Pelestarian Arsitektur Cagar Budaya Jawa Tengah

Page 1

KKL

A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

CagarBudaya P A R A

S A K S I

T E M A

K K L A R S I T E K T U R U N D I P 2 0 2 0

:

B I S U

S E J A R A H

P E L E S T A R I A N

C A G A R

P R O V I N S I

J A W A

T E N G A H

B U D A Y A

01

K K L & P E L E S T A R I A N C A G A R B U D A Y A

03

02

S E P U T A R C A G A R

04 N A R A S U M B E R : C A G A R B U D A Y A & P E L E S T A R I A N N Y A

B U D A Y A

O B J E K A R S I T E K T U R C A G A R B U D A Y A


T H E

T E AM

P E M B I MB I N G

T I M

R I S E T

Dr. Ir. Budi Sudarwanto, M.Si

Nadhifa Rahmi Triatma Salma Alitiya Wahyu Susilo

K E T U A T I M Hana Bachtiar Putra Husna Attalah Abiyu Naufal L A Y O U T E R & D E SI G N

Naafian Maulana

Hanifah Khansa Nurzaman Raissa Nurul Hasya

The TEAM Nugraha Labib Mujaddid Gilang Surya Utama Tamadhar Izzati Qonita Muhammad Machfud

01

Bigharo Gamara Santoso Raden Roro Kiara Daffa Adzani Lani Brigitta Marpaung Qotrunada Nursabit

P H O T O G R A P H Y

Kartika Valentina

Ikhmal Amalia Jahra

Syaza Batrisyia Ananda

Liya Isma Rahmaniya

Hafidz Aulia Hidayat

Kemal Amarullah

Dien Egy Apriliano Al Faris

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


P RA K A T A

P R A K A T A A s s a l a m u ’a l a i k u m Wa ra h m a t u l l a a h i Wa b a ra k a a t u h Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan keselamatan, Kesehatan, dan kesempatan untuk menyelesaikan Laporan KKKL 2020 dengan objek arsitektur Lawang Sewu. Laporan yang berisi tentang pembahasan Lawang Sewu, Gedung Marabunta, Spiegel Bar & Resto, Gereja Blenduk dan Benteng Vastenburg dengan tema “Pelestarian Cagar Budaya�disajikan dalam bentuk narasi dan potret. Mengingat keadaan dunia saat i n i ya n g m a s i s h te rj e ba k v i r u s co v i d - 1 9 , p e n y u s u n mengumpulkan data yang digunakan sebagai informasi pada laporan ini berasal dari jurnal, laporan, dan situs web. Pada kesempatan kali ini penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih penyusun utarakan, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. Ir Budi Sudarwanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Kuliah Kerja Lapangan 2020 2. Bapak M. Sahid Indraswara, S.T., M.T., selaku Koordinator Mata Kuliah Kuliah Kerja Lapangan 2020 3. Bapak Dr. Ir. Agung Budi Sardjono, M.T., selaku Ketua Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 4. Ibu Dr. Ir. Erni Setyowati, M.T., selaku Ketua Program Studi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 5. Keluarga penyusun Laporan KKL Lawang Se wu 6. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan Laporan KKL

Penyusun menyadari apabila masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penulisan Laporan KKL 2020 terdapat kesalahan yang tidak disengaja. Penyusun juga mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun untuk Laporan KKL 2020 . Penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi m a h a s i s w a A r s i t e k t u r Fa k u l ta s Te r k n i k U n i v e r s i ta s Diponegoro, serta kepada pihak yang membutuhkan.

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

02


LEMBAR PENGESAHAN

L E M B A R P E N G E S A H A N

Diajukan sebagai Laporan KKL 2020 dengan tema “Pelestarian Cagar Budaya”. Yang dikerjakan pada semester 6 oleh S1- Arsitektur Departemen Arsitektur fakultas Teknik Universitas Diponegoro angkatan 2017.

Tim Mahasiswa Muhammad Machfud Hanifah Khansa Nurzaman Hana Rizka Bachtiar Nadhifa Rahmi Triatma Salma Alitya Wahyu Susilo Gilang Surya Utama Kartika Valentina Qotrunada Nursabit Salma Setiani Arif Bigharo Gamara Santoso Nugraha Labib Mujadid Raren Roro Kiara Daffa A. Putra Husna Raissa Nurul Hasya Attalah Abiyu Naufal Dien Egy Apriliano Al Faris Hafidz Aulia Hidayat Syaza Batrisyia Ananda Tamadhar Izzati Qonita

- 21020117130077 - 21020117140077 - 21020117130078 - 21020117140078 - 21020117140079 - 21020117140074 - 21020117130075 - 21020117140075 - 21020117140076 - 21020117130080 - 21020117140080 - 21020117130081 - 21020117140081 - 21020117140083 - 21020117140084 - 21020117130085 - 21020117140085 - 21020117130085 - 21020117140086

Semarang, 29 Mei 2020 Menyetujui, Dosen Pembimbing KKl

Ir. Budi Sudarwanto, M.Si NIP 196408041991021002

03

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


DAFTAR ISI

D A F T A R

I S I

The TEAM Prakata Lembar pengesahan Da ar isi

01

01 02 03 04

‘P e n . d a . h u . l u . a n’

Kuliah Kerja Lapangan Pelestarian Cagar Budaya Sistematika Laporan

05 06 08

02 ‘C a . g a r B u . d a . y a ’

Teori Umum Cagar Budaya Konservasi Klasifikasi

11 13 16

03 ‘Ob . jek Ar. si. tek. tur ’

Lawang Sewu Gedung Marabunta Spiegel Bar & Resto Gereja Blenduk Benteng Vastenburg

19 29 37 45 57

04 ‘ Pe. nu. tup’

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

Kesimpulan & penutup

69

Da ar Pustaka

70

04


B A B I - ‘Pen.da.hu.lu.an’

01

‘P e n . d a . h u . l u . a n’

Kuliah Kerja Lapangan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu wujud nyata mahasiswa Arsitektur dalam bidang keilmuannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari suatu bangunan di sebuah daerah. Kegiatan penyusunan laporan dilaksanakan dari pertengahan semester genap hingga akhir, dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dan di mana, pada KKL 2020 kali ini di- usung tema Pelestarian Cagar 05

Budaya yang difokuskan kepada bangunan bangunan cagar budaya yang berada di Kota Semarang.Terdapat berbagai macam bangunan peninggalan kolonial belanda yang berada di Kota Semarang seperti Lawang Sewu, Gedung Marabunta, Spiegel Bar & Bistro, Gereja Blenduk d a n B e n t a n g V a s t e n b u r g . Lawang Sewu Semarang merupakan salah satu bangunan yang ditetapkan sebagai bagian dari

icon kota Semarang. Secara historis dan posisi kawasannya sangat penting peranya terhadap perkembangan kota Semarang dan memiliki nilai penting bagi ilmu sejarah & perencanaan bangunan di wilayah kota Semarang. Kandungan sejarah yang terdapat dalam bangunan Lawang Sewu menjadi daya tarik bagi masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri. Maka dari itu, bangunan ini menjadi salah satu pusat tempat wisata di Semarang. K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B I - ‘P e n . d a . h u . l u . a n’

Gedung Marabunta merupakan salah satu bangunan heritage yang cukup terkenal di Jawa Tengah. Gedung ini memiliki perubahan peran yang signifikan sepanjang sejarah. Setelah dilakukan relokasi & adaptasi dengan kebutuhan Kota Lama sebagai tempat wisata. Hal itu menambah nilai sejarah bagi kawasan Kota Lama Semarang. Spiegel Bar & Resto merupakan salah satu tempat makan dan bar yang terkenal di kawasan Kota lama. Resto ini menggunakan saah satu bangunan peninggalan kolonial belanda yang di konservasi menjadi sebuah restaurant. Dengan nilai sejarah yang cukup besar, bangunan ini memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik pengunjung.

bersejarah ini, pemerintah kota setempat dan masyarakat harus bekerj sama agar bangunan t e r s e b u t t e t a p t e r a w a t . Seiring dengan perkembangan Kota Semarang yang semakin meluas, maka bangunanbangunan bersejarah di Kota Semarang telah lama ditinggalkan dan mengalami degradasi lingkungan. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kawasan yang semakin lama semakin kumuh dan dibiarkan. Padahal disisi lain bangunan ini memiliki nilai penting yang harus dipertahankan dan terus dijaga.

Pelestarian Cagar Budaya

Gereja Blenduk merupakan salahsatu bangunan yang berada di kawasan Kota Lama Semarang. Bentuk bangunan ini menerapkan ciri khas bangunan kolonial belanda pada abad 19-20. Terdapat perubahan pada bangunan igereja ini yaitu pada atap bangunan yang dsemula memiliki bentuk tajuk diubah menjadi bentuk baron. Selain itu terdapat penambahan pada bagian entrance bangunan.

Pelestarian kawasan cagar budaya adalah segenap proses konservasi, interpretasi, & manajemen terhadap suatu kawasan agar makna kultural yang terkandung dapat terpelihara dengan baik. Dalam sebuah pelestarian kawasan cagar budaya perlu disediakan k e s e m pa ta n k e pa d a m a s ya ra k a t ya n g bertanggung jawab kultural terhadap kawasan tersebut untuk ikut berpar- tisipasi dalam proses pelestarian. Kriteria pelestarian dapat diukur dari kekhasan kawasan, kesejarahan kawasan, keistimewaan kawasan, & partisipasi masyarakat.

Benteng Vastenburg merupakan salah satu bukti peninggalan masa pemerintahan kolonial yang terletak di Kota Surakarta. Bentng ini dibangun pada masa pemerintahan Jendral Baron Van Imhoff tahun 1745. Untuk mendukung pemeliharaan bangunan

Konservasi adalah konsep awal dari pelestarian yaitu pengawetan benda benda monumen bersejarah (lazim dikenal sebagai tindakan Preservasi) yang kemudian berkembang pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah dan kelangkaan yang menjadi dasar

.

bagi tindakan konservasi. Pada dasarnya konservasi dan preservasi tidak terlepas dari makna budaya atau cultural. Untuk itu konservasi merupakan upaya memlihara suatu tempat berupa lahan, kawasan gedung atau kelompok gedung termasuk lingkungannya (antariksa, 2008). Berdasarkan kesepakatan interna- sional yakni Piagam Burra tahun 1981, konservasi diartikan sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat ( p l a ce ) a ga r m a k n a ku l t u ra l ( c u l tu ra l significance) yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Place diartikan sebagai suatu site (tapak), area, bangunan dan sejenisnya, kelompok bangunan dan sejenisnya bersama dengan isinya dan keadaan sekitar yang saling berhubungan. Sedangkan makna kultural (cultural significance) berarti keindahan, kesejarahan, nilai pengetahuan atau nilai sosial bagi generasi masa lampau, masa kini dan hingga masa depan nanti.

Perspektif Lawang Sewu

Foto dari perspektif Lawang Sewu yang terdiri dari beberapa gedung. Foto - foto tersebut diambil setelah mengalami restorasi dan pemugaran sehingga terlihat seperti bangunan baru. photography : Liya & Rara

K K L A R S I TE K T U R

U N D I P

2 0 2 0

06


B A B I - ‘Pen.da.hu.lu.an’

07

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B I - ‘P e n . d a . h u . l u . a n’

SISTEMATIKA LAPORAN KKL Sistematika pembahasan dalam peyusunan laporan Kerja Kuliah : Lapangan 2020 adalah sebagai berikut: : : BAB I PENDAHULUAN : Berisi penjelasan mengenai KKL, Pelestarian Cagar Budaya dan Sistematika Laporan KKl BAB II CAGAR BUDAYA Berisi penjelasan mengenai Teori Umum Cagar Budaya, Konservasi,dan Klasifikasi. BAB III OBJEK ARSITEKTUR CAGAR BUDAYA Berisi penjelasan mengenai riset mengenai objek arsitektur cagar budaya di Provinsi Jawa tengah, hasil diskusi berbentuk Score Bangunan. Kemudian dengan dengan narasumber yang telah diwawancara. BAB IV PENUTUP Berisi kesimpulan dan penutup

K K L A R S I TE K T U R

U N D I P

2 0 2 0

08


photography : Kemal


02 ‘Ca. gar Bu. da. ya’


B A B II - ‘ C a . g a r

C

A

G

A

R

B u . d a . y a’

B

U D A Y A

:

Teori Umum Cagar Budaya Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Cagar Budaya merupakan warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Bangunan cagar budaya merupakan susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding/ atau tidak berdinding, dan beratap. Menurut UNESCO, warisan budaya sendiri memiliki arti apa yang terjadi pada manusia saat ini dan diteruskan kepada generasi mendatang. Dengan pendek kata, warisan budaya merupakan sesuatu yang harus dilanjutkan dari generasi ke generasi, karena memiliki nilai sehingga patut dijaga dan di lestarikan keberadaannya. 11

Warisan dapat menjadi sebuah ikon dari suatu daerah yang melambangkan peristiwa besar atau peninggalan dari suatu daerah tersebut. Menurut Synder & Catanse (1997), warisan budaya memiliki ciri sebagai berikut :

Revitalisasi Upaya untuk menumbuhkan kembali nilai n i l a i p e n t i n g C a ga r B u d a ya d e n ga n penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

1. Kelangkaan, 2. Kesejarahan, 3. Estetika, 4. Superlativitas, 5. Kejamakan, 6. Pengaruh. Dalam mempertahankan Cagar Budaya sebagai warisan budaya, terdapat beberapa upaya khususnya di Negara Indonesia yang sudah disusun dalam UU RI Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, seperti:

Adaptasi upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

Pemugaran Upaya pengembalian kondisi ďŹ sik objek dari cagar budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.

Dengan demikian, bangunan cagar budaya adalah hasil peninggalan budaya berupa bangunan yang berasal dari benda alam atau buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang yang memiliki suatu nilai penting bagi masyarakat pada daerah tertentu, yang patut dipertahankan keberadaannya untuk generasi -generasi selanjutnya.Bangunan-bangunan ini mewakilkan keadaan-keadaan suatu daerah pada masanya di mana bangunan tersebut berperan dalam berbagai fungsi, yang ke depannya harus dilestarikan, baik dengan

Penelitian Kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh i n f o r m a s i , d a ta , d a n ke t e ra n ga n ba g i kepentingan Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B II - ‘C a . g a r

B u . d a . y a’

fungsi yang sama maupun fungsi yang berbeda dari yang sebelumnya dengan beberapa macam metode yang sudah atau telah ditetapkan oleh pemerintah setempat Karya-karya arsitektur sendiri juga dapat masuk ke dalam kategori bangunan cagar budaya, dimana hasil pembangunanpembangunan pada masa lalu yang memiliki nilai penting dari suatu zaman tertentu atau menjadi saksi dari suatu peristiwa bersejarah, sehingga menjadi hingga menjadi simbol daerah. Sama halnya di daerah Indonesia khususnya Jawa Tengah, terdapat banyak objek arsitektur yang dijadikan sebagai bangunan cagar budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh pemerintah setempat yang tersebar luas pada beberapa daerah di Jawa Tengah. Sama halnya beberapa b angunan cagar budaya yang ada Jawa Tengah, seperti Lawang Se wu yang digunakan sebagai kantor perkeretaapian di Indonesia, Candi Borobudur dengan sejarah luar biasa yang menjadikannya sebagai keajaiban dunia, serta Benteng Vastenburg sebagai benteng peninggalan Belanda. Teori-teori yang sudah dijelaskan tersebut akan menjadi landasan dasar dalam berpikir untuk menyelesaikan penyusunan laporan ini berkenaan tentang berbagai objek arsitektur sebagai bangunan cagar budaya yang ada di Indonesia khususnya daerah Jawa Tengah, meluputi Gereja Blenduk (Semarang ), Marabunta (Semarang ), Benteng Vastenburg (Surakarta), Lawang Sewu (Semarang), dan Spiegel (Semarang).

