Ilmu Negara Ideal Menurut Filosofi Aristoteles

amanda silviana
Mahasiswi Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya
Konten dari Pengguna
15 November 2022 7:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari amanda silviana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang filsuf Yunani, lahir 384 SM, Stagira, Yunani.
zoom-in-whitePerbesar
Seorang filsuf Yunani, lahir 384 SM, Stagira, Yunani.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aristoteles menyatakan pada pikiran filosofinya mengenai masalah negara ideal, baginya sesuai dengan pendapat dari warga athena bahwa negara harus ada sebagai bentuk penghargaan kepada individu. Sebab melalui negara setiap individu akan mendapatkan kebebasan, baik itu kebebasan berpendapat, kebebasan dalam mengkritik dan kebebasan dalam melakukan apa yang ingin dilakukan namun hal ini tentu saja harus diatur melalui pemerintah agar tidak adanya kekacauan.
ADVERTISEMENT
Ia juga berpendapat bahwa manusia itu merupakan “binatang politik” yang mana maksudnya yaitu manusia ini tidak bisa menjalankan hidup sendiri karena dengan kesendirian itu membuat moral manusia menurun seperti binatang. Baginya, manusia itu sudah mempunyai sebuah ‘potensi moral’ dari kehidupan mereka setelah mereka lahir. Potensi ini yang nantinya bisa membedakan antara manusia dan hewan tadi. Maka dari itu, negara ini sangat penting bagi kehidupan manusia sebagai bentuk realisasi acuan potensi moral.
Dapat dikatakan bahwa Aristoteles ini menganggap dengan adanya kehadirannya negara bisa membuat manusia untuk dapat memanusiakan manusia lainnya, yakni dengan memenuhi melalui potensi moral. Ada beberapa hal penting berdasarkan filosofi negara ideal menurut Aristoteles yaitu monarki, aristokrasi dan juga demokrasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Aristoteles ada tiga sistem pemerintahan terbaik dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang dapat kita terapkan dalam suatu negara:
1. Monarki
Monarki merupakan suatu pemerintahan yang kekuasaan itu hanya berada di tangan satu orang saja yang sistem pemerintahannya ini terdapat pada suatu kerajaan yang mana raja nya ini dianggap sebagai titisan dewa dan bisa saja memutuskan segala sesuatu yang ada.
Yang dimaksud Aristoteles disini bukan berarti bahwasanya raja itu dapat melakukan tindakan tirani atau tindakan sewenang-wenang yang melenceng dari wewenangnya melainkan suatu pemimpin yang dapat bertanggung jawab. Namun di dalam sistem pemerintahan ini dapat membuat hancur jika tidak dapat diatur dengan baik.
2. Aristokrasi
Suatu sistem pemerintahan yang kekuasaannya ini hanya berpusat atau terfokus pada kelompok kecil manusia. Mereka yang ada pada kelompok ini memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengurus suatu negara, dan akan dipilih menjadi warga negara yang terbaik. Meskipun kelompok ini diatur oleh kepala sebuah negara tetapi kebebasan rakyat masih tetap dibatasi.
ADVERTISEMENT
Aristoteles juga menyampaikan bahwa kelemahan dari sistem pemerintahan ini bisa menyimpang seperti oligarki. Yakni pemerintah hanya ditujukan untuk kepentingan individu tertentu yang jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan rakyat. Dan juga tahta,harta dan warisan pemimpin ini tidak dibagikan kepada orang-orang yang layak atau orang-orang yang benar-benar membutuhkannya namun kenyataannya hanya dibagikan kepada saudara nya saja.
3. Demokrasi
Sering kali kita mendengar bahwa demokrasi ini merupakan suatu sistem pemerintahan yang kekuasaannya diserahkan kepada rakyat. Yang berarti bahwa orang-orang yang dapat merasakan duduk di kursi pemerintahan mereka dipilih secara langsung oleh rakyat dan rakyat juga menyerahkan perwakilannya untuk mengawasi jalan kerjanya pemerintahan.
Adapun kelemahan dari demokrasi yaitu mudah terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintahan kawanan dari (Mob rule). Selain itu kurangnya perhatian dari pendapat minoritas karena public yang memiliki peranan suara tertinggi dan untuk rakyat akan diprioritaskan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
- Aristokrasi sebagai suatu sistem yang terbaik
Di dalam filosofi orang-orang Yunani, Aristoteles mempercayai bahwa kehidupan yang baik yakni mengenai keseimbangan. Yang dimaksud dengan keseimbangan disini yaitu tidak boleh berlebihan dan juga tidak boleh kekurangan. Jika kita lihat dari sudut pemikiran tentang negara ideal, ternyata Aristoteles masih tetap dengan pandangan itu.
Hal ini dapat kita buktikan dari ketiga sistem pemerintahan tadi,yang tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Aristoteles menyadari bahwa jika kita ingin menjalankan suatu kehidupan negara yang ideal ataupun seimbang maka kita harus tahu bahwa kehidupan itu ada yang baik dan ada juga yang buruk.
Dibalik kekurangan dan kelebihan yang ada di sistem ketiga pemerintahan tersebut, Aristoteles masih memberikan harapan yang banyak di sistem aristokrasi . Hal tersebut masih diharapkan, karena negara akan membuat lebih baik jika dijalankan dan diatur oleh sedikit orang serta jumlahnya. Tentu saja orang-orang tersebut ialah orang-orang pilihan serta berkualitas dan memiliki kemampuan untuk menjaga dan mengurus negara. Dengan adanya hal tersebut akan membuat terbebas dari kesulitan yang diakibatkan oleh banyaknya campur tangan dan pendapat individu.
ADVERTISEMENT
Menurut Aristoteles pandangan ini sangat mencerminkan kehidupan filosofi dari masyarakat Yunani, bahwa mereka tidak ingin kekurangan ataupun kelebihan dari kehidupan orang-orang. Tidak masalah jika jumlah mereka ‘sedikit’ asalkan mereka tetap berada disekeliling dari satu atau banyaknya orang. Meskipun sedikit jumlahnya namun dengan kemampuan yang mencukupi dan berkualitas ini merupakan suatu pilihan yang terbaik.
- Adanya peran Wanita dalam negara
Masih banyak orang yang beranggapan tentang pemikiran Aristoteles mengenai kecerdasan dan sifatnya yang rajin jika membahas terkait Wanita. Aristoteles menempatkan Wanita itu sebagai bentuk pria yang tidak sempurna. Baginya, Wanita merupakan tempat bagi seorang pria untuk menanamkan segala benih kehidupannya dan bagi Wanita tidak lebih dari sebuah ladang yang akan ditanami benih tersebut.
ADVERTISEMENT
Karena kurangnya atau hanya sedikit berurusan terkait dengan Wanita dan anak-anak membuat pandangan Aristoteles seperti diskriminatif. Namun baginya, setiap anak-anak yang dilahirkan ke dunia mereka memiliki keturunan diperoleh dari sang ayah bukan sang ibu.