Anda di halaman 1dari 24

12

BAB II.
TRANSFORMASI AUSTENIT  MARTENSIT

Sifat-sifat Transformasi Austenit  Martensit


Jika baja eutectoid (Fe-0,8 %C) didinginkan secara cepat, di atas 10 5 K/s, di atas 105 K/s dari
fasa austenit hingga laju pendinginan tidak memotong bagian ‘hidung’ (nose) dari kurva
T-T-T maka akan terbentuk struktur martensit pada suhu di bawah 220 oC. Martensit adalah
larutan padat lewat jenuh C dalam ferit- dan bersifat metasable.

Gambar 1.14. Diagram transformasi isothermal untuk baja eutectoid dengan


laju pendinginan cepat yang menghasilkan martensit

Sifat-sifat transformasi :
1. Struktur martensit tergantung pada kandungan C dalam baja. Jika kadar C sekitar 0,2 %
maka akan terbentuk bilah (lath) sedangkan untuk baja dengan kadar C tinggi akan
terbentuk pelat (plate).
2. Transformasi martensit tidak berlangsung secara difusi (diffusionless) karena
transformasi berlangsung cepat sehingga atom-atom tidak bebas bergerak.
3. Selama transformasi berlangsung tidak terjadi perubahan fasa antara fasa induk
(austenit) dengan fasa baru (martensit).
4. Struktur kristal yang terbentuk oleh transformasi martensit akan berubah dari struktur
body centre cubic (BCC) menjadi body centre tetragonal (BCT) jika kandungan C
meningkat.

Gambar 1.15. Struktur kristal facc, bcc dan bct


13

5. Transformasi martensit pada baja mulai pada suhu Ms dan jika persentase austenit yang
berubah menjadi martensit meningkat sampai transformasi berakhir pada suhu Mf .

Gambar 1.16. Temperatur transformasimartensit

6. Pada baja karbon tinggi, martensit pelat (plate martensite) terbentuk melalui
transformasi geser (displacive transformation).
7. Cementite (Fe3C) tidak terbentuk pada transformasi martensit karena tidak terjadi
difusi.
8. Transformasi martensit dinamakan juga transformasi athermal karena transformasi
tidak tergantung pada waktu tetapi hanya dipengaruhi oleh temperatur.

Morfologi Martensit
Martensit bilah (lath martensite) terbentuk jika kadar C dalam baja sampai 0,6 % sedangkan
di atas 1 %C akan terbentuk martensit pelat (plate martensite). Perubahan dari tipe bilah ke
pelat terjadi pada interval 0,6 %C1,08 %.

Gambar 1.17. Morfologi martensit : (a) martensit bilah dan (b) martensit pelat
14

Martensit bilah (tipe I)


Martensit bilah terdiri dari kelompok-kelompok bilah yang dipisahkan oleh batas butir
bersudut kecil atau besar. Struktur ini mempunyai kerapatan dislokasi (dislocation density)
tinggi, lebih dari 10 11 cm/cm3.

Gambar 1.18. Martensit bilah

Martensit pelat (tipe II)


Martensit jenis ini berbentuk pelat seperti jarum dan kadang-kadang dikelilingi oleh austenit
sisa (retained austenite). Ukuran pelat bervariasi dan mempunyai struktur kembaran (twin)
yang sejajar .

Gambar 1.19. Martensit pelat

Mekanisme Terbentuknya Martensit


Transformasi martensit berlangsung tanpa difusi dimana tidak terjadi redistribusi atau
pertukaran atom akan tetapi berlangsung melalui pergeseran atom-atom secara serentak pada
jarak tempuh tidak lebih dari jarak antar atom (lattice spacing).
Perubahan struktur mikro dari austenit (struktur FCC) menjadi martensit (struktur BCT)
dapat dijelaskan dengan gambar 1.20 di bawah.
15

Gambar 1.20. Panjang kisi kristal (lattice parameter) austenit dan martensit
sebagai fungsi kadar C

Sifat-sifat martensit adalah :


1. Derajat tetragonality (sifat tetragonal) meningkat jika %C dalam baja meningkat.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa sifat tetragonal (c/a) meningkat jika kadar C
dalam baja meningkat dan dapat dinyatakan dengan persamaan :
c / a  1  0,045.%C
Besi murni (C=0%) mempunyai harga c/a = 1 atau c = a sehingga martensit tak akan
terbentuk pada besi murni.

Gambar 1.21. Pengaruh %C terhadap c/a

2. Peningkatan kadar C menyebabkan perubahan morfologi martensit disertai perubahan


deformasi dari mekanisme slip ke kembaran.
3. Orientasi bidang antara martensit dan austenit (habit plane) diberikan oleh Sach-
Kurdjumov : {111}γ // {110}α dan <110>γ // <111> α
4. Pada permukaan martensit terdapat surface relief.

Mekanisme Kembaran (Twinning) Pada Pembentukan Martensit


Mekanisme kembaran terjadi jika kadar C dalam baja tinggi. Pada reaksi ini timbul energi
regangan elastis yang harus diakomodasi pada batas kembaran-matriks yang koheren supaya
tidak terjadi retak pada pelat martensit. Perubahan bentuk yang terjadi selama pembentukan
pelat martensit dapat dilihat pada Gambar 1.22. di bawah.
16

Gambar 1.22. Pembentukan martensit melalui mekanisme twinning

Bidang Invarian Pada Transformasi Martensit

1. Mula-mula terdapat 2 bola konsentris. Jika bola


bagian dalam mengembang secara isotropis
dengan regangan arah x,y dan z sebesar e maka
jari-jarinya menjadi :
R  x 2 (1  e) 2  y 2 (1  e) 2  z 2 (1  e) 2

2. Semua garis dan bidang pada bola dalam


menjadi garis dan bidang pada bola luar.
Kondisi ini tidak terjadi distorsi.

3. Saat terjadi regangan Bain (B), misal 0,12, 0,12


dan -0,2 maka dihasilkan bentuk elipsoidal dan
terjadi distorsi atau tidak terdapat bidang
invarian.

4. Pergeseran P menyebabkan sebagian garis-garis


memendek dan sebagian memanjang.

5. Kombinasi bidang yang tak terdistorsi PB dan


rotasi benda tegar R berupa Invariant Plane
strain.

Gambar 1.23. Transformasi martensit


17

TRANSFORMASI AUSTENIT  BAINIT


Jika baja eutectoid didinginkan secara cepat pada fasa austenit ke suhu antara 250-550 oC dan
ditahan pada interval suhu tersebut (isothermal) maka akan terbentuk struktur mikro yang
dinamakan bainit sesuai dengan nama penemunya, yaitu Dr. E.C. Bain.

Gambar 1.24. Diagram transformasi isothermal untuk baja eutectoid


dengan lintasan pendinginan yang menghasilkan bainit

Bainit adalah struktur mikro hasil dari reaksi eutectoid non lamellar sedangkan perlit
dihasilkan dari reaksi eutectoid lamellar. Bainit merupakan struktur mikro yang merupakan
campuran fasa ferit dan cementite (Fe3C). Pada suhu 350-550 oC akan terbentuk bainit atas
(upper bainit) sedangkan pada 250-350 oC akan terbentuk bainit bawah (lower bainit).

Bainit Bawah
Karena bainit terbentuk pada suhu yang rendah maka laju difusi rendah pula sehingga karbida
besi akan mengendap di dalam pelat ferit. Karbida besi ini membentuk sudut 55 o dengan
sumbu panjang ferit. Bainit bawah tidak menunjukkan adanya kembaran (twinning) dan
mekanisme terbentuknya bainit bawah identik dengan struktur mikro yang dihasilkan oleh
martensit yang mengalami proses temper, yaitu ferit lewat jenuh terbentuk melalui
mekanisme geser (shear) dan diikuti dengan endapan karbida di dalam ferit.

a b

Gambar 1.25. Bainit bawah, diambil dengan : (a) mikroskop dan (b) TEM
18

Bainit Atas
Bainit atas terbentuk pada suhu antara 350-550 oC. Pada baja eutectoid, bainit atas terdiri dari
fasa cementite dan ferit tetapi bentuk cementite seperti batang (rod) bukan pelat atau
lamellae. Bainit tersusun atas ferit yang berbentuk bilah (lath) sejajar dengan sumbu panjang
dan cementite mengendap pada batas butir.

a b

Gambar 1.26. Bainit atas, diambil dengan : (a) mikroskop dan (b) TEM

PERTUMBUHAN PERLIT, BAINIT ATAS DAN BAINIT BAWAH


Pertumbuhan perlit, bainit atas dan bainit bawah seperti terlihat pada Gb. di bawah.

Gambar 1.27. Perbandingan pertumbuhsn perlit, bainit atas dan bainit bawah
19

DIAGRAM TTT UNTUK BAJA NON-EUTECTOID


Pada baja hypoeutectoid, austenit mulai transformasi pada temperatur di bawah A3 .
 Jika temperatur ditahan pada interval A3–A1 maka akan terbentuk proeutectoid ferrite
 Jika temperatur ditahan sedikit di bawah A1 akan terbentuk perlit
Pada baja hypereutectoid :
 Jika temperatur ditahan pada interval Am–A1 maka akan terbentuk proeutectoid ferrite
 Jika temperatur ditahan sedikit di bawah A1 akan terbentuk perlit
Temperatur awal transformasi martensit Ms turun jika %C naik.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 1.28. Diagram TTT dengan %C : (a) 0,06%, (b) 0,5%, (c)0,8% dan (d)0,86%
20

SIFAT-SIFAT MEKANIS

Ferit + Perlit
Baja karbon (plain carbon steel) mempunyai struktur mikro berupa campuran ferit dan perlit.
Sifat mekanis baja ini dipengaruhi oleh atom-atom paduan interstisi, seperti C dan N yang
mudah berdifusi dan melakukan segregasi di sekitar garis dislokasi. Atom-atom ini
menghambat dislokasi saat tegangan bekerja sehingga meningkatkan tegangan luluh baja.

Gambar 1.29. Sifat mekanis baja Gambar 1.30. Ketangguhan impak baja karbon

k
Tegangan luluh ferit :  y    
d
dengan σy : tegangan luluh, α dan k : konstanta, μ : modulus elastisitas, ρ : rapat dislokasi dan
d : ukuran butir.

Hasil uji impak pada baja ferit+perlit dapat disimpulkan sbb. :


 Untuk baja dengan 0,11%C, batas atas ketangguhan pada kurva energi vs temperatur
cenderung datar dimana ketangguhan impak sangat tinggi. Temperatur transisi getas-ulet
terjadi sekitar -40 oC dan di bawah temperatur ini terdapat batas bawah.
 Untuk baja eutectoid terdapat perubahan energi secara gradual yang merupakan fungsi
dari temperatur. Hal ini disebabkan karena meskipun cementite retak, total lintasan retak
mengalami hambatan yang lebih besar dibanding dengan cleavage fracture pada ferit.
 Baja hypereutectoid terdiri dari proeutectoid cementite sepanjang batas butir dan
menyebabkan penurunan ketangguhan.
21

Cementite (Fe3C)
Cementite merupakan fasa yang keras dan getas. Tegangan luluh pada baja perlit (0,8%C)
ditentukan oleh gerakan dislokasi pada ferit. Saat dislokasi terjadi pada pelat ferit, jumlah
bidang luncur dislokasi terbatas akibat dislokasi tidak dapat melakukan slip pada cementite.
Perlit dengan struktur lamellar berupa lapisan pelat ferit halus dan pelat cementite keras dan
getas menyebabkan kenaikan tegangan luluh dibandingkan baja dengan matriks ferit.

Bainit dan Martensit


Baja dengan struktur mikro bainit biasanya lebih tangguh daripada baja perlit karena struktur
bainit sangat halus berupa pelat atau bilah dan di antara atau di dalam bilah tersebut terdapat
karbida halus.

Martensit merupakan larutan padat jenuh dimana atom-atom interstisi seperti C dan N
menghambat gerak dislokasi sehingga kekuatan dan kekerasan baja meningkat. Sayangnya,
martensit hasil dari proses quenching cenderung getas dan mempunyai ketangguhan rendah
sehingga diperlukan perlakuan panas tempering.

Gambar 1.31. Perbandingan kekerasan baja martensit dan perlit


22

BAJA KARBON (PLAIN CARBON STEEL)

Baja karbon merupakan paduan Fe-C sebagai komponen utama dan mengandung mangan
(Mn) dan unsur-unsur residu lainnya.

Menurut The American Iron and Steel Institute (AISI), baja karbon adalah paduan Fe-C yang
mengandung Mn tidak lebih dari 1,65 %berat, kadar Si kurang dari 0,6 %berat, kadar Cu
kurang dari 0,6 %berat dan tidak dipersyaratkan kandungan minimum untuk unsur-unsur
paduan seperti Al, Cr, Co, Nb, Mo, Ni, Ti, W, V atau Zr.

Menurut AISI, baja karbon dinyatakan dengan kode 10xx yang berarti 10 : baja karbon, dan
xx : kadar C. Misal : baja AISI 1045 adalah baja karbon dengan kadar C sebesar 0,45 %berat.

Tabel 1. Berbagai jenis baja karbon


23

Berdasarkan persentase C, baja dibedakan menjadi :


1. Baja karbon rendah (low carbon steels)
2. Baja karbon sedang (medium carbon steels)
3. Baja karbon tinggi (high carbon steels)

Baja juga digolongkan berdasarkan unsur paduan yaitu :


1. Plain carbon steels : hanya mengandung unsur C, Mn dan unsur-unsur
pengotor (impurities)
2. Baja paduan (alloy steels) : mengandung unsur-unsur paduan yang sengaja
ditambahkan dalam konsentrasi tertentu

Baja Karbon Rendah


Baja ini mempunyai kandungan C antara 0,10 sampai 0,25 % dan kurang sensitif terhadap
perlakuan panas sehingga untuk meningkatkan kekuatannya dilakukan pengerjaan dingin
(cold work). Struktur mikro baja ini berupa ferit dan perlit sehingga mempunyai keuletan dan
ketangguhan yang baik. Selain itu, baja ini mempunyai sifat mampu mesin (machinability)
dan sifat mampu las (weldability) yang baik. Berdasarkan kandungan C, baja paduan rendah
kekuatan tinggi atau high strength low alloy steel (HSLA) dapat dikelompokkan ke dalam
baja karbon rendah. Baja HSLA mengandung tembaga (Cu), vanadium (V), nikel (Ni) dan
molybdenum (Mo) dengan konsentrasi tidak lebih dari 10 %.

Baja Karbon Sedang


Kandungan C pada baja ini sekitar 0,25-0,60 %. Kekuatan baja ini dapat ditingkatkan dengan
cara memberi perlakuan panas dengan cara pemanasan sampai fasa austenit, quenching dan
tempering.

Baja Karbon Tinggi


Kandungan C pada baja ini sekitar 0,60-1,4 % sehingga bersifat keras, kekuatan tarik tinggi
tetapi kurang ulet. Sebelum dipakai, baja ini biasanya diperkeras dan di-temper sehingga
menghasilkan baja tahan aus. Baja ini banyak digunakan untuk alat iris. Karena persentase C
yang tinggi maka pada baja ini biasanya terbentuk karbida seperti Cr23C6, V4C3 dan WC.

BAJA HSLA
Baja HSLA mepunyai tegangan luluh σyp = 290-550 MPa dan σu = 415-700 MPa
Mempunyai sifat mampu las (weldability) baik
Aplikasi : pipa minyak dan gas, kapal, bejana tekan dan bangunan lepas pantai

Mekanisme Penguatan
 Penghalusan butir
 Endapan halus (presipitasi)
 Dislokasi
 Penguatan larutan padat
 Strain aging
24

Produksi HSLA meliputi :


1. Penambahan paduan dengan unsur pembentuk karbida dan nitrida
2. Pengerolan terkendali
3. Pendinginan terkendali
4. Pengendalian bentuk inklusi

Penghalusan Butir
 Dilakukan dengan penambahan Nb, V, Ti atau Al
 Penghalusan butir pada baja ferit+perlit dilakukan dengan : 1) menghambat pertumbuhan
butir austenit selama pengerolan panas dan/atau 2) menghambat rekristalisasi austenit
selama pengerolan panas sehingga saat transformasi γ→α rekristalisasi dapat dicegah.
 Pada umumnya Nb, C dan N berada dalam bentuk larutan padat dalam austenit saat
pengerolan panas mulai dan selanjutnya akan terjadi pengendapan saat temperatur
pengerolan turun
 Efektivitas unsur paduan seperti Nb, Ti dan V dalam menghaluskan butir ferit seperti
terlihat pada Gambar 1.32.

Gambar 1.32. Efektifitas Nb, Ti dan V sebagai unsur penghalus butir grain refiner)

Gambar 1.33. Batas kelarutan : (a) NbC, (b) TiC dan (c) VN dalam austenit
25

Penahanan batas butir (grain boundary pinning) oleh partikel : presipitat dan inklusi dapat
dijelaskan sbb. :

Gambar 1.34. Interaksi antara batas butir dengan presipitat

Partikel dengan jejari r dilalui batas butir dengan jejari R.


 Panjang total garis kontak antara partikel dan batas butir : 2πr cosθ
 Jika surface tension : σ sinθ maka besar gaya penahan F adalah : F = 2πrσ sinθ cosθ
 Gaya penahan maks jika θ = 45o sehingga : F = πrσ
 Jika Ns : jumlah partikel tiap satuan luas batas butir maka total gaya penahan : Nsπrσ
2
 Total penyusutan permukaan partikel :
r
2
 Dari kedua persamaan di atas didapat : = Nsπrσ
r
sehingga pinning terjadi jika : NsπRr = 2
 Jika A : luas penampang permukaan batas butir maka volume yang ditempati partikel
adalah : A.2r
 Jika Nv : jumlah partikel tiap volume maka jumlah partikel : 2Nv Ar
4 f
 Jika volume tiap partikel : r 3 dan fraksi volume partikel : f maka : N v 
3 4 3
r
3
 Hubungan Ns dan Nv dinyatakan dengan : Ns = 2Nvr
r 3f
 Persamaan Zener : 
R 4

Presipitasi Pada Baja HSLA


Presipitasi merupakan salah satu metode penguatan yang banyak dipakai pada baja HSLA
disamping penghalusan butir. Partikel atau presipitat ukuran besar yang terbentuk pada
temperatur austenit sangat efektif dalam pengendalian pertumbuhan butir akan tetapi tidak
menyebabkan penguatan karena ukuran terlalu besar dan jarak antar presipitat terlalu besar.
Presipitasi terjadi pada interface γ/α.
26

Gambar 1.35. Nukleasi dan pertumbuhan karbida (presipitat) saat transformasi γ→α.

Karena ukuran presipitat sangat kecil (dalam orde 5 nm) sehingga merupakan agen yang
efektif dalam penguatan baja yaitu dengan menghambat laju dislokasi.

Gambar 1.36. Pengaruh ukuran dan fraksi volume presipitat terhadap penguatan baja

Tegangan geser yang dibutuhkan oleh dislokasi untuk bergerak melalui partikel :
 _ 
1  1,2Gb   x 
   ln
1,18  2 L   2b 
 
_
dengan τ : tegangan geser, x : diameter rata-rata presipitat, L : jarak dari permukaan ke
permukaan partikel, G : modulus elastisitas geser, untuk baja G = 8,065 GPa dan b : besar
vektor Burgers = 0,248 nm.
_
 
2,6  x 
(MPa )  ln  4 
L  2,5.10 
 
27

_
 
5,2  x 
Jika tegangan luluh : σ = 2τ maka : ( MPa )  ln
L  2,5.10 4 
 
 _2 
 X 
Jika bentuk partikel berupa bola maka fraksi volume partikel : f  n s  
 4 
 
_ 

sehingga : L  X  1 
 4f 
_ _

Pada baja paduan rendah : L >> X maka : L  X . Jika disubstitusikan ke pers. di atas
4f
_
 
5,9  x 
maka tegangan luluh : ( MPa )  _ ln  
2,5.10 4
x  

Precipitate yang biasanya digunakan untuk memperhalus butir adalah unsur-unsur pembentuk
karbida atau nitrida seperti Nb, Ti dan V. Terbentuknya senyawa karbida atau nitrida terjadi
saat baja dalam bentuk austenit dan dapat diprediksi dengan menggunakan hasil kali
kelarutan (solubility product), yaitu :
[V]
Garis stoichiometry

8330
log[V][N]    3,46
T
6770 [V]VN
log[ Nb][C]    2,26 Austenit + VN
T
7000
log[Ti][C]    2,75 K pada suhu T
T
6770
log[ Al][ N ]    1,03
T
dengan ks = [V][N] [N]VN [N]

