7
4 5
3
2
1
Keterangan:
1. Penampung slurry 30 liter 5. Kran
2. Penampung gas 6. Tungku
3. Manometer 7. Beaker Glass
4. Selang gas 8. Thermometer
Penelitian ini diawali dengan menganalisa kadar air bahan baku yang digunakan yakni
sampah sayur dan kotoran sapi. Bahan baku yang berupa sampah sayuran dipotong-potong
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC hingga didapatkan berat awal dan akhir
bahan. Begitu pula dengan kotoran sapi. Kotoran sapi segar ditimbang kemudian
dikeringkan hingga berat konstan. Dengan demikian didapatkan kadar air bahan untuk
perhitungan konsentrasi dan komposisi slurry.
Selanjutnya pembuatan biogas dilakukan dengan mencampurkan bahan baku sampah
sayuran, kotoran sapi dan air dengan variabel komposisi dibuat tetap dan konsentrasi
divariasi antara 6 % hingga 10%. Untuk penentuan komposisi optimum, dilakukan langkah
serupa dengan komposisi yang divariasi 1 : 0, 1 : 0,5, dan 1 : 1 dengan konsentrasi
optimum.
Uji hasil dilakukan dengan analisis volume akumulasi biogas per hari untuk basis 4 liter
slurry dengan menggunakan water displacement technique. Pengamatan dilakukan setiap
hari sampai gas tidak terbentuk lagi. Dari uji volume ini akan didapatkan variable;
konsentrasi dan komposisi terbaik. Kemudian dilakukan uji nilai kalor menggunakan
biodigester floating drum dengan basis 30 liter slurry.
Dari grafik yang didapat dapat dilihat bahwa volume biogas meningkat setiap harinya.
Namun produksi biogas akan mengalami penurunan ketika bakteri metan memasuki
deathphase. Deathphase terjadi karena berkurangnya nutrient atau sumber karbon yang
didapat dari substrat, sehingga pertumbuhan bakteri metan akan menurun dan semakin
banyak bakteri yang mati. Berkurangnya jumlah bakteri menyebabkan biogas yang
diproduksi juga semakin sedikit.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel konsentrasi sangat berpengaruh
terhadap produksi biogas dari sampah sayuran dan kotoran sapi. Semakin tinggi konsentrasi
slurry, maka volume biogas yang dihasilkan juga semakin besar. Sedangkan untuk
konsentrasi yang terlalu rendah, proses tidak berjalan optimum karena semakin sedikit
substrat maka hasil hidrolisis akan berkurang sehingga produksi gas juga semakin rendah.
Biogas baru dapat dibakar setelah tahap pembentukan gas metan terjadi. Di awal
pengisian digester terjadi proses hidrolisis selulosa dan senyawa organik dalam substrat.
Kemudian berlangsung tahap acidogenesis yang merupakan pembentukan asam-asam
organik dan dilanjutkan tahap acetogenesis yang normalnya berlangsung selama 80-90 jam.
Pada 6 hari pertama, gas yang terbentuk adalah CO2, baru kemudian tahap metanogenesis
berlangsung secara anaerobic.
Pembentukan metan ditandai dengan gas yang dapat dibakar. Bakteri metanogen yang
berperan dalam perombakan asam asetat menjadi CH4 memiliki waktu regenerasi antara 5
sampai 16 hari. Gas metan dihasilkan sejak hari ke-7 sampai hari ke-28. Dalam produksi
biogas dari sampah sayuran, konsentrasi optimum adalah 9 % berat/volume slurry dan
komposisi optimum nya adalah 1 : 0,5 perbandingan berat sampah sayuran dan starter
kotoran sapi. Sementara itu nilai kalor biogas tertinggi didapat pada hari ke-18 yakni
sebesar 10080 Joule/hari.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/190365-ID-
pembuatan-biogas-dari-sampah-
sayuran.pdf&ved=2ahUKEwiUxePc3dngAhUBi3AKHaL5ATIQFjABegQIBRAB&usg=A
OvVaw36yiIs0UdapRAUW-zy4o4I