0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
147 tayangan9 halaman
Kaligrafi Sunda dan aksara Sunda telah mengalami perkembangan dari diluncurkannya aksara Sunda baku hingga dapat diaplikasikan dalam berbagai media seni seperti kaligrafi. Meskipun jumlah karya kaligrafi aksara Sunda masih terbatas, seni kaligrafi aksara Sunda merupakan khasanah baru dalam dunia seni rupa di Nusantara.
Kaligrafi Sunda dan aksara Sunda telah mengalami perkembangan dari diluncurkannya aksara Sunda baku hingga dapat diaplikasikan dalam berbagai media seni seperti kaligrafi. Meskipun jumlah karya kaligrafi aksara Sunda masih terbatas, seni kaligrafi aksara Sunda merupakan khasanah baru dalam dunia seni rupa di Nusantara.
Kaligrafi Sunda dan aksara Sunda telah mengalami perkembangan dari diluncurkannya aksara Sunda baku hingga dapat diaplikasikan dalam berbagai media seni seperti kaligrafi. Meskipun jumlah karya kaligrafi aksara Sunda masih terbatas, seni kaligrafi aksara Sunda merupakan khasanah baru dalam dunia seni rupa di Nusantara.
118201030 Kaligrafi Sunda Upaya sosialisasi penggunaan aksara Sunda, baru dikembangkan setela- Sunda telah mengalami berbagai haksara Sunda diluncurkan dalam perkembangan. Dari awal diluncurkann- susunan dan bentuk mutakhir. ya aksara Sunda baku dengan dukungan komputerisasi, hingga kini aksara Aksara Sunda telah cukup banyak Sunda dapat diaplikasikan ke dalam dibuat ke dalam bentuk kaligrafi, dalam berbagai media dan membentuk namun jumlahnya masih terbatas. karya seni. Salah satu jenis aplikasi Meskipun demikian, seni kaligrafi aksara Sunda ke dalam bentuk karya aksara Sunda merupakan khasanah seni yaitu kaligrafi. baru dalam dunia seni rupa. Selain bentuk grafis yang indah, tingkat ket- Kaligrafi lebih dikenal dengan gaya erbacaan aksara juga penting untuk penulisan dekoratif dengan mengede- diperhatikan. pankan unsur estetis dan ekspresif. Seni kaligrafi telah dikenal dan digunakan dalam berbagai karakter aksara, dari mulai aksara latin hingga huruf Arab. Sedangkan untuk kaligrafi aksara Angkatan Perintis Kedatangan Islam di Indonesia. Bukti kayu, logam, dan medium lainnya. Banyak kaligrafi paling tua terdapat pada Alquran tua yang ditulis pada waktu ini nisan-nisan kuno yang sebahagiannya seiring hadirnya kertas impor pada abad dibawa dari luar Indonesia. Sedangkan ke-17. Sejak abad ke-17 dan sesudahnya, bukti yang lebih mutakhir diperoleh dari ada kecenderungan seniman muslim untuk sumber-sumber media seperti kitab, menggambar makhluk bernyawa dengan mushaf Alquran tua atau naskah perjanji- lafal ayat-ayat Alquran, kaul ulama atau an (qaulul haq). simbol kepahlawanan Ali ibn Abi Thalib (kaligrafi Macan Ali) dan Fatimah. Karya Aksara Arab pada angkatan ini, digunakan seperti ini biasanya merupakan produk pula untuk naskah-naskah berbahasa keraton Cirebon, Yogyakarta, Surakarta Melayu atau Indonesia yang disebut atau Palembang. Sampai tahun 1960-an, Pegon, huruf Jawi atau huruf Melayu. lukisan kaligrafi berwujud binatang burak Kaligrafi lafal La ilaha illallah, Muhamma- atau wayang banyak ditemukan di pelosok dun Rasulullah dikibarkan pula di pan- Sumatera dan Jawa. ji-panji peperangan terbuka antara pasu- kan Islam dan non-Islam di Nusantara.
