Renungan Gita: Kendarai Badan dengan Kesadaran, Peduli Kendaraan Lain, Patuhi Rambu Kehidupan

buku-bhagavad-gita-bengkel-kendaraan-plus-teks

“Kendaraan kita memiliki Sepuluh Indra untuk Berkegiatan dan Persepsi; ditambah dengan Ego, Intelek, Gugusan Pikiran serta Perasaan, Harapan, dan lain-lain…………..

“Bisa saja kita menggunakan kendaraan tanpa pengetahuan yang memadai – Namun, ketika kendaraan itu mogok di jalan, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Kita mesti mencari montir.. dan, jika montir itu tidak ahli, tidak pernah menangani jenis kendaraan kita – maka bukannya memperbaiki, ia malah akan merusaknya.

“Setidaknya pengetahuan dasar tentang kendaraan sangat penting. Tentu untuk pemeriksaan berkala dan pekerjaan berat lainnya, kita masih tetap membutuhkan service station dengan segala perlengkapannya, dan para ahli yang tahu persis tentang jenis kendaraan kita.

“Service station itu adalah Sangha, Ashram atau Padepokan Spiritual. Para Fasilitator di sana adalah para montir. Kepalanya adalah Sadguru, Pemandu Rohani.” Dikutip dari Penjelasan Bhagavad Gita 13:5-6 dari buku  (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma)

Berikut penjelasan Bhagavad Gita 10:10 bagaimana caranya mengendarai badan di jalan raya kehidupan dengan selamat sampai tujuan……

buku-bhagavad-gita

Cover Buku Bhagavad Gita

Oṁ Saha nāvavatu; saha nau bhunaktu; Saha vīryam karavāvahai; Tejasvi nāvadhītamastu; Mā vidviṣāvahai; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga Hyang Tunggal senantiasa melindungi kita; menjernihkan pikiran kita: semoga kita dapat berkarya bersama dengan penuh semangat; semoga apa yang kita pelajari mencerahkan dan tidak menyebabkan permusuhan; Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

 

 “Senantiasa manunggal dengan-Ku lewat meditasi dan memuja-Ku dengan penuh kasih, mereka memperoleh Pengertian Sejati dari-Ku yang, kemudian mengantar mereka pada-Ku.” Bhagavad Gita 10:10

 

“Senantiasa bermeditasi” menjelaskan bila maksud Krsna bukanlah duduk bersila selama 24 jam sehari. Duduk bersila atau melakukan latihan-latihan lain adalah ibarat memeriksa keadaan kendaraan sebelum turun ke jalan. Setelah yakin dengan kendaraannya – maka turunlah ke jalan. Jangan buang waktu. Meditasi 24/7 berarti mengendarai kendaraan badan, indra, dan gugusan pikiran serta perasaan kita dengan penuh perhatian sepanjang hari.

 

MEDITASI 24/7 BERARTI hidup dengan penuh mawas diri, kesadaran. Bukan hidup dalam posisi bersila sepanjang hari. Ditambah lagi dengan kasih. Menjalani hidup secara meditatif juga berimplikasi kita menjalani hidup dengan penuh kasih.

Kembali pada analogi kendaraan. Meditasi membuat kendaraan kita layak untuk dibawa ke jalan raya. Meditasi membuat kita sadar akan keadaan kendaraan kita – yaitu kendaraan badan, indra, pikiran, perasaan, dan sebagainya.

Kasih membuat kita peduli akan keamanan para pengemudi lain. Kita tidak ugal-ugalan di jalan karena yakin kendaraan kita dalam keadaan prima. Tidak bisa tidak demikian. Kasih membuat kita peduli akan orang lain, akan keadaan jalan raya yang sedang kita gunakan. Kita tidak akan membuang sampah atau sesuatu lainnya lewat jendela mobil. Kita tidak akan melakukansesuatu yang dapat mengganggu kenyamanan para pengendara lainnya, apalagi mencelakaakaan mereka.

 

KASIH MENGEMBANGKAN RASA PEDULI dan rasa peduli membuat kita mematuhi segala rambu-rambu dengan baik, bukan karena rasa takut. Kita menjadi baik dan bijak, karena kebaikan itumemang baik, karena bijak itu memang bijaksana.

Demikian, berperan sebagai pengendara yang bertanggung-jawab dan penuh kepedulian, kita mengundang berkah Gusti Pangeran, berupa apa yang Krsna sebut ‘Buddhi Yoga’ – pengertian sejati yang mempertemukan kita dengan-Nya.

Hadiah, anugerah, berkah, yang kita peroleh adalah sampai di tujuan dengan selamat. Goal Bingo! Kita berada dalam pelukan Sang Kekasih Agung. Kita menyatu dengan-Nya.

Satu hal yang perlu diingat,

 

PERTEMUAN AGUNG BUKANLAH HASIL FUN DRIVING, tanpa tujuan – ah, ingin jalan-jalan saja. Tidak. Driving semacaam ini adalah driving yang bertujuan. Bukan perlombaan di sirkuit, di mana garis finish tidak mengantar kita ke mana-mana, melainkan tetap berada di sirkuit yang sama. Istilahnya pun sirkuit. Tujuh keliling atau 7.000 keliling, kita hanya berputar-putar saja.

Tidak – mengendarai kendaraan dengan tujuan untuk bertemu dengan Sang Kekasih Agung, Gusti Pangeran adalah driving dengan perencanaan yang matang.

 

SAAT MENGELUARKAN KENDARAAN DARI GARASI RAHIM IBU, kita sudah tahu tujuan kita, yaitu Pertemuan Agung dengan Sang Kekasih. Tapi setelah itu kita lupa. Nah, penyakit lupa inilah yang perlu diobati. Gita adalah obat itu. Gita mengingatkan kita akan tujuan hidup kita. Itu saja.

Kendaraan sudah ada, saat ini sedang dipakai dalam sirkuit, untuk perlombaan yang tidakberguna. Banting setir, keluar dari sirkuit kelahiran dan kematian yang tidak berkesudahan ini – ambil jalan tol, dan melajulah menuju Istana Gusti Pangeran. Ia sedang menunggumu!

Ketika kita berhenti berlomba, maka barulah kita bisa berbuat sesuatu bagi sesama makhluk. Itulah berkah pengertian sejati yang diperoleh dari Gusti Pangeran..

Dikutip dari buku: (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma)

Om, Sarve bhavantu sukhinaḥ; Sarve santu nirāmayāḥ; Sarve bhadrāṇi paśyantu; Mā kashchit duḥkha bhāgbhavet; Oṁ Shāntiḥ, Shāntiḥ, Shāntiḥ

(Semoga semua makmur, bahagia dan bebas dari penyakit. Semoga semua mengalami peningkatan kesadaran, dan bebas dari penderitaan. Damailah hatiku, damailah hatimu, damailah kita semua.)

 

Link: http://www.booksindonesia.com

Link: http://www.oneearthcollege.com/

 

banner-utk-di-web

oec4elearning-banner

Leave a comment