kehitaman. Sementara daerah perut sampai kerongkongan berwarna putih.
Bulu di telinganya sangat sedikit. Kijang jantan memiliki gigi taring atas seperti gading berukuran panjang 2,5 centimeter. Tinggi tubuhnya berkisar 89-135 cm dengan tinggi bahu 40-65 cm serta panjang ekor 13-23 cm. Jantan cenderung memiliki postur lebih besar ketimbang betina.
ADVERTISEMENT
Uniknya, kijang kawin secara poligami alias satu jantan bisa kawin dengan banyak betina. Mereka tidak mengenal musim kawin. Mereka dapat melahirkan satu anak pada satu waktu. Masa kehamilan sekitar 180 hari dengan berat anak yang dilahirkan berkisar 500 hingga 650 gram.
Kijang dengan nama ilmiah Muntiacus Muntjak dari dunia lama. Foto: commons.wikimedia.org
Saat mereka merasakan kehadiran predator, biasanya kijang akan mengeluarkan suara seperti gonggongan anjing. Mereka bisa menggonggong selama lebih dari satu jam sebagai peringatan tanda bahaya sekaligus mengusir predator. Satwa ini senang hidup menyendiri alias soliter.
Untuk menandai wilayahnya, Kijang jantan bakal menggosokkan kelenjar "frontal periorbital" di kepala ke tanah dan pepohonan serta menggoreskan kuku dan gigi ke tanah atau kulit pohon.
Rusa asli Nusantara ini hanya butuh waktu istirahat tiga jam saja. Berarti selama hampir 21 jam, mereka terus beraktivitas siang dan malam. Kijang adalah hewan omnivora alias pemakan tumbuh-tumbuh, buah, telur burung, hewan kecil, kecambah, biji-bijian dan rumput.
ADVERTISEMENT
Di Asia Tenggara populasinya semakin menurun karena deforestasi hutan dan rusaknya habitat asli akibat pembukaan lahan yang invasif. Kijang juga menghadapi ancaman dari para pemburu liar untuk diambil daging dan bagian tubuh lain seperti tulang dan tanduk. Status konservasinya adalah risiko rendah dalam daftar red list IUCN.