Enam Jam di Jeddah.

- Selasa, 11 Juli 2023 | 14:55 WIB
Pantai Laut Merah Jeddah di rembang petang. (Benny Benke)
Pantai Laut Merah Jeddah di rembang petang. (Benny Benke)

Oleh Benny Benke

MAKKAH, Jakarta.Suaramerdeka.com, -- Setelah menempuh perjalanan darat dari Makkah, kami, rombongan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1444 H/ 2023 M Media Center Haji (MCH), akhirnya berhasil melipat jarak 85,1 km selama
1 jam 10 menit menuju Jeddah.

Kota Jeddah memiliki sejarah yang sangat panjang dan kaya. Kota ini memiliki akar yang kuat pada zaman pra-Islam, di mana daerah sekitarnya merupakan pusat perdagangan yang penting di wilayah jazirah Arab.

Kami langsung menuju tepian Laut Merah, yang pada sebuah massa, menjadi titik mendarat dan pelabuhan penting bagi para pedagang pada masa lalu.

Istirah di bibir Laut Merah, pemandangannya mengingatkan kita pada artifisialnya pantai Ancol, di Jakarta. Hawa udaranya juga nyaris sama dengan hawa sore di sepanjang pantai Ancol. Semilir angin, meninggalkan hawa panasnya, sebagaimana hawa panas yang jamak di Makkah dan Madinah.

Makanya banyak aktifitas joging di pantai Laut Merah. Baik yang joging orang arab maupun ekspatriat. Yang sekedar leyeh-leyeh di sejumlah bangku juga masjid yang terletak di bibir pantai Laut Merah, juga tidak sedikit.

Suasana sore, menjelang rembang petang di pantai Laut Merah memang beda, sebuah peristiwa yang nyaris sulit dilakukan di Makkah juga Madinah.

Masjid di bibir pantai Jeddah, kami sholat ashar di masjid indah ini.
Masjid di bibir pantai Jeddah, kami sholat ashar di masjid indah ini. (Benny Benke)

Sejarah Jeddah sebagai kota modern dimulai pada tahun 647 Masehi, saat Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan pembangunan benteng pertahanan di Jeddah untuk melindungi kota Makkah dari serangan musuh. Pada saat itu, Jeddah bertanggung jawab sebagai pintu gerbang langsung ke Makkah.

Selama beberapa abad berikutnya, Jeddah terus berkembang sebagai pusat pelabuhan yang penting. Kota ini menjadi pusat perdagangan penting di Laut Merah, dengan para pedagang dari berbagai negara mengunjungi Jeddah untuk melakukan bisnis. Secara bertahap, masyarakat dan kawasan pemukiman mulai tumbuh di sekitar pelabuhan dan benteng pertahanan.

Perkembangan kota Jeddah semakin pesat pada abad ke-19, ketika perdagangan kopi menjadi sangat populer.

Jeddah menjadi salah satu pusat perdagangan kopi terbesar di dunia pada saat itu. Pada tahun 1925, Jeddah menjadi ibu kota Kerajaan Saudi Arabia setelah Raja Abdulaziz Al Saud merebut Makkah dan Madinah.

Sejak saat itu, Jeddah terus berkembang sebagai kota yang modern dan maju. Pada tahun 2014, kota ini menjadi bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO.

Jeddah juga merupakan pintu gerbang utama bagi jutaan jamaah haji yang datang setiap tahunnya untuk berkunjung ke Makkah. Sebagaimana kami, sebulan lalu, menginjakkan kaki di King Abdulaziz International Airport (KAIA), Jeddah.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Rumi; Akulah Tiangnya Ka'bah.

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X