Anda di halaman 1dari 5

KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN

Rumah adat
Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa
(Makassar Gowa)

Tarian
Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
lagu
Anging Mamiri, Sulawesi Parasanganta (Sulawesi Selatan)
Musik
Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik

Alat Musik
Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya

Pakaian
Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu

Sastra
Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
Penganan

Apang Paranggi
Bannang bannang
Barongko
Baruasa
Bassang
Beppa Janda
Biji-biji
Bipang
Bolu Peca
Bolu rampah
Cucuru Bayao

Dange
Deppa Tori'
Doko'-doko'unti/Nagasari
Doko doko Cangkuling/
cangkuning
Golla golla ganepo
Golla tare'
Indo' Bade'/Bolu Toraja
Jalang Kote'
Kacang Sinjai
Katri sala
Katri mandi

Kue Putu
Labu Palu
Onde onde tawaro
Pallu Butung
Paserrek
Pisang Epe
Pisang Ijo
Putu Cangkiri
Roti pawa
Sakko sakko
Tello Penyyu
Taripang

Masakan

Baro'bo
Bolu Kambu
Buras
Coto Makassar
Kapurung
Lappa'-lappa'
Lawa
Mie Titi'
Nasu Cempa
Pallu Basa

Minuman

Ballo/ Tuak
Sara'bba

Pallu Butung
Pallu Kacci
Pallu Kaloa
Pallu Mara
Pacco'
Peca sura
Piong/Lemang Toraja
Sayur Tuttu'
Songkolo'/Sokko'
Sop Kikil

Sop Konro
Sop Saudara
Sop Ubi
Tollo' Burak
Tollo' Pa'karing
Tollo' Pammarasan
Tollo' Semba
Tollo' Utan Bulunangko
Tollo' Utan Pangi

