Menu


Sejarah Gua Hira yang Sakral bagi Umat Islam, Bukan Untuk Dicoret

Sejarah Gua Hira yang Sakral bagi Umat Islam, Bukan Untuk Dicoret

Kredit Foto: Wikimedia Commons/King Elliot

Konten Jatim, Depok -

Gua Hira merupakan salah satu lokasi bersejarah bagi umat Islam. Tempat ini tercatat menjadi lokasi penting dari hidup Nabi Muhammad SAW, terlebih ketika Beliau berdakwah menyebarkan Agama Islam bersama para sahabat.

Sejarah Gua Hira yang panjang ini juga menjadikannya sebagai salah satu lokasi yang kerap dikunjungi jemaah haji atau umrah ketika mereka bertolak ke Tanah Suci. Mereka ingin melihat langsung lokasi bersejarah tersebut.

Berikut kisah kesakralan Gua Hira bagi umat Islam, mengutip Republika dan beberapa sumber lain pada Selasa (25/7/2023).

Baca Juga: Kronologi Vandalisme di Gua Hira: Pelakunya Orang Depok?

Sejarah Gua Hira

Sebagai informasi, Gua Hira adalah sebuah tempat ziarah yang sangat diincar para jamaah haji dan berumrah, terletak di Gunung Cahaya atau Jabal Nur. Gua Hira terletak sekitar enam kilometer dari Masjidil Haram, di puncak Gunung Cahaya dengan ketinggian sekitar dua ratus meter. 

Akses menuju gua ini cukup sulit karena harus mendaki melewati batu-batu terjal, tetapi setelah melewati tiga perempat perjalanan, para peziarah akan menemukan jalan bertangga yang memudahkan perjalanan menuju puncak. Namun, begitu tiba di depan pintu gua, di samping tulisan Arab 'Ghor Hira', para peziarah akan menjumpai Gua Hira.

Gua Hira memiliki dimensi sekitar tiga meter panjang, satu setengah meter lebar, dan dua meter tinggi. Meskipun ukurannya terbatas, gua ini cukup untuk dua orang salat. Suasana di Gua Hira sangat tenang, jauh dari keriuhan kota Makkah saat itu, sehingga menjadi tempat ideal bagi Rasulullah SAW untuk beribadah dengan khusyuk.

Baca Juga: Arti Haji Mabrur Menurut Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Peran Gua Hira dalam sejarah Islam sangat vital, bahkan dianggap sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam oleh sejarawan Islam asal Mesir, Husain Mu’nis. Di gua inilah Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat, bertahannuts, dan menyembah Allah sebelum menerima wahyu pertamanya. 

Gua Hira memiliki sejarah penting bagi Nabi Muhammad SAW dan agama Islam. Di sinilah beliau mendapatkan wahyu pertamanya dari Allah melalui Malaikat Jibril. Wahyu yang dimaksud berupa Q.S. Al-Alaq ayat 1-5. 

Para peziarah yang mengunjungi Gua Hira dapat merenungkan momen penting dalam sejarah Islam dan menghargai keberanian dan ketekunan Nabi Muhammad dalam mencari dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Meskipun ukurannya terbatas, tetapi makna dan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya menjadikan Gua Hira sebagai tempat yang istimewa dan selalu menarik perhatian banyak orang untuk datang dan berziarah. 

Baca Juga: Buya Yahya Jelaskan Adab Menyambut Orang Pulang Haji, Sebaiknya Lakukan Ini

Jadi Sasaran Vandalisme

Sayangnya, kesakralan Gua Hira ini tercoreng karena aksi vandalisme yang diduga dilakukan masyarakat Indonesia. Aksi vandalisme ini diketahui terekam dalam video milik pendakwah Habib Husein Ja’far Al Hadar yang diunggah ke YouTube pada Kamis (20/7/2023).

Dalam video berjudul 'Why Depok di Gua Hira?', Habib Husein mengungkapkan aksi vandalisme yang terjadi di Gunung Nur atau Jabal Nur, terutama di area Gua Hira yang memiliki nilai sejarah penting bagi umat Islam. 

Dalam perjalanan mendaki gunung tersebut, beliau menyaksikan banyaknya sampah yang terdapat di jalur pendakian menuju Gua Hira. Lebih memprihatinkan, kondisi vandalisme yang merusak area tersebut juga menjadi sorotan Habib Ja'far. 

Baca Juga: 50 Jemaah Haji Meninggal di Mekkah, Mayoritas Akibat Sakit Jantung dan Pernapasan

Dia sangat menyayangkan tindakan tanpa tanggung jawab dari beberapa individu yang mencorat-coret di dinding Gua Hira. Tulisan-tulisan yang tidak memiliki makna yang jelas menjadi bukti nyata dari aksi vandalisme tersebut.

Habib Ja'far menyoroti fakta bahwa banyak tulisan vandalisme menampilkan nama-nama khas orang Indonesia, termasuk nama kota Depok. Hal ini mengindikasikan bahwa para pelaku vandalisme tersebut adalah warga Indonesia. 

Dia memberikan contoh beberapa nama seperti Rojali, Andriani, Miftah, dan Depok yang menjadi contoh tulisan-tulisan yang merusak di Gua Hira.