Pada abad ke-18 sampai abad ke-20,
kaligrafi tidak lagi bersumber pada makam, tetapi beralih kepada kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujud- kan dalam aneka media seperti kertas, Kaligrafi Dasa Bayu Kaligrafi Dasa Bayu dari sepuluh dewata. didapatkan dalam Tetapi kalau buku Jnana Siddhan- kaligrafi tersebut ta (Soebadio, 1971). dihubungkan dengan Di samping itu dasaatma maka pemb- didapatkan pula acaan dari kaligrafi dalam bukunya Dr ini berbeda Weck yang berjudul: (Soebadio, 1971). Heilkunda auf Bali. Kedua aspek di atas Menurut Nala merupakan isi infor- (1991) kaligrafi itu masi yang ingin terdapat juga dalam disampaikan oleh si lontar Usadha Cukil pengarangnya (Nawi, Daki. 2005).
Kaligrafi tersebut Unsur kedua dari
disusun oleh berbagai kaligrafi dasa bayu huruf. Strukturnya adalah keindahan terdiri dari beberapa atau kehalusan senin- huruf dan ya (Nawi, 2005). dibingkai oleh akse- Dengan keterampilan sori huruf Bali naniya khusus, maka dan guwung. Dengan ujung-ujung huruf bingkai tersebut yang dilukiskan tampak sebagai suatu tersebut mampu kesatuan dengan mengikat semua beberapa huruf yang komponen menjadi ternyata adalah satu kesatuan dasaaksara bergan- produk. Untuk menaf- tungan membentuk sirkan produk terse- ucapan seperti di but diperlukan imagi- atas. nasi dalam dalam memilahmilah kom- Secara individual ponen tersebut. Kalau maka dibaca I, Ha, tidak memahami Ka, Ma, Ra, Sa, La, aksara Bali dengan Wa, Ya , dan U. (Soe- baik, maka pasti ada badio, 1971). kesukaran dalam Jumlah seluruhnya membaca gambar sepuluh, sebagai tersebut. simbol perwujudan Tresno Akso�o Gerakan literasi Aksara Jawa budaya bukan sekedar lambang sebagai produk budaya menjadi tanpa makna, namun mencer- penting bagi generasi penerus minkan peradaban suatu bangsa supaya tidak larut dengan budaya (daerah). Gerakan literasi Aksara pop yang lebih memikat dan Jawa sudah dilakukan oleh pero- mencibir tatkala dihadapkan pada rangan, lembaga swasta maupun konsep budaya Jawa melalui pemerintah namun belum mem- media aksara Jawa (hono coroko) buahkan hasil yang diharapkan. dengan alasan kuno dan tidak Beberapa bulan lalu masyarakat perlu tahu. Fenomena ini secara Yogya dikejutkan oleh para seni- tidak langsung menjadi salah satu man yang menggunakan Aksara indikator pengingkaran terhadap Jawa sebagai sarana menyam- produk budaya dan bisa beraki- paikan kritik melalui karya bat kepunahan bahasa ibu (Jawa). fenomenal yang menghibur Tradisi Jawa dipaksa berhadapan dengan memanfaatkan ruang dengan modernisasi dengan gaya publik. hidup konsumtif, gemerlap dan serba instan, sementara budaya Mural dan graffiti aksara Jawa Jawa harus berproses panjang, yang dituangkan pada jalan berlo- bertele-tele, dan menjemukan. bang (hono jeglongan) dan mele- takkan kursi bekas dengan Aksara Jawa sebagai produk ornamen aksara Jawa dihadiah- kan sebagai foto booth gratis para ini mampu mengusik kesadaran wisatawan Malioboro (syawalan kolektif masyarakat supaya terli- on the road) serta caraka walik di bat dengan sukuarela, penuh atas seng pembatas renovasi di sukacita, tanpa beban takut salah depan hotel Inna Garuda. dalam berekpresi, dan terlibat dalam kegiatan aksara di ruang Karya tersebut memiliki dampak publik. luar biasa, dimana masyarakat merasa diingatkan tentang Eksplorasi gerakan tresno aksoro Aksara Jawa sebagai budaya secara alami menciptakan pembe- adiluhung dan pemerintah segera lajaran kepada masyarakat ten- merespon kritikan cerdas tersebut tang Aksara Jawa yang berpoten- dengan mengaspal lobang yang si untuk bangkit kembali di ditandai dengan aksara jawa. tengah derasnya teknologi infor- masi. Aksara adalah aset budaya Gerakan yang dikenal Gerakan dalam membangun peradaban Tresno Aksoro ini bukan gerakan ditengah krisis moral dalam ber- untuk mengajar honocoroko negara. kepada masyarakat namun sebagai ajakan bagi siapapun untuk mencintai aksara Jawa dengan suka cita. Gerakan moral Angkatan Pelukis dan Pendob�ak
Pada saat masyarakat semakin sadar (AKSERA Surabaya, asal Madura).
