JAKARTA - Tidak seperti Jabal Nur, Jabal Tsur, atau Jabal Rahmah, keberadaan Bukit Shafa dan Marwah sudah mengalami banvak sekali perubahan karena kini menyatu dengan komplek bangunan Masjidil Haram.
Namun demikian, di Bukit Shafa, terkandung sejarah yang sangat penting karena di sanalah periode dakwah secara terbuka dimulai oleh Nabi Muhammad SAW.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu).” (Qs. Al-Hijir [15]:91-95).
Dikutip dari Buku Cerdas Haji dan Umrah, ayat ini bermaksud memerintahkan Nabi AS agar terus bergerak mengajarkan apa yang diperintahkan Allah. Sekaligus jangan memperdulikan gangguan orang-orang yang akan menentang ajaran Islam.
Dikisahkan, Nabi Muhammad SAW mendatangi perkampungan yang didiami para kerabat terdekat. Beliau memanggil sanak saudaranya untuk berkumpul di Bukit Shafa. Di sana, Nabi AS pun mengabari Abu Lahab untuk ikut serta. Menurut beliau, dia masih termasuk keluarga dekat. Apalagi, Nabi AS menyadari bahwa ajaran yang diterimanya harus disampaikan, menerima atau menolak itu perkara lain.
Setelah berkumpul di kaki Bukit Shafa, beliau membuka pertemuan dan berbicara di hadapan hadirin. Tiba-tiba Abu Lahab berteriak sehingga mengejutkan para hadirin. "Celakalah kamu wahai Muhammad! Apakah hanya untuk ini saja kamu mengumpulkan kami semua?" teriaknya. Segera ia mengambil batu, hendak melempar Nabi AS. Sementara itu Nabi diam sejenak karena suasana menjadi gaduh.
Dengan muka merah padam, Abu Lahab melanjutkan, "sama sekali, belum pernah aku melihat orang yang datang pada keturunan orang tuanya dan kaumnya, yang lebih keji daripada apa yang engkau tunjukkan itu." Pada saat itu turunlah wahyu kepada Nabi AS yang berbunyi; "Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan sangat celakanya, "(QS. Al-Lahab [111]:1).
Sementara itu Abu Lahab masih marah-marah sambil berkata, “Jika apa yang dikatakan Muhammad itu benar, maka aku tebus dirinya dengan harta bendaku dan anakku." Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi, bahwa: “Tidaklah berguna darinya (Abu Lahab) harta bendanya dan segala usahanya." (QS. Al-Lahab [111]:2).
Mengingat Abu Lahab terus-menerus berceloteh sehingga pertemuan itu menjadi gaduh, maka Nabi kemudian membubarkan pertemuan tersebut. Namun setelah pertemuan bubar, di antara mereka meminta Nabi untuk mengadakan pertemuan berikutnya dengan catatan; Abu Lahab tidak diberi tahu. Nabi menyetujui usul tersebut karena memang beliau sudah merencanakannya.
Waktu yang telah ditentukan sudah tiba. Pertemuan kedua masih diadakan di kaki Bukit Shafa. Namun dalam pertemuan kali ini, yang hadir tidak hanya kaum kerabat beliau, tetapi juga dihadiri orang-orang Quraisy lainnya. Ketika itu yang hadir berjumlah 40 orang, menurut riwayat lain 45 orang.
Dalam sambutannya Nabi AS sempat mengatakan, "Demi Allah jika aku akan berdusta kepada manusia, sungguh aku tidak akan berdusta kepada kalian. Dan jika aku menipu manusia, tentulah aku tidak akan sampai hati menipu kalian. Demi Allah yang tidak ada tuhan melainkan Dia, sesungguhnya aku ini utusan Allah SWT kepada kalian khususnya dan kepada seluruh manusia pada umumnya. Sungguh! Kalian akan mati sebagaimana kalian tidur, kalian akan menerima balasan yang sesuai; yang baik akan dibalas dengan kebaikan dan yang jahat akan dibalas dengan kejahatan. Pembalasan itu ada di surga selamanya atau di neraka selamanya."
Masih menurut beliau, “sesungguhnya aku telah datang kalian dengan membawa urusan dunia dan akhirat”. Lebih lanjut Nabi berseru. "Hai sekalian kaum Quraisy, hendaklah kalian menyelamatkan diri dari api neraka. Sesungguhnya sedikit pun aku tidak mampu menolong kalian kelak di hadapan Allah.”
Nabi menyeru, "Hai keturunan orang-orang Ka’ab bin Luayy hendaklah kalian menyelamatkan diri kalian sendiri dari api neraka. Hai orang-orang keturunan Murrah bin Ka'ab, hendaklah kalian menyelamatkan diri kalian sendiri dari api neraka. Hai orang-orang keturunan Hasyim, hendaldah kalian menyelamatkan diri kalian sendiri dari api neraka. Hai orang-orang keturunan Abdu Manaf, hendaklah kalian menyelamatkan dini kalian sendiri dari api neraka. Hai orang-orang keturunan Abdu Syams, hendaklah kalian menyelamatkan diri kalian sendiri dari api neraka. Hai orang-orang keturunan Zuhra, hendaklah kalian menyelamatkan diri kalian sendiri dari api neraka. Hari orang orang keturunan Abdul Muthalib, hendaklah kalian menyelamatkan diri kalian dari api neraka."
Demikianlah Nabi menyeru mereka untuk menolong dirinya sendiri dari siksa api neraka. Caranya dengan mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Tiada satupun yang dapat menyamai-Nya.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya