Kerugian Ekonomi Tsunami Jepang Bisa Capai Rp 1.500 Triliun

Kerugian Ekonomi Tsunami Jepang Bisa Capai Rp 1.500 Triliun

- detikFinance
Senin, 14 Mar 2011 16:21 WIB
Tokyo - Kerugian ekonomi Jepang akibat gempa dan tsunami yang menelan ribuan korban diprediksi mencapai US$ 171 miliar atau sekitar Rp 1.500 triliun lebih. Bencana alam terburuk Jepang sejak perang dunia II itu juga telah meluluhlantakkan pasar saham.

Adalah bank investasi Credit Suisse yang memperkirakan kerugian gempa dan tsunami Jepang tidak akan kurang dari US$ 171 miliar. Sementara Menteri Keuangan Jepang Yoshihiko Noda menilai saat ini terlalu dini membuat penilaian jumlah kerugian.

Gempa dan tsunami juga telah menyebabkan sejumlah pabrikan beken Jepang menutup fasilitas produksinya seperti Sony Corp, Toyota Motor Co dan Panasonic. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) juga harus ditutup sementara, termasuk di Fukushima Daiichi yang dimiliki Tokyo Electric Power Co (TEPCO) karena 3 reaktor terancam overheat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, jutaan penduduk Jepang tidak teraliri listrik. Aktivitas perekonomian di sejumlah wilayah padat industri yang kena dampak gempa itu harus dihentikan, termasuk fasilitas pelabuhan-pelabuhan. Pemerintah Jepang kini masih terus menghitung berapa kerugian dan dana yang dibutuhkan untuk membangun lagi kawasan-kawasan yang terkena dampak gempa.

Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) telah melipatgandakan skema pembelian aset hingga 10 triliun yen (US$ 122 miliar) dan menahan suku bunga di kisaran 0-0,1% setelah sebelumnya menyatakan memompakan likuiditas ke sistem perbankan hingga 15 triliun yen.

"Gempa bumi sepertinya akan berlanjut 1 atau 2 bulan, kata para ahli dan berlanjut hingga sekarang. Jadi besar sekali poin ketidakpastian dan hal yang tidak jelas," ujar Masayuki Kubota, senior fund manager Daiwa SB Investments seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/3/2011).

Ekonom memperkirakan tiga bencana berturut-turut yakni gempa, tsunami dan kebocoran nuklir akan menghancurkan perekonomian Jepang yang kini sedang berjuang setelah terhempas akibat krisis dan tingginya utang. Beberapa bahkan mengatakan kemungkinan terjadi resesi.

"Pasokan listrik adalah faktor penting. Jika produksi listrik rusak dengan cara yang berkesinambungan, maka akan memberikan dampak yang tahan lama pada erekonomian," ujar kepala ekonom global Societe Generale, Michala Marcussen.

Tiga bencana itu juga telah menghempaskan bursa saham Jepang. Pada perdagangan Senin, indeks Nikkei ditutup merosot 633,94 poin (6,18%) ke level 9.620,49. Indeks Topix merosot 68,55 poin (7,49%) ke level 846,96. Ini adalah kejatuhan terbesar di bursa Jepang sejak Oktober 2008.

Saham operator PLTN, Tokyo Electric Power Co ambles hingga 23,57% akibat rusaknya fasilitas nuklir di Fukushima. Demikian pula saham-saham produsen otomotif seperti Toyota anjlik 7,92%, Honda anjlok 6,49%, dan Nissan merosot 9,52%.

Mata uang yen terpantau stabil di 82,09 dolar, setelah mencapai titik tertingginya dalam 4 bulan terakhir menyusul intervensi besar-besaran dalam sejarah yang dilakukan BoJ untuk menstabilkan pasar.
(qom/dnl)