Refleksi 25 Tahun Reformasi Indonesia

Setiap tanggal 21 Mei diperingati sebagai Hari Reformasi Nasional. Tahun 2023 merupakan tahun ke-25 peringatan reformasi Indonesia sejak tahun 1998.

Peringatan reformasi Indonesia ditandai dengan jatuhnya Presiden Soeharto dari tampuk kekuasaan Republik Indonesia. Krisis ekonomi dan keinginan rakyat menjadi negara demokrasi menjadi penyebab utama kejatuhan rezim Orde Baru setelah 32 tahun berkuasa.

Selama 32 tahun memimpin Indonesia, presiden yang dijuluki sebagai Bapak Pembangunan ini dianggap mampu menjaga stabilitas negaranya.

Krisis Ekonomi

Kendati demikian, stabilitas yang selalu terjaga itu akhirnya goyah juga. Demonstrasi dan kerusuhan merebak di mana-mana. Dalam buku 'Sejarah Pergerakan Nasional' yang ditulis Fajriudin Muttaqin dkk, ditulis bahwa demonstrasi mahasiswa ini bermula lantaran krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada 1998.

Kegoyahan ekonomi ini adalah bagian dari akibat krisis finansial di kawasan Asia. Krisis ini membuat kepercayaan masyarakat merosot. Soeharto sudah dianggap tidak mampu lagi mengatasi krisis berkepanjangan ini. Reformasi adalah jalan yang dituntut masyarakat.

Mahasiswa pun menuntut Soeharto agar lekas turun dari tampuk kekuasaan. Namun Soeharto tetap pada pendiriannya untuk melakukan reformasi usai tahun 2003. Protes para mahasiswa pun makin tak terbendung lantaran reformasi tak kunjung terlaksana. Aksi demonstrasi bermunculan kembali di sejumlah daerah. Seperti di antaranya, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Makasar, dan daerah lain.

Kemudian dampak dari peristiwa demonstrasi pun semakin membara. Apalagi setelah disiram oleh kenaikan harga bensin, yang mana dari harga Rp 700 menjadi Rp 1.200. Meledaklah peristiwa 12 Mei, yang dikenal dengan 'Tragedi Trisakti'. Kekacauan pecah saat mahasiswa Trisakti dihalangi saat hendak menuju gedung DPR dan terjadi penembakan terhadap 4 mahasiswa oleh aparat.

Lahirnya Reformasi

Melihat dampak dari sejumlah demonstrasi dan tragedi berdarah Trisakti ini, sidang paripurna pun diusulkan untuk digelar. Masih dari buku 'Sejarah Pergerakan Nasional', dijelaskan bahwa Ketua DPR/MPR Harmoko menyatakan kepada pers, Wakil Ketua dan Ketua Dewan setuju menggelar sidang paripurna pada 19 Mei 1998. Hari reformasi semakin dekat.

Sejumlah tokoh turut diundang ke Istana untuk berdiskusi soal masalah ini. Mereka adalah Emha Ainun Nadjib, Megawati, Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Nurcholis Madjid, dan tokoh lainnya. Hingga hasilnya, pada hari Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa dia melepaskan jabatannya sebagai Presiden.

"Saya memutusken untuk menyataken berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia terhitung sejak saya bacaken pernyataan ini, pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," ucap Presiden Soeharto kala itu.

Berita Soeharto lengser ini pun disambut oleh hiruk-pikuk kegembiraan dari masyarakat. Reformasi memberi dampak nyata untuk kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia.

Setelah reformasi terjadi amandemen UUD yang mengatur tentang kebebasan berpendapat, jaminan perlindungan HAM, dan kepastian hukum di Indonesia. Selain itu dampak reformasi membuat Indonesia menjadi negara yang lebih demokratis dengan dilaksanakannya Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, pemilihan langsung Kepala Daerah, dan banyaknya partai politik bermunculan.

Desentralisasi kekuasaan juga mulai dilakukan oleh pemerintah setelah selama Orde Baru pemerintahan sangat sentralistik berpusat di tangan Presiden. Adanya Otonomi Daerah membuat daerah bisa mengatur urusannya sendiri dan memajukan daerahnya.

Refleksi 25 tahun Reformasi, apakah Reformasi sudah sesuai apa yang di cita-citakan seluruh rakyat Indonesia? Tentu amanat reformasi belum sepenuhnya berhasil dilaksanakan pemerintah, tapi kita harus terus bersama-sama mewujudkan seluruh amanat reformasi untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia

Kunci utamanya adalah sinergitas antara rakyat dan pemerintah untuk mewujudkannya.