You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Kolonial (1)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Seni Bangunan Kolonial (1)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini ditampilkan di laman ini.

Setelah dipengaruhi oleh agama Islam, seni bangunandi Jawa Tengah diperkaya oleh munculnya pengaruh Belanda. Ada beberapa faktor, antara lain faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang menjadi pendorong terjadinya percampuran itu. Mula-mula untuk menegakkan kekuasaanya di Nusantara. Bangsa Belanda lebih banyak mendirikan bangunan benteng yang disebut vesting atau verstreking. Banyak kota di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang memiliki tingggalan benteng Belanda yang relatif masih utuh, di antaranya Benteng Pendem di Cilacap, Benteng Ungaran, Benteng di Gombong. Di samping itu, juga ada benteng-benteng yang karena beberapa sebab sudah tidak dapat disaksikan lagi tinggalannya, seperti Benteng Vastenburg di Surakarta, dan Benteng Belanda di Jepara. Sementara itu, ada tinggalan yang disebut sebagai reruntuhan benteng Portugis di Desa Keling, Kecamatan Keled, Kabupaten Jepara. Akan tetapi kebenaran penyebutan itu masih memerlukan penelitian mendalam.

Untuk menunjukkan kemegahan dan kekuasaanya penguasa kolonial mendirikan bangunan-bangunan yang berbeda gayanya dengan seni bangunan pribumi. Unsur-unsur seni bangunan Eropa itu menggunakan berbagai gaya, misalnya doria, ionia, korintia, seperti ditunjukkan bangunan-bangunan di kawasan Kota Lama Semarang, di anataranya Gereja Immanuel yang terkenal dengan sebutan Gereja Blenduk.

Dalam perjalanan sejarah, gaya seni bangunan Eropa kemudian dipadukan dengan gaya seni bangunan tradisional, dalam hal ini Jawa, untuk menyesuaikan diri dengan alam tropis. Hal ini memunculkan istilah gaya Indis, Indische stij, baik untuk gaya seni bangunan maupun gaya hidup. Gaya tersebut berbeda dengan gaya Belanda murni, dan juga berbeda dengan gaya trasional Jawa.

Keterangan Foto: Bangunan Lawang Sewu Semarang