BAB II.
TRANSFORMASI AUSTENIT MARTENSIT
Sifat-sifat transformasi :
1. Struktur martensit tergantung pada kandungan C dalam baja. Jika kadar C sekitar 0,2 %
maka akan terbentuk bilah (lath) sedangkan untuk baja dengan kadar C tinggi akan
terbentuk pelat (plate).
2. Transformasi martensit tidak berlangsung secara difusi (diffusionless) karena
transformasi berlangsung cepat sehingga atom-atom tidak bebas bergerak.
3. Selama transformasi berlangsung tidak terjadi perubahan fasa antara fasa induk
(austenit) dengan fasa baru (martensit).
4. Struktur kristal yang terbentuk oleh transformasi martensit akan berubah dari struktur
body centre cubic (BCC) menjadi body centre tetragonal (BCT) jika kandungan C
meningkat.
5. Transformasi martensit pada baja mulai pada suhu Ms dan jika persentase austenit yang
berubah menjadi martensit meningkat sampai transformasi berakhir pada suhu Mf .
6. Pada baja karbon tinggi, martensit pelat (plate martensite) terbentuk melalui
transformasi geser (displacive transformation).
7. Cementite (Fe3C) tidak terbentuk pada transformasi martensit karena tidak terjadi
difusi.
8. Transformasi martensit dinamakan juga transformasi athermal karena transformasi
tidak tergantung pada waktu tetapi hanya dipengaruhi oleh temperatur.
Morfologi Martensit
Martensit bilah (lath martensite) terbentuk jika kadar C dalam baja sampai 0,6 % sedangkan
di atas 1 %C akan terbentuk martensit pelat (plate martensite). Perubahan dari tipe bilah ke
pelat terjadi pada interval 0,6 %C1,08 %.
Gambar 1.17. Morfologi martensit : (a) martensit bilah dan (b) martensit pelat
14
Gambar 1.20. Panjang kisi kristal (lattice parameter) austenit dan martensit
sebagai fungsi kadar C
Bainit adalah struktur mikro hasil dari reaksi eutectoid non lamellar sedangkan perlit
dihasilkan dari reaksi eutectoid lamellar. Bainit merupakan struktur mikro yang merupakan
campuran fasa ferit dan cementite (Fe3C). Pada suhu 350-550 oC akan terbentuk bainit atas
(upper bainit) sedangkan pada 250-350 oC akan terbentuk bainit bawah (lower bainit).
Bainit Bawah
Karena bainit terbentuk pada suhu yang rendah maka laju difusi rendah pula sehingga karbida
besi akan mengendap di dalam pelat ferit. Karbida besi ini membentuk sudut 55 o dengan
sumbu panjang ferit. Bainit bawah tidak menunjukkan adanya kembaran (twinning) dan
mekanisme terbentuknya bainit bawah identik dengan struktur mikro yang dihasilkan oleh
martensit yang mengalami proses temper, yaitu ferit lewat jenuh terbentuk melalui
mekanisme geser (shear) dan diikuti dengan endapan karbida di dalam ferit.
a b
Gambar 1.25. Bainit bawah, diambil dengan : (a) mikroskop dan (b) TEM
18
Bainit Atas
Bainit atas terbentuk pada suhu antara 350-550 oC. Pada baja eutectoid, bainit atas terdiri dari
fasa cementite dan ferit tetapi bentuk cementite seperti batang (rod) bukan pelat atau
lamellae. Bainit tersusun atas ferit yang berbentuk bilah (lath) sejajar dengan sumbu panjang
dan cementite mengendap pada batas butir.
a b
Gambar 1.26. Bainit atas, diambil dengan : (a) mikroskop dan (b) TEM
Gambar 1.27. Perbandingan pertumbuhsn perlit, bainit atas dan bainit bawah
19
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 1.28. Diagram TTT dengan %C : (a) 0,06%, (b) 0,5%, (c)0,8% dan (d)0,86%
20
SIFAT-SIFAT MEKANIS
Ferit + Perlit
Baja karbon (plain carbon steel) mempunyai struktur mikro berupa campuran ferit dan perlit.
Sifat mekanis baja ini dipengaruhi oleh atom-atom paduan interstisi, seperti C dan N yang
mudah berdifusi dan melakukan segregasi di sekitar garis dislokasi. Atom-atom ini
menghambat dislokasi saat tegangan bekerja sehingga meningkatkan tegangan luluh baja.
Gambar 1.29. Sifat mekanis baja Gambar 1.30. Ketangguhan impak baja karbon
k
Tegangan luluh ferit : y
d
dengan σy : tegangan luluh, α dan k : konstanta, μ : modulus elastisitas, ρ : rapat dislokasi dan
d : ukuran butir.
Cementite (Fe3C)
Cementite merupakan fasa yang keras dan getas. Tegangan luluh pada baja perlit (0,8%C)
ditentukan oleh gerakan dislokasi pada ferit. Saat dislokasi terjadi pada pelat ferit, jumlah
bidang luncur dislokasi terbatas akibat dislokasi tidak dapat melakukan slip pada cementite.
Perlit dengan struktur lamellar berupa lapisan pelat ferit halus dan pelat cementite keras dan
getas menyebabkan kenaikan tegangan luluh dibandingkan baja dengan matriks ferit.
Martensit merupakan larutan padat jenuh dimana atom-atom interstisi seperti C dan N
menghambat gerak dislokasi sehingga kekuatan dan kekerasan baja meningkat. Sayangnya,
martensit hasil dari proses quenching cenderung getas dan mempunyai ketangguhan rendah
sehingga diperlukan perlakuan panas tempering.
Baja karbon merupakan paduan Fe-C sebagai komponen utama dan mengandung mangan
(Mn) dan unsur-unsur residu lainnya.
Menurut The American Iron and Steel Institute (AISI), baja karbon adalah paduan Fe-C yang
mengandung Mn tidak lebih dari 1,65 %berat, kadar Si kurang dari 0,6 %berat, kadar Cu
kurang dari 0,6 %berat dan tidak dipersyaratkan kandungan minimum untuk unsur-unsur
paduan seperti Al, Cr, Co, Nb, Mo, Ni, Ti, W, V atau Zr.
Menurut AISI, baja karbon dinyatakan dengan kode 10xx yang berarti 10 : baja karbon, dan
xx : kadar C. Misal : baja AISI 1045 adalah baja karbon dengan kadar C sebesar 0,45 %berat.
BAJA HSLA
Baja HSLA mepunyai tegangan luluh σyp = 290-550 MPa dan σu = 415-700 MPa
Mempunyai sifat mampu las (weldability) baik
Aplikasi : pipa minyak dan gas, kapal, bejana tekan dan bangunan lepas pantai
Mekanisme Penguatan
Penghalusan butir
Endapan halus (presipitasi)
Dislokasi
Penguatan larutan padat
Strain aging
24
Penghalusan Butir
Dilakukan dengan penambahan Nb, V, Ti atau Al
Penghalusan butir pada baja ferit+perlit dilakukan dengan : 1) menghambat pertumbuhan
butir austenit selama pengerolan panas dan/atau 2) menghambat rekristalisasi austenit
selama pengerolan panas sehingga saat transformasi γ→α rekristalisasi dapat dicegah.
Pada umumnya Nb, C dan N berada dalam bentuk larutan padat dalam austenit saat
pengerolan panas mulai dan selanjutnya akan terjadi pengendapan saat temperatur
pengerolan turun
Efektivitas unsur paduan seperti Nb, Ti dan V dalam menghaluskan butir ferit seperti
terlihat pada Gambar 1.32.
Gambar 1.32. Efektifitas Nb, Ti dan V sebagai unsur penghalus butir grain refiner)
Gambar 1.33. Batas kelarutan : (a) NbC, (b) TiC dan (c) VN dalam austenit
25
Penahanan batas butir (grain boundary pinning) oleh partikel : presipitat dan inklusi dapat
dijelaskan sbb. :
Gambar 1.35. Nukleasi dan pertumbuhan karbida (presipitat) saat transformasi γ→α.
Karena ukuran presipitat sangat kecil (dalam orde 5 nm) sehingga merupakan agen yang
efektif dalam penguatan baja yaitu dengan menghambat laju dislokasi.
Gambar 1.36. Pengaruh ukuran dan fraksi volume presipitat terhadap penguatan baja
Tegangan geser yang dibutuhkan oleh dislokasi untuk bergerak melalui partikel :
_
1 1,2Gb x
ln
1,18 2 L 2b
_
dengan τ : tegangan geser, x : diameter rata-rata presipitat, L : jarak dari permukaan ke
permukaan partikel, G : modulus elastisitas geser, untuk baja G = 8,065 GPa dan b : besar
vektor Burgers = 0,248 nm.
_
2,6 x
(MPa ) ln 4
L 2,5.10
27
_
5,2 x
Jika tegangan luluh : σ = 2τ maka : ( MPa ) ln
L 2,5.10 4
_2
X
Jika bentuk partikel berupa bola maka fraksi volume partikel : f n s
4
_
sehingga : L X 1
4f
_ _
Pada baja paduan rendah : L >> X maka : L X . Jika disubstitusikan ke pers. di atas
4f
_
5,9 x
maka tegangan luluh : ( MPa ) _ ln
2,5.10 4
x
Precipitate yang biasanya digunakan untuk memperhalus butir adalah unsur-unsur pembentuk
karbida atau nitrida seperti Nb, Ti dan V. Terbentuknya senyawa karbida atau nitrida terjadi
saat baja dalam bentuk austenit dan dapat diprediksi dengan menggunakan hasil kali
kelarutan (solubility product), yaitu :
[V]
Garis stoichiometry
8330
log[V][N] 3,46
T
6770 [V]VN
log[ Nb][C] 2,26 Austenit + VN
T
7000
log[Ti][C] 2,75 K pada suhu T
T
6770
log[ Al][ N ] 1,03
T
dengan ks = [V][N] [N]VN [N]
Jika kondisi 2 terjadi maka persentase precipitate yang terjadi dapat dihitung menurut
persamaan berikut :
Proses thermomekanik dilakukan dengan cara memanaskan baja pada suhu antara 1200 –
1300 oC beberapa lama kemudian diikuti dengan pengerolan sehingga menyebabkan :
Pada proses Ia (Tabel 2), deformasi pada austenit dilakukan pada temperatur di atas Ae3
dimana unsur-unsur tambahan seperti Nb, V atau Ti dapat mencegah rekristalisasi austenit
saat pengerolan panas. Akibatnya butir austenit menjadi halus dan memanjang searah dengan
arah rol.Transformasi terjadi pada kondisi austenit terdeformasi dan tidak mengalami
rekristalisasi.
Pada proses Ib (Tabel 2), butir-butir austenit mengalami rekristalisasi menjadi struktur
berbentuk equi-axed dan halus. Perlakuan Ia dan Ib meningkatkan kekuatan tarik baja tanpa
menyebabkan penurunan keuletan secara signifikan..
Pada proses II, deformasi pada baja dilakukan pada daerah ferit-austenit diikuti dengan
quenching sehingga menghasilkan struktur martensit+ferit yang mempunyai ketangguhan
tinggi.
Pada proses IIIa (ausforming) : deformasi dilakukan pada temperatur di bawah A1 seperti Gb.
1.39 Diagram TTT untuk baja karbon sedang yang mengandung Cr mempunyai celah lebar
antara lengkungan (nose) perlit dan bainit sehingga sesuai untuk perlakuan ini.
Proses IIIb (isoforming) pada Gb.1.40., baja mengalami deformasi dan transformasi
austenit→bainit.
30
Kebanyakan logam paduan yang akan dipakai untuk aplikasi teknik harus mempunyai
kombinasi kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) yang baik. Kekuatan logam dapat
dilakukan dengan cara memberi pengerjaan dingin (cold working) yang menghasilkan
peningkatan dislokasi sedangkan keultan logam dapat dilakukan dengan proses annealing
(pelunakan).
Annealing menyebabkan struktur logam yang telah mengalami distorsi karena pengerjaan
dingin kembali ke bentuk yang lunak dengan sedikit dislokasi. Annealing terbagi menjadi 2
yaitu full annealing (pelunakan penuh) dan process annealing (pelunakan proses).
Full Annealing
Dilakukan dengan cara memanaskan 25 oC di atas Ac3 dan ditahan beberapa lama kemudian
didinginkan secara lambat ke suhu kamar.
Process Annealing
Biasanya untuk baja hypoeutectoid (0,3 %C) dan dilakukan dengan cara memanaskan di
bawah suhu kritis (550-650 oC) ditahan beberapa lama dan didinginkan pada kecepatan yang
diinginkan. Proses ini digunakan untuk pembebasan tegangan sisa (stress relief).
Normalizing
Normalizing adalah proses dimana baja dipanaskan 40 oC di atas Ac3 atau Acm pada waktu
tertentu kemudian didinginkan di udara. Tujuan normalizing :
1. Memperhalus butir atau membuat austenit menjadi homogen saat baja dipanaskan untuk
keperluan pengerasan (hardening) atau full anneling.
2. Mengurangi pemisahan (segregation) pada logam cor atau penempaan (forging)
sehingga menghasilkan struktur yang homogen.
3. Memperkeras baja.
Tempering
Proses tempering dilakukan dengan cara memanaskan baja yang telah dicelup (struktur
martensit) di bawah suhu eutectoid sehingga menjadi lunak dan ulet. Proses quenching-
tempering seperti pada gambar 1.19. di bawah.
Suhu temper sangat mempengaruhi struktur mikro dan kekerasan baja karbon. Selama proses
tempering terjadi reaksi-reaksi berikut :
1. Pemisahan (segregation) atom C
2. Pengendapan karbida
3. Penguraian austenit sisa
4. Recovery dan rekristalisasi
Segregasi Karbon
Proses tempering pada suhu 25-100 oC menyebabkan redistribusi C ke posisi atau tempat
dengan energi rendah yaitu ruang antar atom (lattice site) dekat dislokasi.
pada suhu 600 oC dan menghasilkan struktur ferit dengan bentuk poligonal (equiaxed). Suhu
temper pada Fe-C tidak banyak mempengaruhi kekerasan jika suhunya 200 oC akan tetapi di
atas suhu ini kekerasan turun secara gradual.
n 2 N 1
dengan n jumlah butir tiap in2 pada perbesaran 100X. Pada baja karbon rendah dengan
struktur mikro ferit, ukuran butir sangat berpengaruh terhadap tegangan luluh dimana
semakin kecil ukuran butir kekuatan tarik akan meningkat. Hal ini disebabkan karena butir
kecil berarti mempunyai batas butir yang banyak dan batas butir ini menghambat gerakan
dislokasi. Hubungan antara tegangan luluh dan ukuran butir dinyatakan oleh persamaan Hall-
Petch, yaitu :
k
y i
d
dengan y adalah tegangan luluh, i tegangan friksi, k konstanta dan d diameter butir.
Gambar 1.45. (a) Proeutectoid ferrite tumbuh pada butir austenit kecil dan
(b) Ferit Widmanstatten dihasilkan dari butir austenit besar
Jika butir austenit cukup besar dibanding ukuran proeutectoid ferrite maka pada proeutectoid
ferrite akan tumbuh ferit Widmanstatten menuju ke dalam butir sebagai akibat dari kondisi
butir austenit yang jenuh dengan C.
34
Austempering
Austempering adalah proses perlakuan panas isothermal yang menghasilkan struktur mikro
berupa bainit. Austempering dilakukan dengan cara memanaskan baja sampai terbentuk
austenit kemudian dicelup ke dalam garam cair (salth bath) pada suhu di atas suhu
terbentuknya martensit (M s), ditahan beberapa lama kemudian didinginkan di udara.
Martempering (Marquenching)
Martempering merupakan modifikasi dari perlakuan quenching dan bertujuan untuk
mengurangi terjadinya distorsi.
Perlakuan martempering terdiri dari : (1) pemanasan sampai fasa austenit diikuti dengan (2)
pencelupan ke dalam minyak panas atau garam cair sedikit di atas atau di bawah suhu Ms dan
(3) ditahan pada suhu konstan beberapa lama tetapi belum sampai terjadi reaksi bainit dan
akhirnya (4) pendinginan udara pada laju yang sedang untuk mengurangi beda suhu di bagian
permukaan dan tengah benda uji.
35
Proses Quenching