Share

Limbah Tahu Disulap Jadi Biogas

Koran SINDO , Jurnalis · Minggu 07 Juli 2019 18:01 WIB
https: img.okezone.com content 2019 07 07 320 2075735 limbah-tahu-disulap-jadi-biogas-69eQgxacYR.jpg Limbah Tahu Digunakan Menjadi Biogas (Foto: Koran Sindo)
A A A

JAKARTA - Makanan yang berasal dari bahan dasar kedelai atau tahu, merupakan salah satu makanan yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Penjual bisa menghabiskan ribuan potong tahu dengan ukuran besar dan kecil.

Biasanya, pengusaha usaha kecil menengah (UKM) hanya mampu mengolah 50-100 kg kedelai yang menjadi bahan baku tahu setiap harinya. Itu menghasilkan sekitar 50-60 papan tahu.

Tahu menjadi salah satu mata pencaharian yang menjanjikan. Tak dapat dipungkiri, jumlah produksi tahu di beberapa daerah pun selalu membanjiri setiap pasar yang menjadi pusat dagang mereka.

Banyaknya produsen tahu yang kian meningkat, tentu membawa keuntungan tersendiri. Selain keuntungan secara finansial, dampak lain pun ditimbulkan dengan limbah yang berasal dari proses pembuatan tahu tersebut. Sebagian besar limbah tahu dibuang ke sungai begitu saja, tanpa adanya proses pengolahan.

Akibatnya, limbah mencemari sungai, yang dianggap sebagai salah satu sumber kehidupan. Limbah tahu mengandung begitu banyak senyawa organik, seperti lemak, karbohidrat, dan protein. Limbah cair ini juga mengandung tingkat keasaman chemical oxygen demand (COD) dan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi.

Baca Juga: RI Miliki Pembangkit Listrik dari Limbah Sawit Senilai Rp27 Miliar

Kandungan senyawa ini akan mencemari sungai dan menurunkan kualitas air di sungai. Dampak yang terlihat jelas adalah banyaknya ikan mati, gangguan kesehatan, dan menimbulkan bau tidak sedap.

Melihat hal ini, salah satu pengusaha tahu di Desa Langensari, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Saeful Hakim, memanfaatkan limbah tahu untuk kebutuhan lain. Dia mengubahnya menjadi biogas untuk kebutuhan rumah tangga.

Dia melakukan ide pembuatan biogas sejak adanya teguran dari Satgas Citarum Harum pada 2018. Dia diminta untuk mengolah limbah produksi tahu, karena sebelumnya ia langsung membuang limbah tersebut ke sungai.

“Sejak saat itu saya mulai membangun instalasi pengolahan air limbah produksi tahu,” kata Saeful di pabrik tahu miliknya.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Limbah tahu mengandung gas-gas, yaitu metana (CH4), amonia (NH3), hydrogen sulfide (H2S), dan karbondioksida (CO2). Butuh waktu dan proses agar gas ini dapat dimanfaatkan.

Proses pembuatan tempat pengolahan limbah tahu membutuhkan waktu berminggu-minggu. Dia belajar dari internet tentang pembuatan biogas dan mulai membeli peralatan untuk dirakit.

“Saya merakitnya selama satu bulan dan menghabiskan biaya sekitar Rp30 juta,” tambahnya.

Dalam setiap percobaan tentu ada beberapa proses yang harus dijalani, sama halnya dengan Saeful. Banyak proses yang harus ia jalani dan tidak langsung jadi begitu saja. Keuletan dan semangat pantang menyerah, membawa dirinya pada sebuah keberhasilan.

“Awalnya lumayan susah, tapi dengan terus berusaha, akhirnya berhasil,” kata pria 34 tahun itu.

Instalasi pengolahan limbah miliknya mampu menampung 8.000 liter air limbah tahu. Limbah itu dialirkan ke tangki penampungan yang ada di bawah sedalam tiga meter, yang ditutup dengan beton.

Limbah di fermentasi selama satu hingga dua minggu untuk menghasilkan gas metana. “Paling bagus itu satu bulan, tapi bergantung pemakaiannya juga,” tambahnya.

Setelah gas metana dihasilkan, dia mengalirkannya melalui pipa yang sudah tersambung dengan selang kompor di dapur untuk memasak. Setelah keran gas dibuka, api akan muncul saat dipancing dengan korek.

“Api yang keluar dari kompor memang tidak stabil seperti gas LPG, tapi ketika dipakai untuk memasak, suhu panasnya tidak kalah unggul,” kata Saeful.

Baca Juga: Tiga PLTS Siap Perkuat Sistem Kelistrikan Lombok

Dia juga menjelaskan saat pemakaian hampir tidak mencium aroma apa pun dari gas. Namun, lama kelamaan akan terasa bau gas, tapi tidak terlalu menyengat. Cara ini dirasa tidak berbahaya, meskipun di bawah tanah yang dipijaknya ada gas dengan tekanan tinggi.

Jika gas dalam keadaan lemah atau habis, tangki akan dibuka dan ampasnya akan digunakan untuk pakan ternak. Dia akan membagikan biogas ke tetangga terdekat menggunakan sambungan pipa, sekitar 5 sampai 10 rumah.

Tetangga hanya perlu menyiapkan pipa sambungannya. Menurut Saeful, penggunaan gas hasil pengolahan limbah tahu dapat mengganti pemakaian tabung gas LPG di rumahnya.

“Lumayan, pengeluaran bisa ditekan hingga Rp1 juta, biasanya membutuhkan empat tabung gas ukuran 12 kg selama satu bulan,” ungkap Saeful.

(Fandy)

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini