Kontroversi Ondel-ondel Ngamen di Jalanan yang Keluar Pakem Budaya Betawi

Kontroversi Ondel-ondel Ngamen di Jalanan yang Keluar Pakem Budaya Betawi

Febriyantino Nur Pratama - detikHot
Rabu, 01 Jul 2020 09:55 WIB
perajin ondel-ondel
Kontroversi Ondel-ondel Ngamen di Jalanan yang Keluar Pakem Budaya Betawi Foto: Luqman Nurhadi Arunanta/detikcom
Jakarta -

Ondel-ondel ngamen di jalan rupanya menjadi kontroversi di kalangan komunitas kesenian asli Jakarta itu sendiri. Karena Ondel-ondel ngamen di jalan dipandang sudah melenceng dari pakem seni Ondel-ondel dan budaya Betawi.

Pakem yang dimaksud di antaranya melibatkan oknum non seniman Betawi, melibatkan anak-anak di bawah umur hingga penggunaan musik Minus One. Hal tersebut dianggap melenceng dari pakem seni Ondel-ondel itu sendiri.

Menurut Yudi Hermawan dari pimpinan Sanggar Ondel-ondel Sinar Betawi Entertainment, fenomena itu membuatnya bingung.

"Gimana ya di satu sisi emang peraturan gubernur, emang saya sendiri ikut waktu rapat itu Perda Gubernur termasuk 8 ikon budaya Betawi. Di satu sisi kita tidak bisa berbuat apa apa kita paksakan (nggak boleh ngamen ke jalan) meraka mau makan dari mana. Kita liat satu sisi ini tapi di sisi lain gimana, bimbang," kata Yudi kepada Detikcom, ditemui di kediamannya, Bambu Apus TMII, Jakarta Timur, baru-baru ini.



Yudi juga menambahkan, saat ini banyak oknum yang memakai kostum Ondel-ondel yang terlihat urakan. Mulai dari baju Ondel-ondel yang bolong sampai kedok (topeng) Ondel-ondel yang asal jadi, para pengaraknya yang terdapat anak-anak, perempuan hingga cuma sendal jepitan saja.

"Contohnya kayak kostum yang kotor, bolong nggak pernah dibenerin. Entah dia pake selendang atau nggak entah kembang kelapanya cuma tiga biji ya beda sama Sanggar Murni, kembang kelapanya harus full sesuai pakem. Mereka kan asal kayak kedok itu ya gimana sih mereka asal bikinnya. Yang penting ada. Kan sekarang asal pake kaos, pake celana pendek, sendal kadang nyeker. Kita nggak menutupi memang kenyataan di lapangan kayak gitu," tambahnya.

Ondel-ondel merah putih di Bundaran HIKontroversi Ondel-ondel Ngamen di Jalanan yang Keluar Pakem Budaya Betawi Foto: Ondel-ondel merah putih di Bundaran HI (Isal/detikcom)



Lanjut Yudi, saat ini banyak Ondel-ondel ngamen di jalan yang tak terdaftar dan tak berizin. Pria yang sudah menggeluti Ondel-ondel sejak 2004, memandang tindakan itu juga sebagai bentuk protes terhadap dinas terkait karena susah mengurus izin berkesenian.

"Banyak yang nggak terdaftar kayak ondel-ondel ngamen tuh itu dia nggak terdaftar tuh dia nggak punya izin UMKM-nya trus nggak punya legalitas di Walikotanya makanya mereka turun ke jalan. Dalam artian, mereka emang protes lah ke dinas terkait mereka nggak difasilitasi. Serba salah juga sih mereka nggak mau daftar perizinannya, merasa nggak difasilitasi jadi begitu kontroversinya," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Sedangkan kalau pun meraka membuat perizinan belum tentu mereka dikasih job yang ini (bagus). Harus pinter-pinter kita, regulasi khusus harus kreatif buat ondel ondel kayak gimana bajunya harus rapi. Ya kayak ondel-ondel (ngamen di jalan itu). Ya mohon maaf ya ada yang bolong, ada yang dekil," sambung Yudi.

Jelang HUT DKI Jakarta ke-492,  jumlah permintaan kesenian ondel-ondel meningkat. Eksistensinya pun masih terjaga hingga kini.Kontroversi Ondel-ondel Ngamen di Jalanan yang Keluar Pakem Budaya Betawi Foto: Rifkianto Nugroho



Yudi juga menilai musik Minus One yang dipakai oleh oknum pengamen jalanan, juga dianggap merusak pakem. Karena musik pengarak Ondel-ondel dinilainya lebih baik sesuai pakem, jika memakai instrumen musik asli yang dimainkan secara langsung.

"Yang jadi permasalahan yang namanya musik Minus One itu yang dianggap nggak full itu. Itu yang dianggap seniman kita sering berkumpul itu merusak. Silahkan ngamen tapi musiknya dilengkapi. Nggak ngilangin pakem ya, jadi Betawi itu ada pakem ya ada aturan main, jadi gendangnya harus ada tehyannya harus ada terompetnya itu harus lengkap jangan pake kaset, cuma mereka kalo di-fullin bisa cuma pembagian hasilnya (uang ngamen berkurang)," kata Yudi.

ADVERTISEMENT



Simak Video "Dirjen Kebudayaan soal Seniman yang Dianggap Bukan Profesi"
[Gambas:Video 20detik]
(fbr/tia)