Dolorosa Sinaga Angkat Isu Perempuan Etnis China Teraniaya dalam Patung

Dolorosa Sinaga Angkat Isu Perempuan Etnis China Teraniaya dalam Patung

Tia Agnes - detikHot
Senin, 31 Jan 2022 13:35 WIB
Pameran Seni Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak di Galeri Nasional Indonesia
Patung Solidaritas karya Dolorosa Sinaga dipamerkan di pameran seni Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak. Foto: Courtesy of Sancoyo Purnomo
Jakarta -

Pematung Dolorosa Sinaga selalu punya banyak isu kritik sosial yang diangkat dalam berbagai karya seni. Termasuk patung-patung yang dipamerkan dalam pameran seni Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak di Galeri Nasional Indonesia (GNI).

Patungnya yang dipajang di Gedung A Galeri Nasional Indonesia itu, menurut Dolorosa Sinaga diambil dari peristiwa 1998 saat perempuan dari etnis China teraniaya.

"Perempuan hampir tidak ada artinya, mereka semuanya tercerabut kedaulatannya. Saya membangun kembali cerita itu lewat patung-patung ini," ungkap Dolorosa Sinaga di Galeri Nasional Indonesia, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat patung berjudul Solidaritas yang dibuat tahun 2000, pematung kelahiran 31 Oktober 1952 menghadirkan sosok tubuh perempuan. Dalam karyanya, ada para perempuan saling bergandengan tangan dan wajahnya menghadap ke atas, perempuan paling ujung tangan kirinya terangkat ke atas.

"Tujuh peempuan ini, kami simbolkan tidak pernah dirubuhkan, tidak akan bisa diinjak-injak. Secara citra dan bentuk, banyak yang membicarakan soal patung ini," ungkap Dolorosa Sinaga.

ADVERTISEMENT

"Yang menarik menjadikannya pembahasan yang tidak terbatas," lanjutnya lagi.

Dorolosa Sinaga mengatakan patung-patung yang dibuatnya kerap memperjuangkan suara yang terpinggirkan.

"Saya bersuara untuk apa yang saya yakini, apa yang saya perjuangkan. Ini adalah salah satu karyanya dan banyak yang mengoleksinya karena empati apa yang terjadi di tahun 1998," katanya.

Pameran Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak bermula dari kerinduan untuk mengetahui koleksi Galeri Nasional Indonesia yang berjumlah sekitar 2.000 karya. Grace Samboh mengeksplorasi dua pameran besar GNI yaitu Paris-Jakarta 1950-1960 pada 1992 dan Pameran Seni Kontemporer dari Negara-Negara Non Blok pada 1995.

Bekerja sama dengan Goethe-Institut Indonesian, Galeri Nasional Indonesia menghadirkan pameran seni berjudul Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak. Ada 78 karya seni yang ditampilkan di Gedung A.

Sebagian dari seniman yang karyanya akan ditampilkan adalah Agus Suwage, Araya Rasdjarmrearnsook, Basoeki Abdullah, Belkis Ayón Manso, Bruce Nauman, Danarto, Dolorosa Sinaga, Emiria Sunassa, Ary 'Jimged' Sendy, Käthe Kollwitz, Marintan Sirait, Nguyễn Trinh Thi, Öyvind Fahlström, Siti Ruliyati, Tisna Sanjaya, dan Wassily Kandinsky.

Eksibisi berlangsung selama sebulan ke depan mulai 28 Januari sampai 27 Februari 2022.



Simak Video "Batasan Karya Seni yang Ditampilkan di Art Jakarta Gardens 2024"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/aay)