Gambar 1.37. Kurva solubility product

Gambar di atas adalah contoh batas kelarutan pada senyawa VN dimana :


[V]T : konsentrasi total V dalam austenit, dalam % massa
[N]T : konsentrasi total N dalam austenit, dalam % massa
[V]VN : konsentrasi V dalam senyawa VN, dalam % massa
[N]VN : konsentrasi N dalam senyawa VN, dalam % massa
Garis stoichiometry adalah garis dimana [V]VN / [N]VN = AV / AN dengan AV dan AN masing-
masing adalah massa atom V dan N. Jika pada suhu T :
28

1. [V]T . [N]T  ks maka V dan N larut dalam austenit


2. [V]T . [N]T  ks maka V dan N akan membentuk endapan VN

Jika kondisi 2 terjadi maka persentase precipitate yang terjadi dapat dihitung menurut
persamaan berikut :

1. NT  NVN .VT  VVN   k s


2.
VVN  AV
NVN A N
Penghalusan butir karena proses thermomekanik akan meningkatkan kekuatan dan
ketangguhan baja. Baja HSLA merupakan baja paduan rendah yang diberi perlakuan
thermomekanik.

Perlakuan Thermomekanik (Thermomechanical Treatment)


Perlakuan thermomekanik merupakan gabungan antara proses perlakuan panas dengan
perlakuan mekanik untuk mendapatkan struktur mikro yang halus dan meningkatkan sifat
mekanis (kekuatan tarik, ketangguhan dan keuletan), misal pengerolan panas (hot rolling)
seperti pada Gambar 1.38. di bawah.

Gambar 1.38. Proses thermomekanik

Proses thermomekanik dilakukan dengan cara memanaskan baja pada suhu antara 1200 –
1300 oC beberapa lama kemudian diikuti dengan pengerolan sehingga menyebabkan :

1. Perubahan struktur pada baja ingot karena terjadinya rekristalisasi


2. Hilangnya segregasi yang terjadi saat pengecoran sehingga baja lebih homogen
3. Pada baja rim, lubang-lubang halus (porosity) menjadi tertutup
4. Inklusi seperti oksida, silika, belerang akan pecah dan memanjang pada arah rol sehingga
distribusi inklusi menjadi lebih homogen.

Perlakuan thermomekanik dapat digolongkan seperti pada Tabel 2 di bawah


29

Tabel 2. Klasifikasi perlakuan thermomekanik

Pada proses Ia (Tabel 2), deformasi pada austenit dilakukan pada temperatur di atas Ae3
dimana unsur-unsur tambahan seperti Nb, V atau Ti dapat mencegah rekristalisasi austenit
saat pengerolan panas. Akibatnya butir austenit menjadi halus dan memanjang searah dengan
arah rol.Transformasi terjadi pada kondisi austenit terdeformasi dan tidak mengalami
rekristalisasi.

Pada proses Ib (Tabel 2), butir-butir austenit mengalami rekristalisasi menjadi struktur
berbentuk equi-axed dan halus. Perlakuan Ia dan Ib meningkatkan kekuatan tarik baja tanpa
menyebabkan penurunan keuletan secara signifikan..

Pada proses II, deformasi pada baja dilakukan pada daerah ferit-austenit diikuti dengan
quenching sehingga menghasilkan struktur martensit+ferit yang mempunyai ketangguhan
tinggi.

Gambar 1.39. Diagram IT untuk Gambar 1.40. Diagram IT untuk ausforming


hot-cold worked (HCW)

Pada proses IIIa (ausforming) : deformasi dilakukan pada temperatur di bawah A1 seperti Gb.
1.39 Diagram TTT untuk baja karbon sedang yang mengandung Cr mempunyai celah lebar
antara lengkungan (nose) perlit dan bainit sehingga sesuai untuk perlakuan ini.

Proses IIIb (isoforming) pada Gb.1.40., baja mengalami deformasi dan transformasi
austenit→bainit.
30

ANNEALING DAN NORMALIZING PADA BAJA KARBON

Kebanyakan logam paduan yang akan dipakai untuk aplikasi teknik harus mempunyai
kombinasi kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) yang baik. Kekuatan logam dapat
dilakukan dengan cara memberi pengerjaan dingin (cold working) yang menghasilkan
peningkatan dislokasi sedangkan keultan logam dapat dilakukan dengan proses annealing
(pelunakan).

Gambar 1.41. Interval suhu untuk annealing pada baja karbon

Annealing menyebabkan struktur logam yang telah mengalami distorsi karena pengerjaan
dingin kembali ke bentuk yang lunak dengan sedikit dislokasi. Annealing terbagi menjadi 2
yaitu full annealing (pelunakan penuh) dan process annealing (pelunakan proses).

Full Annealing
Dilakukan dengan cara memanaskan 25 oC di atas Ac3 dan ditahan beberapa lama kemudian
didinginkan secara lambat ke suhu kamar.

Process Annealing
Biasanya untuk baja hypoeutectoid (0,3 %C) dan dilakukan dengan cara memanaskan di
bawah suhu kritis (550-650 oC) ditahan beberapa lama dan didinginkan pada kecepatan yang
diinginkan. Proses ini digunakan untuk pembebasan tegangan sisa (stress relief).

Gambar 1.42. Proses recovery-rekristalisasi-pertumbuhan butir


31

Selama proses annealing terjadi perubahan struktur mikro sebagai berikut :


Recovery : Pada proses ini, logam yang telah mengalami perlakuan dingin dipanaskan
sehingga terjadi perubahan susunan dislokasi menjadi susunan dengan
energi rendah.
Rekristalisasi : Pada proses ini terbentuk butir baru bebas regangan. Butir ini terbentuk oleh
perpindahan batas butir yang mempunyai mobilitas tinggi.
Pertumbuhan : Struktur yang telah mengalami rekristalisasi akan berlanjut sampai terbentuk
butir (grain butir baru yang stabil. Pertumbuhan butir yang besar akan mengorbankan
growth) butir yang kecil.

Normalizing
Normalizing adalah proses dimana baja dipanaskan 40 oC di atas Ac3 atau Acm pada waktu
tertentu kemudian didinginkan di udara. Tujuan normalizing :
1. Memperhalus butir atau membuat austenit menjadi homogen saat baja dipanaskan untuk
keperluan pengerasan (hardening) atau full anneling.
2. Mengurangi pemisahan (segregation) pada logam cor atau penempaan (forging)
sehingga menghasilkan struktur yang homogen.
3. Memperkeras baja.

Pengerasan Celup (Quench Hardening) dan Tempering


Quench
Kekerasan maksimum pada baja karbon dapat dicapai dengan pemanasan sampai fasa
austenit kemudian dicelup (quench) pada laju pendinginan di atas nilai kritisnya sehingga
terbentuk martensit yang keras, akan tetapi proses quenching dapat menyebabkan terjadinya
tegangan sisa karena beda suhu antara bagian luar (permukaan) dan dalam dari benda kerja.
Media celup yang dipakai dapat berupa air atau minyak.

Tempering
Proses tempering dilakukan dengan cara memanaskan baja yang telah dicelup (struktur
martensit) di bawah suhu eutectoid sehingga menjadi lunak dan ulet. Proses quenching-
tempering seperti pada gambar 1.19. di bawah.

Gambar 1.43. Proses quenching-tempering untuk baja karbon


32

Suhu temper sangat mempengaruhi struktur mikro dan kekerasan baja karbon. Selama proses
tempering terjadi reaksi-reaksi berikut :
1. Pemisahan (segregation) atom C
2. Pengendapan karbida
3. Penguraian austenit sisa
4. Recovery dan rekristalisasi

Gambar 1.44. Diagram kekerasan martensit (0,026-0,39 %C) yang ditemper


pada suhu 100-700 oC selama 1 jam

Segregasi Karbon
Proses tempering pada suhu 25-100 oC menyebabkan redistribusi C ke posisi atau tempat
dengan energi rendah yaitu ruang antar atom (lattice site) dekat dislokasi.

Endapan Karbida (Carbide Precipitation)


Pemanasan martensit pada suhu 100-200 oC menyebabkan terjadinya endapan -carbideatau
(Fe2-3C, HCP) sedangkan pada suhu antara 200-300 oC menghasilkan Hagg carbide (Fe5C2,
monoclin). Pada interval suhu 250-700 oC akan terbentuk cementite (Fe3C, orthorhombic).
Cementite ini tumbuh pada batas bilah-bilah martensit dan pada batas butir ferit. Pada suhu
antara 400-600 oC, karbida dalam bentuk bilah bergabung dan membentuk spheroidite.

Penguraian Austenit Sisa


Austenit sisa hanya terdapat pada baja karbon dengam %C lebih besar dari 0,4 % sehingga
banyak terdapat pada baja karbon sedang dan tinggi.

Recovery dan Rekristalisasi


Recovery terjadi pada suhu 400 oC dan selama recovery, dislokasi akan mengalami
perubahan susunan dengan energi rendah dan menghasilkan butir halus. Rekristalisasi terjadi
33

pada suhu 600 oC dan menghasilkan struktur ferit dengan bentuk poligonal (equiaxed). Suhu
temper pada Fe-C tidak banyak mempengaruhi kekerasan jika suhunya 200 oC akan tetapi di
atas suhu ini kekerasan turun secara gradual.

Pengaruh Ukuran Butir


Ukuran butir biasanya dinyatakan menurut ASTM grain size number atau indeks ASTM dan
diyatakan dengan persamaan :

n  2 N 1

dengan n jumlah butir tiap in2 pada perbesaran 100X. Pada baja karbon rendah dengan
struktur mikro ferit, ukuran butir sangat berpengaruh terhadap tegangan luluh dimana
semakin kecil ukuran butir kekuatan tarik akan meningkat. Hal ini disebabkan karena butir
kecil berarti mempunyai batas butir yang banyak dan batas butir ini menghambat gerakan
dislokasi. Hubungan antara tegangan luluh dan ukuran butir dinyatakan oleh persamaan Hall-
Petch, yaitu :
k
 y  i 
d
dengan y adalah tegangan luluh, i tegangan friksi, k konstanta dan d diameter butir.

Pengaruh Ukuran Butir Austenit


Jika baja hypoeutectoid dengan ukuran butir kecil didinginkan secara lambat (pendinginan
udara) dari fasa austenit maka akan terbentuk proeutectoid ferrite pada batas butir austenit
dan terjadi pembuangan C ke pusat butir melalui difusi dan sisa austenit berubah menjadi
perlit sampai suhu kamar.

Gambar 1.45. (a) Proeutectoid ferrite tumbuh pada butir austenit kecil dan
(b) Ferit Widmanstatten dihasilkan dari butir austenit besar

Jika butir austenit cukup besar dibanding ukuran proeutectoid ferrite maka pada proeutectoid
ferrite akan tumbuh ferit Widmanstatten menuju ke dalam butir sebagai akibat dari kondisi
butir austenit yang jenuh dengan C.
34

AUSTEMPERING DAN MARTEMPERING

Austempering
Austempering adalah proses perlakuan panas isothermal yang menghasilkan struktur mikro
berupa bainit. Austempering dilakukan dengan cara memanaskan baja sampai terbentuk
austenit kemudian dicelup ke dalam garam cair (salth bath) pada suhu di atas suhu
terbentuknya martensit (M s), ditahan beberapa lama kemudian didinginkan di udara.

Gambar 1.46. Proses austemper pada baja karbon eutectoid

Austempering biasanya digunakan sebagai pengganti perlakuan quenching-tempering untuk :


1. meningkatkan keuletan dan ketangguhan
2. menghindari terjadinya retak dan distorsi karena quenching

Martempering (Marquenching)
Martempering merupakan modifikasi dari perlakuan quenching dan bertujuan untuk
mengurangi terjadinya distorsi.

Gambar 1.47. (a) Proses martempering dan (b) modifikasinya

Perlakuan martempering terdiri dari : (1) pemanasan sampai fasa austenit diikuti dengan (2)
pencelupan ke dalam minyak panas atau garam cair sedikit di atas atau di bawah suhu Ms dan
(3) ditahan pada suhu konstan beberapa lama tetapi belum sampai terjadi reaksi bainit dan
akhirnya (4) pendinginan udara pada laju yang sedang untuk mengurangi beda suhu di bagian
permukaan dan tengah benda uji.
35

Proses Quenching

Anda mungkin juga menyukai