akan arti dan pentingnya seni kaligra- Para tokoh seni rupa ini memanfaat- fi, muncullah suatu gerakan untuk kan keluwesan aksara Arab di mana “lebih menyadarkan” para khattat/ka- sosok kaligrafi sangat tegas ditonjol- ligrafer dan seniman, khususnya kan dengan penyerasian unsur-unsur kalangan muda, untuk lebih mening- rupa lainnya yang telah lebur dalam katkan apresiasi dan teknik mengolah gaya pribadi masing-masing seniman kaligrafi di aneka media yang tak dengan memandang “kaligrafi sebagai terbatas. Gerakan ini muncul di tahun bagian integral” dari ide dasar lukisan 1970-an seiring kemunculan para yang bermakna religius. Para seniman pelukis yang mempopulerkan apa rupa ini memandang kaligrafi yang kemudian disebut “lukisan benar-benar mengandung unsur-unsur kaligrafi” atau “kaligrafi lukis”, untuk ideoplastis yang tidak hanya selesai membedakannya dari “kaligrafi pada huruf. murni” atau “kaligrafi tradisional” yang dikenal selama ini. Popularitas angkatan dan “mazhab kaligrafi lukis” ini mulai muncul Pembawa gerakan ini adalah para dalam Pameran Lukisan Kaligrafi seniman kampus seni rupa yang Islam Nasional saat MTQ Nasional XI dipelopori oleh Ahmad Sadali (ITB di Semarang (1979) dan pameran pada Bandung, asal Garut), diiringi kemudi- Muktamar Pertama Media Massa Islam an oleh A.D. Pirous (ITB Bandung, asal se-Dunia di Balai Sidang Jakarta Aceh), Amri Yahya (ASRI Yogyakarta, (1980) yang diikuti oleh pameran-pa- asal Palembang), dan Amang Rahman meran selanjutnya. Cara menggarap “lukisan” kaligrafi lain-lain. Teknik baru ini segera yang sangat mementingkan latarbe- menarik dan diikuti para khattat lakang pewarnaan yang diperoleh dari bahkan kalangan yang “sekedar kepekaan rasa, bersifat spontan dan senang” terhadap kaligrafi karena bebas sehingga kerap mengabaikan memungkinkan digarap dalam teknik grammar kaligrafi tradisional ini yang bermacam-macam seperti teknik segera saja diikuti secara luas oleh batik dan tekstil, teknik grafis, teknik kawula muda di Tanah Air. Pelukis bulu, teknik ukir kayu, dan bermacam generasi kedua yang muncul kemudi- teknik pengerjaan logam, selain an, dapat disebut di antaranya, Syaiful tampilan aneka bentuk ekspresi tiga Adnan, Hatta Hambali, dan Abay D. dimensional yang menawarkan citra Subarna, disusul kemudian oleh Fir- kaligrafi dalam seni rupa Islam daus Alamhudi, Hendra Buana, modern. Yetmon Amier, Said Akram, Agoes Noegroho, Abdul Aziz Ahmad, dan