Anda di halaman 1dari 9

Seni Kaligrafi

di Nusantara

Nadia Astrida Oktavia


118201030
Kaligrafi Sunda
Upaya sosialisasi penggunaan aksara Sunda, baru dikembangkan setela-
Sunda telah mengalami berbagai haksara Sunda diluncurkan dalam
perkembangan. Dari awal diluncurkann- susunan dan bentuk mutakhir.
ya aksara Sunda baku dengan dukungan
komputerisasi, hingga kini aksara Aksara Sunda telah cukup banyak
Sunda dapat diaplikasikan ke dalam dibuat ke dalam bentuk kaligrafi,
dalam berbagai media dan membentuk namun jumlahnya masih terbatas.
karya seni. Salah satu jenis aplikasi Meskipun demikian, seni kaligrafi
aksara Sunda ke dalam bentuk karya aksara Sunda merupakan khasanah
seni yaitu kaligrafi. baru dalam dunia seni rupa. Selain
bentuk grafis yang indah, tingkat ket-
Kaligrafi lebih dikenal dengan gaya erbacaan aksara juga penting untuk
penulisan dekoratif dengan mengede- diperhatikan.
pankan unsur estetis dan ekspresif. Seni
kaligrafi telah dikenal dan digunakan
dalam berbagai karakter aksara, dari
mulai aksara latin hingga huruf Arab.
Sedangkan untuk kaligrafi aksara
Angkatan Perintis
Kedatangan Islam di Indonesia. Bukti kayu, logam, dan medium lainnya. Banyak
kaligrafi paling tua terdapat pada Alquran tua yang ditulis pada waktu ini
nisan-nisan kuno yang sebahagiannya seiring hadirnya kertas impor pada abad
dibawa dari luar Indonesia. Sedangkan ke-17. Sejak abad ke-17 dan sesudahnya,
bukti yang lebih mutakhir diperoleh dari ada kecenderungan seniman muslim untuk
sumber-sumber media seperti kitab, menggambar makhluk bernyawa dengan
mushaf Alquran tua atau naskah perjanji- lafal ayat-ayat Alquran, kaul ulama atau
an (qaulul haq). simbol kepahlawanan Ali ibn Abi Thalib
(kaligrafi Macan Ali) dan Fatimah. Karya
Aksara Arab pada angkatan ini, digunakan seperti ini biasanya merupakan produk
pula untuk naskah-naskah berbahasa keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta
Melayu atau Indonesia yang disebut atau Palembang. Sampai tahun 1960-an,
Pegon, huruf Jawi atau huruf Melayu. lukisan kaligrafi berwujud binatang burak
Kaligrafi lafal La ilaha illallah, Muhamma- atau wayang banyak ditemukan di pelosok
dun Rasulullah dikibarkan pula di pan- Sumatera dan Jawa.
ji-panji peperangan terbuka antara pasu-
kan Islam dan non-Islam di Nusantara.

Pada abad ke-18 sampai abad ke-20,


kaligrafi tidak lagi bersumber pada
makam, tetapi beralih kepada kegiatan
kreasi seniman Indonesia yang diwujud-
kan dalam aneka media seperti kertas,
Kaligrafi Dasa Bayu
Kaligrafi Dasa Bayu dari sepuluh dewata.
didapatkan dalam Tetapi kalau
buku Jnana Siddhan- kaligrafi tersebut
ta (Soebadio, 1971). dihubungkan dengan
Di samping itu dasaatma maka pemb-
didapatkan pula acaan dari kaligrafi
dalam bukunya Dr ini berbeda
Weck yang berjudul: (Soebadio, 1971).
Heilkunda auf Bali. Kedua aspek di atas
Menurut Nala merupakan isi infor-
(1991) kaligrafi itu masi yang ingin
terdapat juga dalam disampaikan oleh si
lontar Usadha Cukil pengarangnya (Nawi,
Daki. 2005).