KESENIAN DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN


Tiara Oktaviama
4423107047
SEJARAH SULAWESI SELATAN
Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk tahun 1964. Sebelumnya Sulawesi Selatan tergabung dengan Sulawesi
Tenggara di dalam Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara. Pembentukan provinsi ini berlandaskan pada
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964
Periode terpenting sejarah Sulawesi Selatan adalah pada abad ke 14. Pada saat itu berdiri kerajaankerajaan yang cukup terkenal, seperti Kerajaan Luwu di bawah pemerintahan dinasti Tomanurung Simpuru
Siang, Kerajaan Gowa, Kerajaan Bone di bawah dinasti ManurungE, Kerajaan Soppeng di bawah
pemerintahan Raja To ManurungE ri Dekkannyili, dan Kerajaan Tallo dengan raja pertamanya KaraEng Loe
ri Sero.
Pada tahun 1538, Gowa mulai bersentuhan dengan orang-orang Eropa. Pada tahun tersebut bangsa Portugis
mendarat di Bandar Niaga Makassar dan menghadap Raja Gowa IX Tumapa'risi Kallona. Kadatangan bangsa
Eropa ini selain untuk tujuan berdagang juga melakukan penyebaran agama Katolik, misalnya dilakukan
oleh Antonio de Payya yang menyebarkan Katolik di Parepare.
Pada tahun 1562 terjadi peperangan yang dahsyat antara kerajaan Bone dan Gowa. Raja Gowa menyerang
Bone karena merasa telah dicampuri urusan dalam negerinya. Pada akhir perang, pasukan Bone berhasil
memaksa pasukan Gowa mundur setelah melukai raja mereka. Kurang lebih dua tahun setelah peperangan
tersebut, raja Gowa Tunipallangga kembali menyerang Bone. Namun dalam peperangan, raja Gowa jatuh
sakit dan terpaksa mundur dan kembali ke Gowa. Dia meninggal dunia sesampainya di Gowa. Peperangan
melawan Bone dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu, I Tajibarani. Tajibarani akhirnya tewas dalam
peperangan itu. Perang kemudian diakhiri dengan perundingan damai yang dikenal dengan "Ulukanaya ri
Caleppa". Bone mendapat semua daerah di sebelah utara sungai Tangka, serta semua daerah di sebelah
timur sungai WalanaE sampai di Ulaweng dan wilayah Cenrana.
KESENIAN SULAWESI SELATAN
Kesenian Sulawesi Selatan di kenal sebagai kebudayaan tinggi dalam konteks kekinian. Karena pada
dasarnya, seni tidak hanya menyentuh aspek bentuk (morfologis), tapi lebih dari itu dia mampu
memberikan konstribusi psikologis. Disamping memberikan kesadaran estetis, juga mampu melahirkan
kesadaran etis. Diantara kedua nilai tersebut, tentunya tidak terlepas dari sejauhmana masyarakat
kesenian (public art) mampu mengapresiasi dan menginterpretasikan makna dan simbol dari sebuah pesan
yang dituangkan dalam karya seni.
Berbicara tentang estetika, seolah kita terjebak pada suatu narasi yang menghantarkan kita pada
pemenuhan pelipur lara semata, misalnya: gaya hidup, hiburan dan relaksasi. Kita lupa bahwa seni
merupakan variabel yang dapat membentuk kesadaran sosial sekaligus kesadaran religius masyarakat. Di
Sulawesi Selatan, nilai kekhasan kesenian dapat dikatakan sebagai sebuah wasiat kebudayaan yang
menggiring kita pada lokal values (kearifan). Dibutuhkan pelurusan makna seni melalui aspek keilmuan
agar dia tidak terjebak dalam arus kepentingan politik dan industri semata.
Klasifikasi Masyarakat Seni
Arnold Hausser, seorang filosof sekaligus sosiolog seni asal Jerman mengindentifikasi bahwa masyarakat
seni terbagi menjadi empat golongan. Yang pertama: Budaya Masyarakat Seni Elit, yaitu masyarakat seni
intelektual yang banyak memberikan konstribusi perkembangan seni dalam suatu daerah. Masyarakat seni
elit inilah yang banyak memberikan literature dan kajian holistik agar perkembangan seni dapat berjalan
sesuai dengan konteks keilmuan, termasuk pakar kesenian, akademisi dan kritikus seni. Kedua: Budaya
Masyarakat Seni Populer, yaitu masyarakat seni intelektual yang hanya mengedepankan kepentingan
subjektifitas terhadap kebutuhan estetik yang berjalan sesuai dengan konteks (zaman). Masyarakat seni ini
biasanya terdapat dari golongan mapan yang dis-orientasi seni, misalnya dokter, pengusaha, dan politikus.
Ketiga: Budaya Masyarakat Seni Massa. Yaitu budaya masyarakat golongan menengah kebawah, biasanya
golongan ini hanya mementingkan aspek kesenangan dan mudah larut dalam perkembangan peradaban.
Dia senantiasa menikmati hidangan produk-produk kesenian tanpa memikirkan dampak akibatnya terhadap
masyarakat luas. Dan yang keempat: Budaya Masyarakat Seni Rakyat. Masyarakat seni ini terbentuk secara
spontanitas melalui kepolosan. Golongan ini juga senantiasa mempertahankan wasiat seni para leluhurnya.
Dari sinilah budaya masyarakat seni elit memperoleh referensi dan inspirasi dalam memperkaya kajian
kesenian dalam aspek kebudayaan.
KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN

Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel - Mengenal budaya propinsi Sulawesi Selatan
berarti mengenal adat kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan.
Di Sulsel terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada 3 kelompok etnis yaitu Makassar, Bugis
dan Toraja. DEmikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih dominan.
Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah budaya dan adat Tanah Toraja yang
sangat khas dan sangat menarik.
Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah
lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri.
Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe.
Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.
Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar
dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya. Rumahrumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong
di bawah rumahnya. Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status
sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat
biasa.
Hampir semua masyarakat Sulsel percaya kalau selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi
Selatan adalah orang Toale. Hal ini di dasarkan pada temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale
(orang-orang yang tinggal di hutan/penghuni hutan).
Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan ada di Tanah Toraja (Tator)
Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara dukacita/kematian).
Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa dukacita yang sangat mendalam.
Beberapa tarian yang ada di sulawesi selatan :
tari Pakkarena
tari Angin Mamiri
tari Paddupa
Pakaian Daerah Sulsel : Bugis dan Makassar : Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Lagu Daerah Silawesi Slatan : Angin Mamiri, Ma Rencong,
OBJEK WISATA TERKENAL DI SUL-SEL
Fort Rotterdam
Salah satu benda cagar berarsitektur Belanda yang dilindungi adalah bangunan yang ada didalam Benteng
Rotterdam, benteng ini dibangun sebagai basis pertahanan dipinggir lautan Makassar. Pada tahun 1545
ditempat ini berdiri dengan kokoh benteng gaya arsitek setempat yaitu Kerajaan Gowa lalu kemudian
dihancurkan oleh Belanda dan dibangunlah benteng baru yang dapat kita lihat sekarang, peristiwa
tersebut dicatat dalam sejarah akibat adanya bentuk perjanjian Bungaya pada tahun 1667 yang didalangi
oleh siasat Belanda. Sebagaian dari serpiha reruntuhan tmbok benteng tidak direnovasi dengan alasan
sebagai alat pembanding dengan dinding yang direnovasi.
Pantai Losari
Keindahan pantai yang terletak di sebelah barat Makassar ini memang sungguh mempesona, terlebih ketika
matahari terbenam di senja hari.
Semburat merah jingga dari mentari yang akan rebah di kaki cakrawala memantul pada laut di hadapan
pantai Losari, membawa nuansa dan pesona tersendiri bagi yang menyaksikannya. Beberapa perahu
nelayan kecil nampak di kejauhan, kian memperkaya warna senja yang luruh di sana. Dan debur ombak
yang menerpa lembut tanggul pantai bagaikan musik syahdu yang membawa suasana terasa kian
sentimental diiringi hembusan angin sepoi-sepoi dari arah laut. Banyak fotografer yang mengabadikan
kejadian ini untuk menyimpan kenangan keindahannya, akan senyum senja Pantai Losari., dan mungkin
juga tempat curhat muda mudi , santai keluarga di Pantai Losari.
Pantai yang juga merupakan landmark Kota Makassar ini memang menawarkan keindahan yang sangat
eksotis, terutama saat menyaksikan pemandangan matahari terbenam ketika petang menjelang.