Perspektif Lawang Sewu Dalam foto tersebut terlihat lawang Sewu yng ramai dikunjungi oleh pengunjung baik dari dalam Kota Semarang, luar Kota Semarang atau pun macan negara photography : Kemal & Rara K K L A R S I TE K T U R

U N D I P

2 0 2 0

12


B A B II - ‘ C a . g a r

B u . d a . y a’

C A G A R

Kon

Teori Konservasi Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna kulturalnya akan dapat tetap terpelihara. Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi, keindahan, 13

B U D A Y A

:

ervasi

sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun ďŹ sik (Danisworo, 1992). Dari aspek proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan juga aktivitasnya. Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi suatu tempat merupakan suatu

proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut. Konsep Konservasi Konsep konservasi telah dicetuskan lebih dari seratus tahun yang lalu, ketika William Morris mendirikan Lembaga Pelestarian Bangunan Kuno (Society for the Protection of Ancient Buildings) pada tahun 1877 (Dobby, 1978). Jauh sebelum itu, pada tahun 1700, Vanburgh seorang arsitek Istana Bleinheim Inggris, telah merumuskan konsep pelestarian, namun konsep itu belum mempunyai kekuatan hukum. Menurut Kerr (1982) dalam bukunya yang berK K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B II - ‘C a . g a r

mencakup monumen, bangunan atau benda bersejarah melainkan pada lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan yang menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Pada dasarnya, makna suatu konservasi dan preservasi tidak dapat terlepas dari makna budaya. Untuk itu, konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya Jenis - Jenis Konservasi Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada tindakan-tindakan khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter, 1999), antara lain: Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga mempertahankan nilai kulturalnya. Preservasi adalah mempertahankan bahan

B u . d a . y a’

d a n t e m pa t d a l a m k o n d i s i e k s i st i n g dan memperlambat pelapukan. Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi ďŹ sik bangunan seperti sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali elemen elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru. Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari restorasi. Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat dipakai atau digunakan untuk fungsi yang sesuai. D e m o l i s i a d a l a h p e n g h a n c u ra n a ta u perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau membahayakan.

Perspektif Lawang Sewu Dalam foto diatas terlihat keindahan lawang Sewu saat malam hari dan(foto disebelah kanan) tengah menjadi objek edukasi bagi anak - anak sekolah disiang hari. photography : Kemal & Liya

Judul The Conservation Plan, mengajukan kerangka perencanaan konservasi. Dalam konsep tersebut Kerr menggabungkan kepentingan konservasi sejarah dengan penilaian arsitektural suatu bangunan dan lingkungan lama. Konsep dan langkah langkah untuk melakukan pekerjaan konservasi terdiri dari dua bagian yaitu: Tahap I, Stating Cultural SigniďŹ cance yakni pernyataan makna kultural yang meliputi penilaian dari segi estetika, sejarah, nilai ilmiah dan nilai sosial yang kesemuanya ini merupakan proses suatu tempat agar makna kulturalnya dapat tetap terpelihara dengan baik seperti yang dirumuskan dalam conservation policy. Tahap II, Conservation Policy/kebijaksanaan konservasi, pada tahap ini hasil dari penentuan prioritas dan peringkat digunakan untuk merumuskan kebijakan konservasi, dan strategi untuk implementasi kebijaksanaan konservasi, dalam tahap ini Kerr menyatakan bahwa kebijaksanaan konservasi ditentukan obyek tersebut akan dilakukan preservasi, restorasi rekonstruksi, adaptasi atau demolisi.

Berikut tabel perbandingannya :

Danisworo (Konseptualisasi Gagasan dan Upaya Penanganan Proyek Peremajaan Kota, ITB, 1988)

Pada awalnya konsep konservasi terbatas pada pelestarian bendabenda/monumen bersejarah (biasa disebut preservasi). Namun konsep konser vasi tersebut berkembang, sasarannya tidak hanya K K L A R S I TE K T U R

U N D I P

2 0 2 0

14


B A B II - ‘ C a . g a r

B u . d a . y a’

Manfaat Konservasi Berikut adalah beberapa manfaat dari melakukan konservasi pada cagar budaya : 1. Memperkaya pengalaman visual 2. Memberi suasana permanen yang menyegarkan 3. Memberi kemanan psikologis 4. Mewariskan arsitektur 5. Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional Skala/Lingkup Konservasi Berikut merupakan beberapa batas skala atau lingkup dalam melakukan konservasi : 1. Lingkungan Alami (Natural Area) 2. Kota dan Desa (Town and Village) 3. Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor) 4. Kawasan (Districts) 5. Wajah Jalan (Street-scapes) 6. Bangunan (Buildings) 7. Benda dan Penggalan (Object and Fragments) Kriteria Konservasi Berikut merupakan beberapa kriteria dalam melakukan konservasi :

1. Estetika 2. Kejamakan 3. Kelangkaan 4. Keistimewaan 5. Peranan Sejarah 6. Penguat Kawasan di Sekitarnya Peran Arsitek Dalam Konservasi Secara Internal : Pertama, meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi. Kedua, meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse. Ketiga, melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan. Secara Eksternal : Pertama adalah memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau

bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur. Kedua adalah membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines) Ketiga adalah membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan - bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya bekas pabrik atau gudang) serta mengusulkan bentuk konservasi a r s i t e k t u r a l n y a . Yang terakhir adalah memberikan contoh contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan ďŹ nansial.

Perspektif Lawang Sewu Merupakan salah satu glass art yang ada di Lawang Sewu , yang sudah langka keberadaannya pada saat ini. Photography : Kemal

15

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B II - ‘C a . g a r

B u . d a . y a’

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, maka Cagar budaya di klasifikasikan menjadi 5 kategori klasifikasi: Benda Benda cagar budaya adalah benda alami atau buatan manusia, baik bergerak atau tidak, yang punya hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

C

A

G

A

R

B

U

D

A

Y

A

:

Klasifikasi

Bangunan Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding, tidak berdinding dan atau beratap. Struktur Struktur Cagar Budaya adalah suatu susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan p r a s a r a n a u n t u k menampung kebutuhan manusia. Situs Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang m e n ga n d u n g B e n d a C a ga r B u d a ya , Bangunan Cagar Budaya, dan atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Kawasan Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Sedangkan untuk bangunan cagar budaya dalam Peraturan Daerah nomor 9 tahun 1999 tentang Ketentuan Pelestarian dan Pemanfaatan Bangunan-bangunan Cagar B u d a y a d i D K I J a k a r t a di klasifikasikan menjadi 3, yaitu : Golongan A Merupakan bangunan memenuhi kriteria nilai sejarah dan keaslian. Bangunan cagar budaya golongan A dilarang dibongkar dan atau diubah. Tetapi apabila kondisi fisik banguan buruk, roboh, terbakar, atau tidak layak, tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada. K K L A R S I TE K T U R

U N D I P

2 0 2 0

Photography : Rara

Golongan B yakni bangunan yang memenuhi kriteria umur, keaslian, kelangkaan, lanmark, & arsitektur. pemeliharaan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen b a n g u n a n y a n g p e n t i n g .

Klasifikasi Butir Pelestarian Lingkungan Cagar Budaya jika digolongkan : Golongan I : lingkungan memenuhi seluruh criteria terkait Golongan II : lingkungan sudah berubah namun masih ada yang asli Golongan III : lingkungan sudah berubah sama sekali dan kurang asli.

Golongan C -Adalah bangunan yang memenuhi kriteria umur dan arsitektur. Golongan ini melakukan detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan di sekitarnya dalam keserasian lingkungan

Bangunan Cagar Budaya, jika digolongkan : Golongan I : bangunan menjadi saksi peristiwa bersejarah dan asli Golongan II : bangunan masih asli, langka, tua, merupakan tengeran atau karya arsitektur. Golongan III : bangunan tua dan merupakan karya arsitektur. 16


03

‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’



B A B III - ‘Ob. jek

Ar. si. tek. tur C a . g a r B u . d a . y a’

OBJEK ARSITEKTUR CAGAR BUDAYA :

Lawang Sewu Awal Berdiri Lawang Sewu mulai dibangun oleh Belanda pada 27 Februari 1904 dan rampung pada tahun 1907. Pada awalnya gedung ini berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta milik Belanda dengan nama Nederlands Indische Spoorweg Maatschappj atau disingkat NIS. Perusahaan inilah yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia menghubungkan Semarang, Surakarta dan Yogyakarta. Jalur pertama yang dibangun adalah Semarang Temanggung pada tahun 1867. Direksi NIS memercayakan perancangan gedung kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B . J . Q u e n d a g . Tidak Sesuai Harapan Mulai pada tahun 1907 smapi tahun 1942, Gedung ini digunakan sebagai mana semestinya yakni sebagai gedung administrasi kereta api hindia belanda. Namun seiring berkembangnya jalur kereta api yang pesat, hal ini membuat kantor NIS di Semarang tidak lagi memadai untuk menampung semua staf NIS,sehingga keluarlah solusi dengan menyewa sejumlah bangunan milik perseorangan. Namun solusi tersebut justru membuat pekerjaan

makin tidak efisien dikarenakan letaknya yang berada didekat rawa. Akhirnya dibangunlah lagi kantor administrasi yang baru yang terletak di pinggir justru membuat 19

pekerjaan makin tidak efisien dikarenakan letaknya yang berada didekat rawa. Akhirnya dibangunlah lagi kantor administrasi yang baru yang terletak di pinggir kota dekat dengan kediaman Residen Hindia Belanda. Lokasi tepatnya berada di ujung Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Jalan Pemuda dan jalan raya m e n u j u K e n d a l . Masuknya Jepang Kemudian pada 1 maret 1942, tentara Jepang masuk di Pulau Jawa. Walaupun Jepang jelas ingin mengambil alih Kekuasaan atas Indonesia, Belanda tidak dapat melakukan perlawanan akibat kondisi mereka pada perang dunia II.Belanda pun resmi memberikan kekuasaan atas Indonesia (pada saat itu bernama Hindia Belanda) kepada jepang pada tanggal 8 maret 1942. Setelah kekuasaan jepang dimulai,lawang Sewu kemudian dijadikan sebagai kantor pusat K E M P E T A I . Saksi Bisu Perjuangan Indonesia Setelah kedatangan Jepang dan menjadikan Lawang Sewu sebagai kantor militer, lawang Sewu menjadi saksi bisu dari kekejaman epang dan Belanda. Salah satunya dengan menjadikan ruang bawah tanah Lawang Sewu yang tadinya dipenuhi air setinggi 2 meter dikurangi dan mebangun penjara jongkok dalam petak - petak berukuran 2 x 3

meter, kemudian ditambahkan jeruji besi untuk dijadikan penjara.Selain penjara jongkok, ada pula penjara berdiri berukuran 1 x 1 meter dalam ruang bawah tanah tersebut. penjara - penjara tersebut dapat menampung lima hingga enam orang dewasa namun tidak dapat berpindah dan bergerak dikarenakan sngat sempit . Sejak Presiden Soekarno mengucapkan proklamasi dan Indonesia menganggap dirinya sebagai merdeka,Lawang Sewu berubah menjadi kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia. Namun, pada tahun 1946, bangunan tersebut diambil alih kembali oleh Belanda sebagai markas tentara Belanda yang kemudian diperebutkan juga oleh Jepang. Saat ini Sehinnga pada tanggal 14 - 19 Oktober 1945, Terjadilah peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai dari tentara Jepang.Setelah hari itu hingga tahun 1994, Lawang Se wumelanjutkan fungsinya sebagaimana sebelumnya. Setelah tahun 1994 Lawang sewu mengalami restorasi dan ditetapkan sebagai Bangunan cagar budaya. Baru pada tahun 2009 hingga saat ini Lawang Sewu diresmikan menjadi museum sekaligus bangunan cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan. K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B III - ‘O b. j e k Ar. s i. t e k. t u r C a . g a r B u . d a . y a’

Pada balok, mnggunakan baja proďŹ l tipe “Iâ€? , dipasang melintang. Arah memanjang terdapat balok yang terbuat dari kayu.

Salah satu kuda - kuda yang digunakan pada banguan Lawang Sewu

Struktur Bangunan Jenis dinding pemikul/Massif yang sedang direnovasi pada banguan Lawang Sewu

Terdapat 2 jenis kuda-kuda (kayu & kuda-kuda Baja). Secara garis besar bangunan terbagi menjadi 2 massa (bentuk L & bentuk I ), pada massa berbentuk L sudah menggunakan kuda kuda baja, sedangkan massa berbentuk I masing menggunakan kuda-kuda kayu. Kuda-kuda kayu memiliki model kuda -kuda gantung (tipe kuda-kuda belanda). Atap yang digunakan limasan majemuk yang ditutup dengan genteng dengan sudut kemiringan atap 45.

Terdapat 2 jenis dinding (pemikul & massif).Pada dinding bagian luar (berhubungan langsung dengan beban kuda-kuda) memiliki dimensi yang lebih besar. Dinding pada bagian dalam (pemisah antar ruangan) memiliki ukuran yang lebih kecil.

Pondasi yang digunakan pondasi setempat (pertemuan kolom) yang ditanam sedalam 125 cm dari muka tanah asli. Material Pondasi setempat berbahan beton dan belum menerapkan tulangan karena dimensi lantai kerja yang digunakan hampir seluruh luasan bangunan relative sangat tebal.Di sekeliling bangunan diberi pondasi batu kali Dibawah masing masing pondasi (batu kali & setempat) diberi lantai kerja setebal 50 cm.

Jenis dinding pemisah yang berfungsi sebagai pemisah atau sekat antar ruangan yang berada didalam banguan Lawang Sewu

Kolom - kolom bangunan Lawang Sewu yang berjajar rapih

Kolom yang digunakan relatif tebal, maka dari itu dapat diprediksikan kolom belum menggunakan tulangan. Dikarenakan belum menggunakan tulangan kolom pada Lawang Sewu menggunakan batu batu yang disusun dalam sistem pasangan dua bata dengan ukuran 60 x 80 cm.

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

20


B A B III - ‘Ob. jek

Ar. si. tek. tur C a . g a r B u . d a . y a’

OBJEK KAJIAN : ANALISA

Lawang Sewu

Photography : Rara

Data Identitas No RegNas (Registrasi Nasional) SK Penetapan SK Menteri SK Walikota Peringkat Cagar Budaya Kategori Cagar Budaya Kabupaten / Kota Provinsi Nama Pemillik Nama Pengelola Arsitek

: RNCB. 25150713.02.000030 : SK Menteri No 344/M/2014 : No.PM.57/PW.007/MKP/2010 : No 646/50/1992 : Nasional : Bangunan : Kota Semarang : Jawa Tengah : Negara : PT. Kereta Api Indonesia : Prof Jacob F. Klinkhamer & B.J. Ouendag

Tahun Pembangunan : 27 Februari 1904 – 1 Juli 1907 : 14.216 m2 Luas Lahan : Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api Swasta Fungsi Awal (Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij – NIS) Batas - Batas Utara : Jl. Pemuda, berhadapan dengan Gedung Pandanaran Timur : Bangunan komersil Barat : Tugu Muda dan Gedun Wisma Perdamaian Selatan : Jl. Pandanaran & Gereja Kathedral

Karakter Visual Eksterior Bangunan Gedung A Lawang Sewu menjadi representasi bangunan terhadap lingkungan sekitarnya. Selain karena lokasinya yang berbatasan langsung dengan jalan, ekspresi sosok bangunan memiliki nilai ketunggalan terhadap bangunan-bangunan di sekitarnya. Nilai ketunggalan inilah yang menjelaskan monumentalitas Lawang Sewu dari aspek visibilitas bangunan pada lingkungannya. Selain kesan ketunggalannya, langgam arsitektur Indisch Empire yang masih terlihat juga menjelaskan citra bangunan pada perkembangan era tertentu. Massa Bangunan Kesatuan massa bangunan yangterdapat di Lawang Sewu berbentuk menyerupai huruf L

21

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B III - ‘O b. j e k Ar. s i. t e k. t u r C a . g a r B u . d a . y a’

Atap Atap yang digunakan oleh Lawang Sewu adalah atap limasan ditutup dengan material genting dengan sudut kemiringan 45o sehingga air hujan dengan cepat jatuh ke bawah. Penggunaan tritisan terlihat pula untuk menghindari percikan air masuk ke dalam ruangan dengan detail : Gedung A Ruang atap berupa balkon luas difungsikan sebagai ruang tahanan pada masa jepang

Pintu Bukaan pada pintu masuk merupakan pintu berdaun ganda dengan panel tebal dan kedap yang terbuat dari kayu. Pintu masuk utama diapit oleh dua Menara yang pada bagian atasnya membentuk “topola� persegi delapan berbentuk kubah. Di atas pintu terdapat bukaan untuk bovenlicht jendela dengan ambang atas berbentuk lengkung dan ambang bawahnya tidak disanggah dengan detail :

Gedung B , Gedung C, Gedung D Berbentuk limasan

Gedung A Pintu masuk terletak pada sudut pertemuan kedua sayap

Gedung E Berbentuk pelana

Rumah Pompa Pintu terletak di sisi timur

Rumah pompa Bentuk atap kerucut mengikuti bidang dengan kemuncak berbentuk bola

Jendela Tipe jendela yang digunakan adalah jendela ganda dengan krepyek dengan ukuran tinggi kurang lebih 3m dan lebar +- 2,5 meter yang berfungsi untuk memaksimalkan udara yang masuk ke dalam ruangan (konsekuensi iklim tropis). Selain itu ukuran seperti ini juga dapat memberikan kesan megah dan monumental Vestibula dirancnag dengan Kaca Patri dengan bergambar dua wanita muda belanda dari dari J. L. Schouten Pada rumah pompa terdpat dua jendela di setiap sisinya Foto diatas merupakan salah satu pintu dan jendela

Dinding Eksterior Gedung A Menggunakan bearing wall Gedung B Dinding bata tidak memikul beban dikarenakan menggunakan konstruksi beton bertulang (memaksimalkan penggunaan material lokal)

Pintu & Jendela Lawang Sewu

Kolom Dimensi lebar kolom mendekari lebar tubuh manusia (konsekuensi dari perkembangan teknologi dan penyesuaian bangunan dengan iklim tropis)dengan detail seperti berikut : Gedung D 6 kolom, dua diantaranya menyatu dengan tembok. Jarak antar kolom 3.16 meter. Kepala kolom berbentuk ziggurat terbalik dan diantara kolom terdapat tembok dan jendela Fasad Memiliki langgam Indisch Empire. Langgam tersebut teridentiďŹ kasi dari ciri bangunan seperti keberadaan gable pada fasad depan,

yang ada di Lawang Sewu.

Photography : Rara

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

22


B A B III - ‘Ob. jek

Ar. si. tek. tur C a . g a r B u . d a . y a’

Gedung B Dua lantai utama 1 lantai ruang atap

Balustrade, gable, dan Dormer pada tampak barat

Balustrade dan gable pada tampak barat pertemuan sayap

Balustrade yang tertutup dinding pada gedung C Lawang Sewu

kepala pada kolom, balustrade, serta doomer. Pada komplek bangunan Lawang Sewu, terdapat 5 massa bangunan. Massa bangunan gedung A yang berbatasan langsung dengan jalan Pemuda menjadi representasi muka Lawang Sewu Karakter Visual Interior Bangunan Denah Citra prespektif 1 titik hilang secara dominan mucul, menjadikannnya kekhasan tersendiri bagi Lawang Sew. Terdapat ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai penampung air pada musim hujan agar air hujan tidak menggenangi halaman gedung, selain itu berfungsi sebagai pendingin ruangan yang berada di atasnya. Luas Gedung A adalah sebesar 5.473.28 meter persegi, Gedung B sebesar 4.145.21 meter persegi, Gedung C sebesar 342 meter persegi, Gedung D sebesar 197 meter persegi, dan Gedung E sebesar 135 meter persegi.

Gedung A Selasar gedung pada bagian tengah dan luar berfungsi sebagai pernghubung berbagai ruanganKarena menggunakan struktur massif maka bentuk denah lantai 1 sama persis dengan lantai 2 yang mendominasi bangunan ini bergaya romanesque .Besar ruang yang ada pada bangunan Lawang Sewu berkisar antara 12 meter persegi sampai dengan 30 meter persegi. Ruang-ruang tersebut berdungsi sebagai ruang kantor dan ruang pertemuan, sedangkan pada bangunan sebelah kiri pada lantai bawah terdapat sebuah ruangdan dengan lebar 6 x 10meter yang dilengkapi pintu pada ujung sebelah barat yang menghubungkan dengan ruang lain dan basement. Di bagian tengah ruangan (lobby) terdapat tangga naik menuju lantai dua dengan ukuran lebar tangga 6 meter yang terbuat dari beton dan dilapisi tegel warna abu -abu. Pada bagian bordes terdapat jendela kaca patri berukuran 2 x 3m yang dihiasi dengan hiasan bunga-bungaan berwarna hijau, kuning d a n m e r a h

Gedung C Bangunan memiliki ukuran panjang 17 meter, lebar 10 meter, dan tinggi 11 meter. Saat ini lantai 1 difungsikan sebagai ruang pameran, sedangkan lantai 2 digunakan sebagai kantor Devisi Heritagge dan Arsitektur PT. Kereta Api Indonesia (persero). Sisi tenggara terdapat bangunan tamabahan yang digunakan untuk r u a n g a u d i o - v i s u a l . Gedung D Bangunan memiliki ukuran Panjang 15.8 meter, dan lebar 6.25 meter. Gedung E 1 Lantai Rumah Pompa Berbentuk octagon (segi delapan) ¡Dinding Interior Karena harus memikul beban yang berat, maka dinding bangunan direncanakan dengan menggunakan sistem struktur massif, dimana ketebalan dinding bagian atas normal sedangkan dinding bagian bawahnya lebih besar disbanding atasnya. Pada baangunan L ( Gedung A)dinding lantai bawah (lt. 1) memiliki ketebalam 56 cm. bagian atas (lt. 2) memiliki ketebalan 42 cm dan lantai atap (lt . 3) 28 cm dengan detail seperti berikut : Gedung A dan Gedung C dengan menggunakan bata dan kayu lokal Pintu Geudung A dan Gedung B Perulangan pintu dan jendela menjadi datum

Perspektif Lawang Sewu Foto disamping merukapan Suasana Lawang Sewu saat sepi pada siang hari photograper : Rara

23

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B III - ‘O b. j e k Ar. s i. t e k. t u r C a . g a r B u . d a . y a’

Lantai Pada bagian bawah terjadi peninggian peil lantai dari peil tanah dasar setinggi 15 cm sehingga dapat terhindar dari banji. Untuk lantai bangunan dilapisi marmer coklat dan hitam, serta keramik putih kusam berukuran 30cm x 30cm baik padaqa ruangan dalam maupun selasar dengan lebar selasae 1,5m yang menghubungkan ruang satu dengan yang lain. Pola sirkulasi di dalam ruangan adalah sirkulasi liner serta hubungan antar ruang adalah langsung yaitu dihubungkan dengan pintu-pintu berdimensi lebar Sedangkan pola sirkulasi antara ruang satu dengan yang lain dihubungkan dengan pintu berukuran sedang dengan tinggi 2m dan lebar 1m dengan penataan ruang berpola grid dengan detail seperti berikut :

Gedung A Jumlah Lantai 3. Saat ini menggunakan ubin berukuran 16x16 meter persegi. Pada zaman dahulu Granit, Marmer & keramik (impor dari eropa, nilai ekonomi yang tinggi dan menjadi indikasi bahwa pada masa itu kantor NIS merupakan bangunan sifniďŹ kan). Konstruksi lantai berbentuk rolag lengkung dan setiap jarak 2 meter ditopang oleh proďŹ l baja melintang, baru dibuat konstruksi lantai yang terdiri dari susunan batu bata berpekat dengan penutup l a n t a i u b i n w a r n a .

