Minggu, 12 Mei 2024

Konstruksi Sarang Laba-Laba Pondasi Bangunan Ramah Gempa

Diunggah pada : 16 Agustus 2018 11:58:12 72

Jatim Newsroom- Gempa Lombok dan Bali membuat masyarakat trauma, karena banyak bangunan roboh. Ambruknya bangunan disebabkan kesalahan konstruksi dalam membangunan perkantoran bertingkat.

Analisa ini disampaikan Agus B. Sutopo, Tim Ahli PT Katama, dalam acara ‘Architectural Products Workshop Surabaya di Hotel Novotel.

Menurut dia, saatnya kita mampu menyajikan karya desain yang memiliki kedalaman arti kemanusiaan dan pemikiran, maka kita layak mendapatkan nilai bahagia di kehidupan kita. Karena banyak konstruksi gedung-gedung roboh dan menelan korban jiwa akibat kurang peduli aturan gempa dalam mendesain pembangunan. Imbasnya, ketika mendapatkan goncangan sedikit maka bangunan tersebut langsung ambruk.

“Kita harus mendesain setiap bangunan memiliki konstruksi tahan gempa, karena Indonesia rawan terhadap gempa dan merupakan negara yang terletak diantara lintasan lempeng Asia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia” katanya, di Surabaya, Kamis (16/8).

Konstruksi sarang laba-laba, ujar dia, dimana salah satu penemunya adalah almarhum Ir Sutjipto, kader senior PDI Perjuangan Jawa Timur. Konstruksi karya anak bangsa ini terus dikembangkan dan digunakan, dari Sabang sampai Merauke. Serta telah teruji gempa di beberapa daerah mulai Aceh, Padang, Bengkulu sampai Papua, konstruksi ini tetap berdiri tegak dan layak huni. Bahkan, konstruksi ini dijadikan bahan disertasi di Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis.

“Kami bersyukur dengan upaya antisipatif pemerintah dalam menghadapi gempa serta kepedulian pihak-pihak terkait, sehingga Konstruksi sarang laba-laba makin dipercaya dan menjadi solusi bagi penyedia jasa dalam mengantisipasi resiko gempa,” ujar Agus.

Banyak kelebihan dalam konstruksi ini, selain pelaksanaan lebih cepat, dalam pembangunan gedung tingkat efisiensinya dengan gedung pada umumnya berkisar 5-30 persen. Selain itu, konstruksi sarang laba-laba ini ramah terhadap getaran gempa yang melanda Indonesia. Terbukti, dari beberapa gempa yang terjadi di Aceh dan terbaru di Nusa Tenggara Barat, bangunan yang menggunakan konstruski sarang laba-laba masih berdiri.

“Memang ada sedikit perbaikan atau retak saat terjadi gempa, dan itu saya kira wajar karena bangunan tetap berdiri tegak dan layak huni,” jelas dia.

Ia mengaku, kebanggaan lain yang dialami karena proses pembangunan dengan konstruksi sarang laba-laba ini tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sebab, konstruksi sarang laba-laba tidak bergantung pada alat berat dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Konstruksi ini mulai mendapatkan tempat di masyarakat, tahun 2017 ada sekitar hampir 100 bangunan yang dikerjakan diseluruh Indonesia. Jumlah tersebut, lanjut dia bakal bertambah tahun 2018. (mad)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait