Sejarah Panjang Gunung Krakatau Sejak Meletus Pertama kali hingga Bikin Jawa dan Sumatera Gelap
Dikutip Harian Kompas (26/12/2018), letusan itu merupakan yang terkuat dalam sejarah, dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).
TRIBUNJAMBI.COM - Gunung Anak Krakatau meletus Jumat (10/4/2020) malam. Tinggi kolom abunya sekitar 500 meter.
Gunung Anak Krakatau dikenal dunia sejak letusan terbesarnya pada 1883.
Dikutip Harian Kompas (26/12/2018), letusan itu merupakan yang terkuat dalam sejarah, dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).
Letusan itu hanya kalah dari letusan skala 7 Gunung Tambora pada 1815 dan letusan skala 8 Gunung Toba di Sumatera Utara, 74.000 pada 2017.
• Isi Lagu SBY tentang Corona Berjudul Cahaya dalam Kegelapan, Sudjiwo Tedjo Langsung Koreksi
• Tayang Perdana Film Overdrive - Kakak Beradik Pencuri Mobil Mewah, Aksi Kebut-kebutan di Jalan Raya
Letusan Krakatau disebut berkekuatan 21.574 kali daya ledak bom atom meleburkan Hiroshima (De Neve, 1984).
Selain melenyapkan Pulau Krakatau, letusan itu menghancurkan kehidupan di pesisir Banten dan Lampung.
Kengeriannya dilukiskan catatan pribumi, seperti ”Syair Lampung Karam” yang ditulis Muhammad Saleh dan catatan kolonial.
Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 malam. Gunung Anak Krakatau Meletus, Abu Tebal Menyembur hingga Pulau Sebesi. (Dok. Twitter Dr. Devy Kamil Syahbana @volcanohawk)
Diberitakan Harian Kompas (27/8/1981), letusan itu terjadi pada 27 Agustus pukul 10.52 pagi. Letusannya terdengar hingga Singapura dan Australia.
Sedikitnya 36.417 orang meninggal dan hilang terseret gelombang atau tertimbun bahan letusan yang dimuntahkan gunung tersebut.
Letusan gunung api yang dahsyat itu merupakan puncak dari rangkaian ledakan yang terjadi sejak 20 Mei 1833.
Ketika itu Anak Krakatau meletus memuntahkan abu gunung api dan uap air yang dilontarkan ke udara setinggi 11 kilometer dari Kawah Perbuatan.
Suara ledakannya saat itu terdengar hingga 200 kilometer. Intensitas bertambah pada tanggal 26 Agustus dan mencapai puncaknya pada Senin 27 Agustus.
Saat 27 Agustus itu batu dan abu halus dihembuskan ke angkasa. Tingginya mencapai 70-80 kilometer. Itu mengakibatkan gangguan cuaca dunia beberapa tahun kemudian.
Sinar matahari tidak mampu menembus abu gunung api yang terlontar ketika itu, sehingga bagian selatan Pulau Sumatera dan Jawa menjadi gelap gulita.
• Bagaimana Akhir Cerita Doraemon? Apa yang Terjadi dengan Nobita, Shizuka, Suneo dan Gian