Lantai pada Lawang Sewu Keramik impor yang dimuseumkan di Lawang Sewu

Geudng B lantai utama dan 1 lantai atap Gedung C Granit, Marmer & keramik (impor dari eropa)

Plafond Ketinggian mencapai 3 kali tinggi orang dewasa (konsekuensi dari perkembangan teknologi dan penyesuaian bangunan dengan iklim tropis). Karakter Visual Interior Bangunan Fungsi Ruang Ruang Bawah Tanah Zaman Belanda, dipenuhi oleh air sebagai tempat penampun air hujan & pendingin ruang yang ada diatasnya (konsekuensi iklim tropis). Sementara pada zaman Jepang , volume air dikurangi, dijadikan enjara jongkok berupa sekt-sekat petak 2x3m (petak sudah ada sejak zaman belanda). Jepang hanya menambahkan tralis besi agar tidak ada tahanan yang bisa berdiri. Satu petak berisikan 5-6 orang. Peta k te rs e b u t d i i s i a i r h i n g ga ba ta s kepala orang dewasa. Orientasi Ruang Pembagian ruang dapat dilihat secara horizontal dari denah dan bertikal dari potongannya. Pembagian ruang secara horizontal menerapkan prinsip double banked dimana terdapat dua baris ruang yang dipisahkan oleh koridor tengah. Namun, terdapat selasar yang mengelilingi bentuk massa bangunan. Secara vertikal, ruangan terbagi pada lapis-lapis lantai. Hubungan antar lapis ruang dapat berupa ruang void dan tangga Orientasi Bangunan Muka banguna yang dijadikan sebagai pintu masuk utama apda lawangseu terletak pada arah Barat daya menghadap Jl. Pemuda.

Perspektif Lawang Sewu

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

Photography : Liya

Foto disamping diambil dari tengah - tengah bangunan Lawang Sewu. Sementara sketsa diatasnya merupakan penggambaran sirkulasi pada Lawang Sewu secara vertikal maupun horizontal

24


B A B III - ‘Ob. jek

Ar. si. tek. tur C a . g a r B u . d a . y a’


B A B III - ‘O b. j e k Ar. s i. t e k. t u r C a . g a r B u . d a . y a’

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

26


B A B III - ‘Ob. jek

27

Ar. si. tek. tur C a . g a r B u . d a . y a’

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B III - ‘O b. j e k Ar. s i. t e k. t u r C a . g a r B u . d a . y a’

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

28






























|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

‘Ben.teng Vas.ten.burg’

Eksotisme ruang terbuka pada dinding luar dan panorama alam sekitar Fort Vastenburg, Surakarta

57 |

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Pembahasan Objek Benteng Vastenburg Surakarta A r s i t e kt u r b e n t e n g ba n ya k dibangun oleh Kongsi Dagang Belanda di kawasan Hindia Timur atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada awal keberadaannya diwilayah Nusantara (sebelum NKRI terbentuk) yaitu sekitar abad ke-17. Mereka membangun benteng-benteng di dekat pantai atau muara sungai di kota-kota pelabuhan penting dalam lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara, hal tersebut terkait dengan usaha untuk mempertahanakan keamanan dan memperkuat pijakan kekuasaan dalam perdagangan. Mengingat tujuan utama pembangunannya yang terkait dengan pertahanan, tentunya pertimbanganpertimbangan arsitektur dari bentengbenteng yang dibangun pada awal kedatangan VOC tersebut lebih didasarkan kepentingan militer. VOC membangun benteng dengan langsung mengaplikasikan arsitektur yang mereka bawa dari Eropa yang sejatinya kurang begitu sesuai dengan iklim tropis di wilayah Nusantara. Ketidakmampuan arsitektur benteng beradaptasi dengan iklim tropis menyebabkan banyak tentara Belanda yang kemudian jatuh sakit atau bahkan meninggal dunia.

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020

Dulunya di dalam benteng terdapat pemukiman dan dan berbagai infrastruktur lainnya seperti gereja, rumah sakit, gudang, dll. Baru ketika merasa keamanan telah terjamin dan hegemoni kekuasaan semakin kuat, baru kemudian mereka memperluas wilayah dengan membangun bangunanbangunan permukiman dan infrastruktur yang mereka perlukan diluar benteng. Benteng Vastenburg adalah satu dari sekian banyak benteng yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada awal keberadaannya di wilayah Nusantara dan merupakan salah satu dari 275 benteng yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Benteng Vastenburg terletak di Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133. Benteng Vastenburg didirikan pada tahun 1745 atas perintah Gubernur Jendral Gustaf Willem Van Imhoff sebagai benteng pertahanan di Jawa tengah. Awalnya benteng ini diberi nama Grootmoedigheid. Pada tahun 1775-1779 atau 32 tahun setelah berdirinya bangunan Keraton Surakarta yang menjadi pusat kerajaan Mataram baru Benteng Vastenburg dipugar dan diganti dengan benteng yang lebih

besar oleh Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff. Sejak saat itu, namanya diganti menjadi Vastenburg. Nama Vastenburg sendiri berarti ‘istana yang dikelilingi tembok kuat’. Benteng Vastenburg dulunya merupakan benteng pertahanan yang terkait dengan posisi Keraton Surakarta dan rumah Gubernur Belanda. Bangunan ini merupakan tempat pasukan Belanda untuk "mengawasi" aktivitas Keraton Surakarta sejak pemerintahan Paku Buwono III. Hal tersebut diperkuat oleh lokasi benteng yang terletak diantara Keraton Kasunanan Surakarta dengan rumah Gubernur Belanda, bahkan dulunya ada salah satu meriam kuno yang diarahkan tepat ke keraton. Selain untuk mengawasi pergerakan keraton, penempatan benteng di lokasi tersebut juga untuk memecah tiga teritori yaitu perkampungan Arab yang terletak di sebelah barat ,perkampungan Cina disebelah utara-timur dan keraton di sebelah selatan. Ada semacam ketakutan dari pihak VOC apabila tiga kekuatan tersebut bergabung akan mengancam hegemoni VOC.

| 58 .


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Bentuk bangunan tembok benteng Vastenburg tidak banyak berbeda dengan benteng benteng Belanda di kota-kota lainnya, seperti benteng Vredeburg di Jogja, benteng Ontmoeting di Ungaran, yaitu berupa bujur sangkar yang ujungujungnya terdapat penonjolan ruang yang sama untuk teknik peperangan yang disebut seleka (bastion). Pintu masuk ada 2 yaitu barat dan timur dengan jembatan jungkit yang menghadap ke timur dan barat. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masingmasing dalam militer. Di tengahnya terdapat lahan terbuka yang cukup luas untuk persiapan pasukan atau apel bendera. Pa d a ta h u n 1 9 4 2 B e l a n d a menyerah dan benteng Vastenburg dimiliki oleh tentara Jepang yaitu T. Maze. Namun sekitar tahun 1945, pada saat RI merdeka, kepemilikan benteng Vastenburg akhirnya

59 |

jatuh ke tangan kedaulatan RI dan dimiliki oleh pihak sipil atau Pemkot, yang kemudian ditempati oleh TNI selaku Badan Pertahanan dan Keamanan RI hingga tahun 1986. Pada tahun 1970-1980-an benteng ini sering digunakan sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigade Infenteri 6/Trisakti Baladaya/Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya. Bentuk bangunan tembok benteng Vastenburg tidak banyak berbeda dengan benteng-benteng Belanda di kota-kota lainnya, seperti benteng Vredeburg di Jogja, benteng Ontmoeting di Ungaran, yaitu berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan ruang yang sama untuk teknik peperangan yang disebut seleka (bastion). Pintu masuk ada 2 yaitu barat dan timur dengan jembatan jungkit yang menghadap ke timur dan barat. Bangunan terdiri dari beberapa barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer.

Di tengahnya terdapat lahan terbuka yang cukup luas untuk persiapan pasukan atau apel bendera. Pada tahun 1986, Saat Surakarta d i b a w a h k e p e m i m p i n a n w a l i k o ta Hartomo, ada inisiatif dari pihak Pemkot untuk memindahkan Kompi Brigif Kostrad ke lahan yang lebih luas dan lebih layak untuk ditempati, karena apabila markas Brigif Kostrad tersebut terletak di tengah kota, dirasakan akan mengganggu pemandangan kota Solo.

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

fasad bangunan hancur, kecuali fasad tembok benteng dan pintu gerbang utama yang masih terlihat kokoh. Bagian lain yang masih tersisa dari Benteng Vastenburg hanya tembok batu bata setinggi enam meter yang disertai parit dengan lebar Âą 3 meter yang berkedalaman Âą 2 meter dan 2 jembatan penghubung yang terletak pada sisi barat dan timur benteng yang dulunya merupakan akses masuk menuju benteng. Tembok benteng tersebut berbentuk bujur sangkar dengan penonjolan ruang yang sama pada sudut-sudutnya yang dalam istilah teknik peperangan disebut seleka (bastion).

dan ditumbuhi lumut. Bagian dalam lahan yang dikelilingi tembok benteng yang dulunya merupakan tempat berdirinya beberapa bangunan yang difungsikan sebagai barakbarak prajurit dan keluarganya, saat ini telah menjadi lahan kosong. Bangunan yang dulunya mengisi areal tersebut telah dirobohkan. Apalagi sejak tahun 1980-an kawasan benteng tertutup rapat dengan pagar seng yang mengelilingi lahan seluas 40.672 m. Ketidakterawatan situs yang berumur lebih dari 230 tahun ini telah membentuk area mati di tengah keramaian pusat kota.

Berdasarkan Laporan Studi Arkeologis yang disusun BP3 Jateng, Kawasan tersebut dikuasai lima investor swasta yaitu milik Robby Sumampauw, Pondok Solo Permai (PSP), Badan Pe r ta n a h a n N a s i o n a l ( B P N ) , B a n k Danamon dan pengusaha bernama Hartoko. Bahkan saat ini ada bagian kapling yang dimiliki oleh Bank Danamon telah berdiri bangunan baru.

Pada penonjolan sudut tersebut dulunya digunakan para parjurit untuk melakukan pengawasan kondisi diluar benteng, serta melakukan pertahanan jika mendapatkan penyerangan. Pada bagian seleka ini dulunya ditempatkan beberapa meriam, bukti ďŹ siknya masih dapat kita temukan sampai sekarang yaitu adanya lekukan pada bagian atas tembok benteng.

Benteng Vastenburg menyimpan sejarah yang panjang tentang perjalanan kota Surakarta. Jejak sejarah Benteng Vastenburg adalah jejak sejarah kota Surakarta juga. Menghilangkannya berarti menghapus jejak sejarah kota Surakarta. Keberadaan Benteng Vastenburg merupakan simbol perlawanan yang gigih terhadap penguasaan kolonial Belanda pada waktu itu.

Saat ini kondisi Benteng Vastenburg sangat memprihatinkan. Sebagian besar

Kondisi tembok benteng sendiri tidak terawat dan mulai mengelupas, pecah-pecah

Berdasarkan SK walikota, akhirnya markas Brigif Kostrad dipindahkan. Dengan alasan tersebut , kemudian walikota Solo, Hartomo berinisiatif bahwa tanah sekitar Bentang Vastenburg harus dikelola oleh investor swasta, karena Pemkot membutuhkan dana untuk pemindahan Brigif Kostrad tersebut. Untuk itu pada tahun 1991 dilakukan proses tukar guling. Oleh Pemkot benteng ini ditukar gulingkan dengan pihak swasta dan kini telah terkaplingkapling dengan kepemilikan lima instansi berbeda.

Salah satu foto yang diambil dari PGS yang memperlihatkan kondisi benteng Vastenburg saat ini.

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020

| 60 .


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Data Fisik Objek Nama : Fort De Grootmoedigheid atau Benteng Vastenburg Surakarta Tahun berdiri : 1774 Arsitek : Pada tahun 1775 Benteng Vastenburg didirikan oleh Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff. Benteng Vastenburg ini memiliki kemiripan dengan rancangan Kasteel Batavia yang bersumberkan dari gagasan yang pernah dikembang oleh arsitek Wilhem Gompert dari Weldorf dan arsitek Itali Alessandro Pasqualini dari Bologna. Lokasi : Kedung Lumbu, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57133 (Sumber : maps.google.co.id)

61 |

NO REGNAS RNCB.20181026.04.001534 SK Penetapan SK Walikota No646/1R/1/2013 SK Menteri No111/M/2018 SK Menteri NoPM.57/PW.007/MKP/2010. Peringkat Cagar Budaya : Nasional Kategori Cagar Budaya : Situs Kabupaten/Kota: Kota Surakarta Provinsi: Jawa Tengah Nama Pemilik : · PT Benteng Gapuratama · PT Benteng Perkasa Utama . Perusahaan Pengelola Aset(PPA) · Bank Danamon Robby Sumampauw Nama Pengelola: Dinas Tata Ruang Kota Surakarta dan BPCB Jawa Tengah

Luas Kawasan Benteng: 66.960 m² Luas Lahan didalam tembok: ± 17.590 m² Luas bangunan tembok : ± 10.032 m² Fungsi : Dahulu sebagai tempat perlindungan dan sebagai tempat untuk mengawasi aktivitas Keraton Surakarta. Setelah selesainya penjajahan dari Kolonial Belanda beralih fungsi sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigadir Infanteri 6/Trisakti Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta dan sekitarnya. Sejak kepemimpinan Ir. H. Joko Widodo pada periode 2005 hingga 2012 benteng ini menjadi tempat event-event budaya Kota Surakarta, lahan parkir dan fasilitas umum hingga sekarang ini.

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Denah Benteng Vastenburg Denah benteng ini memiliki filosofi dari morfogi bentuk salah satu amfibi yaitu kura-kura. Dipilih bentuk dengan seperti kura-kura karena diyakini bentuk tersebut sangat efektif untuk mengawasi pergerakan dari berbagai arah dengan tambahan setiap sudut terdapat seperti menara.

Denah rencana benteng di Surakartatahun 1756

Denah Benteng Vastenburg, Surakarta 1832

Fungsi Arsitektur Belanda

1.

Morfologi Benteng Vastenburg

Benteng Vastenburg memiliki bentuk morfologi menyerupai kura - kura sebagai simbol pertahanan dir i. 2.

Pintu Gerbang

Pintu gerbang benteng berbentuk melengkung dan berornamen melambangkan kekokohan dan kekuatan pertahanan. 3.

Morfologi Benteng

Benteng

Parit

Parit mengelilingi tubuh benteng sebagai bentuk pertahanan sekaligus pantangan bagi serangan musuh agar tidak masuk dengan mudah mendekati dinding benteng. 4.

