Jaipongan, Tari

Posted April 18, 2018
Written by
Salah satu prom tari daerah di DKi Jakarta.
Tari Jaipongan merupakan tari kreasi bam dari
daerah Jawa Barat yang diangkat dari beberapa
kesenian, seperti kesenian Ketuk Tilu
dan Seni Pencak Silat. Pada dasamya, tarian
ini adalah tari rakyat, yakni suatu tari pergaulan
dengan pola gerak menyesuaikan irarna
lagu yang dibawakan oleh musik pengiringnya.
Tari pergaulan yang berdasarkan pada
tarian rakyat Ketuk Tilu yang memasukkan
unsur-unsur Penca dengan mengurangi unsur
erotiknya yang dipopulerkan oleh Gugum
Gumbira, Tati Saleh dan Euis Komariah menjelang
akhir 1970-an. Gugum Gumbira yang
menguasai permainan Penca berkeinginan
untuk menampilkan tari rakyat Ketuk Tilu
yang sangat populer di seluruh Tatar Sunda,
walaupun namanya berbeda-beda di setiap
Salah satu profil tari daerah di DKI Jakarta. Tari Jaipongan merupakan tari kreasi baru dari daerah Jawa Barat yang diangkat dari beberapa kesenian, seperti kesenian Ketuk Tilu dan Seni Pencak Silat. Pada dasarnya, tarian ini adalah tari rakyat, yakni suatu tari pergaulan dengan pola gerak menyesuaikan irama lagu yang dibawakan oleh musik pengiringnya.
Tari pergaulan yang berdasarkan pada tarian rakyat Ketuk Tilu yang memasukkan unsur-unsur Penca dengan mengurangi unsur erotiknya yang dipopulerkan oleh Gugum Gumbira, Tati Saleh dan Euis Komariah menjelang akhir 1970-an. Gugum Gumbira yang menguasai permainan Penca berkeinginan untuk menampilkan tari rakyat Ketuk Tilu yang sangat populer di seluruh Tatar Sunda, walaupun namanya berbeda beda di setiap tempat seperti doger (di Karawang), Banjar (di Subang), Longser (di Sumedang). Untuk itu Gugum mempelajari tari-tarian tersebut di berbagai daerah seperti Karawang, Subang, Cianjur, Sukabumi dan juga daerah Priangan Timur. Gugum memperkaya dengan gerak kaki dan tangan yang berasal dari penca, sehingga jaipongan lebih dinamis. Dalam waktu yang singkat  jaipongan menjadi populer, tidak hanya di kalangan rakyat di kampung-kampung yang merupakan pemilik asal ketuk tilu, melainkan juga di kalangan pejabat dan kaum menengah terpelajar di kota-kota. Jaipongan dipertunjukkan tidak hanya di pentas-pentas pagelaran, melainkan juga di tempat-tempat orang hajatan. Kemudian juga dipertunjukkan di televisi.
Meskipun ada kritik yang menyebut  jaipongan vulgar dan terlalu erotis sehingga dianggap tidak sesuai dengan kehalusan budi orang Sunda, namun tarian itu malah kian populer. Tidak hanya di Tatar Sunda, melainkan juga di Jakarta, bahkan di Bali pun jaipongan dipertunjukkan bagi para tamu. Timbul berbagai sanggar tari jaipongan yang sering pula berpraktek mesum terutama di pinggir jalan raya sepanjang pantai utara Jawa Barat, atau di dekat daerah-daerah wisata. Di Jakarta tumbuh grup-grup jaipongan yang mengadakan pertunjukkan setiap malam yang dikunjungi lelaki-lelaki iseng seperti grup-grup doger pada tahun 1950-an. Kepopulerannya di kalangan masyarakat menengah mungkin dapat dipahami kalau membandingkan dengan tayuban yang populer pada masa sebelum perang.