Kaligrafi tersebut Unsur kedua dari


disusun oleh berbagai kaligrafi dasa bayu
huruf. Strukturnya adalah keindahan
terdiri dari beberapa atau kehalusan senin-
huruf dan ya (Nawi, 2005).
dibingkai oleh akse- Dengan keterampilan
sori huruf Bali naniya khusus, maka
dan guwung. Dengan ujung-ujung huruf
bingkai tersebut yang dilukiskan
tampak sebagai suatu tersebut mampu
kesatuan dengan mengikat semua
beberapa huruf yang komponen menjadi
ternyata adalah satu kesatuan
dasaaksara bergan- produk. Untuk menaf-
tungan membentuk sirkan produk terse-
ucapan seperti di but diperlukan imagi-
atas. nasi dalam dalam
memilahmilah kom-
Secara individual ponen tersebut. Kalau
maka dibaca I, Ha, tidak memahami
Ka, Ma, Ra, Sa, La, aksara Bali dengan
Wa, Ya , dan U. (Soe- baik, maka pasti ada
badio, 1971). kesukaran dalam
Jumlah seluruhnya membaca gambar
sepuluh, sebagai tersebut.
simbol perwujudan
Tresno Akso�o
Gerakan literasi Aksara Jawa budaya bukan sekedar lambang
sebagai produk budaya menjadi tanpa makna, namun mencer-
penting bagi generasi penerus minkan peradaban suatu bangsa
supaya tidak larut dengan budaya (daerah). Gerakan literasi Aksara
pop yang lebih memikat dan Jawa sudah dilakukan oleh pero-
mencibir tatkala dihadapkan pada rangan, lembaga swasta maupun
konsep budaya Jawa melalui pemerintah namun belum mem-
media aksara Jawa (hono coroko) buahkan hasil yang diharapkan.
dengan alasan kuno dan tidak Beberapa bulan lalu masyarakat
perlu tahu. Fenomena ini secara Yogya dikejutkan oleh para seni-
tidak langsung menjadi salah satu man yang menggunakan Aksara
indikator pengingkaran terhadap Jawa sebagai sarana menyam-
produk budaya dan bisa beraki- paikan kritik melalui karya
bat kepunahan bahasa ibu (Jawa). fenomenal yang menghibur
Tradisi Jawa dipaksa berhadapan dengan memanfaatkan ruang
dengan modernisasi dengan gaya publik.
hidup konsumtif, gemerlap dan
serba instan, sementara budaya Mural dan graffiti aksara Jawa
Jawa harus berproses panjang, yang dituangkan pada jalan berlo-
bertele-tele, dan menjemukan. bang (hono jeglongan) dan mele-
takkan kursi bekas dengan
Aksara Jawa sebagai produk ornamen aksara Jawa dihadiah-
kan sebagai foto booth gratis para ini mampu mengusik kesadaran
wisatawan Malioboro (syawalan kolektif masyarakat supaya terli-
on the road) serta caraka walik di bat dengan sukuarela, penuh
atas seng pembatas renovasi di sukacita, tanpa beban takut salah
depan hotel Inna Garuda. dalam berekpresi, dan terlibat
dalam kegiatan aksara di ruang
Karya tersebut memiliki dampak publik.
luar biasa, dimana masyarakat
merasa diingatkan tentang Eksplorasi gerakan tresno aksoro
Aksara Jawa sebagai budaya secara alami menciptakan pembe-
adiluhung dan pemerintah segera lajaran kepada masyarakat ten-
merespon kritikan cerdas tersebut tang Aksara Jawa yang berpoten-
dengan mengaspal lobang yang si untuk bangkit kembali di
ditandai dengan aksara jawa. tengah derasnya teknologi infor-
masi. Aksara adalah aset budaya
Gerakan yang dikenal Gerakan dalam membangun peradaban
Tresno Aksoro ini bukan gerakan ditengah krisis moral dalam ber-
untuk mengajar honocoroko negara.
kepada masyarakat namun
sebagai ajakan bagi siapapun
untuk mencintai aksara Jawa
dengan suka cita. Gerakan moral
Angkatan Pelukis dan Pendob�ak

Pada saat masyarakat semakin sadar (AKSERA Surabaya, asal Madura).


akan arti dan pentingnya seni kaligra- Para tokoh seni rupa ini memanfaat-
fi, muncullah suatu gerakan untuk kan keluwesan aksara Arab di mana
“lebih menyadarkan” para khattat/ka- sosok kaligrafi sangat tegas ditonjol-
ligrafer dan seniman, khususnya kan dengan penyerasian unsur-unsur
kalangan muda, untuk lebih mening- rupa lainnya yang telah lebur dalam
katkan apresiasi dan teknik mengolah gaya pribadi masing-masing seniman
kaligrafi di aneka media yang tak dengan memandang “kaligrafi sebagai
terbatas. Gerakan ini muncul di tahun bagian integral” dari ide dasar lukisan
1970-an seiring kemunculan para yang bermakna religius. Para seniman
pelukis yang mempopulerkan apa rupa ini memandang kaligrafi
yang kemudian disebut “lukisan benar-benar mengandung unsur-unsur
kaligrafi” atau “kaligrafi lukis”, untuk ideoplastis yang tidak hanya selesai
membedakannya dari “kaligrafi pada huruf.
murni” atau “kaligrafi tradisional”
yang dikenal selama ini. Popularitas angkatan dan “mazhab
kaligrafi lukis” ini mulai muncul
Pembawa gerakan ini adalah para dalam Pameran Lukisan Kaligrafi
seniman kampus seni rupa yang Islam Nasional saat MTQ Nasional XI
dipelopori oleh Ahmad Sadali (ITB di Semarang (1979) dan pameran pada
Bandung, asal Garut), diiringi kemudi- Muktamar Pertama Media Massa Islam
an oleh A.D. Pirous (ITB Bandung, asal se-Dunia di Balai Sidang Jakarta
Aceh), Amri Yahya (ASRI Yogyakarta, (1980) yang diikuti oleh pameran-pa-
asal Palembang), dan Amang Rahman meran selanjutnya.
Cara menggarap “lukisan” kaligrafi lain-lain. Teknik baru ini segera
yang sangat mementingkan latarbe- menarik dan diikuti para khattat
lakang pewarnaan yang diperoleh dari bahkan kalangan yang “sekedar
kepekaan rasa, bersifat spontan dan senang” terhadap kaligrafi karena
bebas sehingga kerap mengabaikan memungkinkan digarap dalam teknik
grammar kaligrafi tradisional ini yang bermacam-macam seperti teknik
segera saja diikuti secara luas oleh batik dan tekstil, teknik grafis, teknik
kawula muda di Tanah Air. Pelukis bulu, teknik ukir kayu, dan bermacam
generasi kedua yang muncul kemudi- teknik pengerjaan logam, selain
an, dapat disebut di antaranya, Syaiful tampilan aneka bentuk ekspresi tiga
Adnan, Hatta Hambali, dan Abay D. dimensional yang menawarkan citra
Subarna, disusul kemudian oleh Fir- kaligrafi dalam seni rupa Islam
daus Alamhudi, Hendra Buana, modern.
Yetmon Amier, Said Akram, Agoes
Noegroho, Abdul Aziz Ahmad, dan

Anda mungkin juga menyukai