Benteng

Benteng Vastenburg memiliki dinding yang tinggi sebagai upaya perlindungan dari intaian musuh.

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020

Pintu Benteng

Parit

| 62 .


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Scoring

63 |

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020


|

BAB

III - ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Total score yang di peroleh Benteng Vastenburg Solo = 15 point Maka, Benteng Vastenburg Solo b e rd a s a r ka n k l a s i fi ka s i ke l o m p o k pontensi bangunan masuk pada kategori memiliki

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020

| 64 .


|

BAB

III

- ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

Interview Narasumber Benteng Vastenburg secara etimologi diartikan sebagai benteng kukuh. Benteng ini merupakan salah satu bukti adanya peristiwa bersejarah di kota s o l o . Pa d a Ta h u n 1 7 7 1 , b a n t e n g Vastenburg sempat diperbaiki dan dialihfungsikan menjadi perkuatan militer setelah sebelumnya berfungsi sebagai area perdagangan.

banyak pensiunan prajurit ingin hidup terus m e n e r u s d i k o ta S o l o , k a r e n a S o l o merupakan surga hindia belanda yang nyaman dan merupakan Ladang bisnis pada masa itu. Dengan demikian, keberadaan Benteng Vastenburg bukan hanya memberikan pengaruh secara militer, namun juga menjadi pengaruh berkembangnya kebudayaan eropa di kota Solo.

M u n c u l n ya B e n t e n g i n i j u ga menghadirkan berbagai fasilitas kota Modern seperti Bank BI, Gereja, Kantor Pos dsb. Selain itu, dengan adanya pusat pemerintahan perdagangan, serta militer, memunculkan permukiman-permukiman Eropa. Maka, dapat dikatakan Benteng Vastenburg merupakan simbol kekuatan militer, simbol Morfologi Perkotaan, Simbol Eksistensi Budaya Eropa, serta Simbol pemerintahan di Kota Solo.

Setelah Kemerdekaan, Benteng ini sempat digunakan oleh Tentara Indonesia. Namun, Setelah Masa Orde baru, kepemilikan banteng sudah berpindah tangan. Hal ini dikarenakan pada saat Masa Orde baru berkuasa, sangat mudah untuk mneghancurkan bangunanbangunan bersejarah dengan dalih untuk meningkatkan pembangunan perekonomian. Dan sejak itulah, benteng beralih tangan ke pihak swasta. Ketika sudah beralih tangan ke pihak swasta, tidak ada yang tau apa yang terjadi di dalamnya.

Didalam Kawasan Benteng Vastenburg terdapat fasilitas yang terbilang lengkap. Bukan hanya barak, namun juga terdapat tempat ibadah, kandang kuda, Gudang mesiu, poliklinik dan berbagai fasilitas lainnya. Ada sekitar 340 prajurit yang tinggal di dalam banteng Vastenburg. Hal yang menarik adalah

65 |

Berbeda dengan benteng Vredeburg yang ada di Yogyakarta, kondisi benteng Vastenburg di Solo saat ini sangat memprihatinkan. Bangunan-bangunan di dalam benteng sudah hancur, yang tersisa hanya tembok yang mengelilingi lapangan

kosong saja. Telah terjadi Vandalisme Sejarah sebelum adanya klaim resmi bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan cagar budaya. Pada tahun 2007, untuk pertama kalinya area benteng ini digunakan kembali, dan difungsikan sebagai ruang publik. Hal ini cukup menarik perhatian masyarakat, karena semenjak tahun 1970an sampai awal tahun 2000-an benteng ini ditutupi oleh seng, sehingga masyarakat tidak tahu adanya keberadaan bangunan Heritage ditengah kota dan kondisinya seperti apa. Dengan diselenggarakannya acara festival musik pada saat itu, berdampak positif maupun negatif terhadap benteng Vastenburg. Positifnya, hal ini menarik animo masyarakat bahwa mereka memiliki banteng yang kondisinya sangat memprihatinkan dan menyadarkan mereka tentang keberadaan bangunan bersejarah kolonial belanda Namun diselenggarakannya acara ini, juga berdampak negatif terhadap kekuatan tembok. Karena umur tembok benteng yang sudah ratusan tahun, akan sangat mengkhawatirkan jika terkena getaran musik yang terlalu keras karena dapat merusak tembok bersejarah tersebut.

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020


|

KKL ARSITEKTUR UNDIP 2020

BAB

III

- ‘Ob. jek Ar. si. tek. tur Ca. gar Bu. da. ya’

.

| 66 .



04 ‘Pe. nu. tup’


B A B IV - ‘Pe. nu. tup’

Kesimpulan & Penutup Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan secara online setidaknya memberikan pengalaman dan wawasan mengenai bangunan cagar budaya yang ada di Jawa Tengah. Program yang diikuti oleh seluruh mahasiswa dari beberapa kelompok yang masing-masing menganalisa bangunan seperti Gereja Blenduk, Lawang Sewu, Gedung Marabunta, Spiegel Bar & Bistro, Bentang Vastenburg dapat menambah pengetahuan mengenai tindakan-tindakan khusus dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan cagar budaya. Konservasi merupakan konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesiďŹ k yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk ďŹ sik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Setelah dianalisis dari beberapa sampel bangunan diatas ada beberapa yang mendapat tindakan konservasi yang sama. Gereja Blenduk, Gedung Marabunta, dan Spiegel Bar & Bistro dianggap akan lebih baik ditangani dengan metode konservasi adaptasi/revitalisasi, Nampak dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan beberapa pihak yang bersangkutan untuk mengubah ketiga bangunan cagar budaya tersebut agar dapat digunakan untuk fungsi yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Sementara Lawang Sewu dan Benteng Vastenburg telah melalui proses penanganan konservasi restorasi / rehabilitasi dengan mengembalikan kondisi ďŹ sik bangunan seperti sediakala dengan membuang elemenelemen tambahan serta memasang kembali elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru. Hal ini direalisasikan oleh pemerintah setempat dengan mendatangkan bahan material dari negara asal sang perancang bangunan.

69

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0


B A B IV - ‘Pe. nu. tup’

Daftar Pustaka

Budihardjo, Eko & Sidharta. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Indonesia. Yogyakarta: UGM Press. https://finifio.wordpress.com/2016/06/04/apa-itu-konservasi-arsitektur/ http://egardanoza.blogspot.com/2018/07/konservasi-arsitektur-konservasi.html https://winnerfirmansyah.wordpress.com/category/konservasi-arsitektur/ Abyyusa, A. F., C. S. Aly, J. Hans. 2019. Lawang Sswe's Mmonumentality Architecture. Jurnal RISA (Riset Arsitektur), 03(02): 111 – 112 Oktaviani, U. S. Nafisah, M. N. Apriliyani, E. Susanti, M. D. Pamungkas. 2019. Lawang Sewu dalam Sudut Pandang Geometri. 02(01) :122-129 Malik, A. 2004. Aspek Tropis pada Bangunan Kolonial Lawang Sewu Semarang. 1-7 https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/pengertian-cagar-budaya-berdasarkan-undang-undang-cagar-budaya/ Parikesit, Anggit Gita. “Klasifikasi Bangunan Cagar Budaya.” gaya hidup, https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160427130603-273-126931/ klasifikasi-bangunan-cagar-budaya. Accessed 28 May 2020. “Cagar budaya.” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 16 Apr. 2020. Wikipedia, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cagar_budaya&oldid=16836424 UU 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya | Jogloabang. https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-11-2010-cagar-budaya. Accessed 28 May 2020. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160427130603-273-126931/klasifikasi-bangunan-cagar-budaya https://id.wikipedia.org/wiki/Cagar_budaya#Bangunan https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-11-2010-cagar-budaya http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index

K K L A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

70


KKL

A R S I TE K T U R U N D I P 2 0 2 0

CagarBudaya P A R A

S A K S I

B I S U

S E J A R A H

P R O V I N S I

J A W A

T E N G A H


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.