Mengenal Sosok Puger Mulyono, Juru Parkir Pendiri Yayasan bagi Anak – Anak Pengidap HIV-AIDS

Bukan Tenaga ataupun Ahli Kesehatan, inilah sosok Puger Mulyono yang dengan gigih mendobrak stigma negatif masyarakat terhadap anak – anak pengidap HIV / AIDS. Berawal dari perasaan iba terhadap satu anak yang ditelantarkan di sebuah Rumah Sakit, Puger memutuskan untuk membawa pulang satu anak tersebut dan merawatnya. Hari demi hari terus berlanjut dan beliau menyadari bahwa di sekitarnya ternyata cukup banyak anak – anak yang terlantar akibat status mereka sebagai pengidap HIV / AIDS. Dari yang awal mulanya hanya satu anak yang beliau rawat, berlanjut menjadi lima dan terus berlanjut hingga mencapai puluhan. Status pendapatan bulanan Pak Puger sebagai juru parkir yang tidak menentu, tidak menghalangi niat dan kemauan beliau untuk terus merawat mereka dengan baik disamping statusnya yang juga menjadi ayah dari 4 anak kandung. Dan sejalan dengan kemuliaan tersebut, Istri beliaupun mendukung dan dengan senang hati pula menjadi “Ibu” bagi anak – anak tersebut.

Namun sayangnya, Kemuliaan Pak Puger Mulyono seringkali terhalang oleh stigma masyarakat yang masih mendiskriminasi anak – anak pengidap HIV/AIDS. Dilansir dari BBC News Indonesia, Beliau kesulitan mencari kontrakan untuk mendirikan “Rumah Lentera” karena warga – warga disekitar keberatan jika diwilayahnya terdapat penderita – penderita HIV / AIDS. Beruntungnya, ada seorang tokoh agama yang mengontrakkan rumahnya dan membantu Pak Puger untuk menhadapi penolakan dari warga.

Dari pengalamannya sejak 2012 mengasuh anak anak penderita HIV / AIDS, beliau bercerita bahwa bagian paling beratnya adalah saat beliau harus menjelaskan anak – anak asuhnya bahwa mereka adalah pengidap HIV/AIDS. Seringkali anak – anak tersebut merasa kebingungan dan bersedih saat mengetahui penjelasan tersebut hingga enggan untuk minum obat kembali. Tak hanya itu, masalah mencari tempat pendidikan bagi merekapun juga menjadi salah satu kesulitan bagi beliau. dilansir dari ThePrhase.id, Beliau menceritakan bahwa sulit untuk mencari sekolah yang mau menerima keadaan mereka. Beliau harus meyakinkan bahwa anak-anak tersebut tidak akan menularkan penyakitnya melalui udara. Beliaupun juga terjun langsung mengantar dan menjemput anak-anak tersebut ke sekolah.

Ragam cerita dan pengalaman dari sosok Bapak Puger Mulyono ini menggambarkan bagaimana kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS. Sistem Penularan penyakit tersebut seringkali masih belum dipahami dengan baik oleh masyarakat sehingga mereka khawatir dan takut untuk bersentuhan atau tinggal berdekatan dengan para pengidap HIV/AIDS. Oleh karena itu, penting disemarakannya edukasi – edukasi tentang HIV/AIDS kepada seluruh masyarakat agar kedepannya anak – anak pengidap HIV/AIDS dapat tetap hidup dan memeroleh hak – haknya sebagaimana anak pada umumnya.

Penulis : Jessy Adelia