Dahulu , sejumlah pedagang makanan bertenda berderet sepanjang kurang lebih satu kilometer di pesisir
Pantai Losari. Sampai-sampai ada yang sempat menjuluki sebagai meja makan terpanjang di dunia.
Hidangan yang disajikan pun sangat beragam, namun kebanyakan didominasi oleh makanan laut dan ikan
bakar.
Salah satu hidangan khas dan unik di Pantai Losari adalah Pisang Epe. Jenis makanan ini berupa pisang
mentah dibakar, lalu dibuat pipih kemudian diberi kuah air gula merah. Untuk menambah aroma dan
kenikmatan, biasanya sang penjual menambahkan durian pada campuran kuah gula merah tadi. Inilah
makanan favorit saya sembari menikmati semilir angin senja yang sejuk membelai tubuh.
Saat ini warung-warung tenda yang menjajakan makanan laut tersebut telah dipindahkan ke sebuah
tempat di depan rumah jabatan Walikota Makassar yang juga masih berada di sekitar Pantai Losari.
Seusai menikmati senja, tak usah risau untuk mencari tempat mengisi perut yang lapar. Dengan hanya
berjalan kaki sekitar 5 menit dari Pantai Losari, anda akan menemukan pusat jajanan tanah Anging
Mammiri di Pantai Laguna. Mulai sop konro, coto Makassar, sop Saudara, sop pallubasa, pallu mara dan
ikan bakar, pisang epe, es pisang ijo, pallubutung, sari laut, bakso, nasi goreng, mie kering dan capcai bisa
Anda temukan pada ratusan gerobak yang mangkal di sana. Harganya pun relatif murah
menikmati becak khas Makassar menyusuri sepanjang pinggir pantai. Sarana transportasi yang sudah
hampir langka ini masih bisa kita jumpai di sana. Rasakan sensasi naik becak dengan kayuhan roda si
daeng seraya menikmati hempasan angin lembut yang menerpa dari arah depan.
Pantai Losari tak hanya bergeliat di senja hari. Setiap minggu pagi, di sepanjang Jalan Penghibur yang
tepat berada di pinggir pantai, ramai oleh orang yang berolahraga, mulai dari jogging, senam, bersepeda
atau hanya sekadar jalan-jalan menikmati segarnya udara pagi. Berbagai jajanan dan aneka makanan
tradisional tersedia, seperti bubur ayam, bubur kacang ijo, empek-empek Palembang, es pallubutung, es
pisang ijo, soto ayam, gado-gado atau lontong sayur. Bagi Anda yang akan mencicipi tidak perlu merogoh
kocek dalam-dalam, cukup dengan Rp 4000 sampai Rp 6000 per porsi untuk setiap hidangan sarapan pagi
ini.
Tidak terlalu sulit untuk mencapai Pantai Losari karena tempat ini termasuk berada di pusat Kota
Makassar. Sejumlah angkutan umum melintasi jalur Jalan Penghibur yang berada di pinggiran Pantai Losari.
Sejak direnovasi pada 2006, Pantai Losari kian bersolek, semakin bersih dan indah, sebagai salah satu ikon
andalan pariwisata Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai