Share

Sekuel 'Sang Pencerah' Ditolak GPNU

Amir Tejo, Okezone · Jum'at 15 April 2011 13:34 WIB
https: img.okezone.com content 2011 04 15 206 446379 miMB0JH5Jq.jpg Poster film Sang Pencerah (Foto:Ist)
A A A

SURABAYA - Gerakan Penyelamat Nahdlatul Ulama (GPNU) menolak keras rencana sutradara Hanung Bramantyo membuat film sekuel Sang Pencerah yang bercerita tentang pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari.

GPNU khawatir kekurangpekaan Hanung dalam isi materi film hanya akan mengundang kontrovesi hingga menimbulkan keresahan warga Nahdliyin.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Menurut Ketua GPNU M Khoirul Rijal, Hanung memang sukses membuat film Sang Pencerah yang bercerita tentang tokoh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Namun, Khoirul meragukan kepekaan suami Zaskia Adya Mecca itu dalam penggarapan skenarionya.

Pasalnya, dalam setiap serial film yang bertopik soal agama, Hanung kerap mengundang kontroversi dalam hal skenarionya. Buktinya, dalam film ? (Tanda Tanya), Hanung menyebut Banser sebagai pekerjaan.

"Ini kan bukti kedangkalan pengetahuan Hanung soal isi materi yang disajikan sehingga terkesan merendahkan institusi Banser," papar Khoirul.

Contoh lain, film Perempuan Berkalung Sorban. Selain mengisahkan kebobrokan pesantren dan kyainya, juga terkesan mendukung Komunisme. Misalnya, sebagaimana terlihat adanya pencitraan sejumlah santri menjadikan buku-buku sastrawan kiri sebagai bacaan wajib. Padahal, itu tidak ada dalam novelnya.

Kontroversial dalam sebuah film memang bisa memiliki nilai positif karena merupakan bagian dari sistem marketing. Semakin menuai pro dan kontra, akan semakin mengundang minat masyarakat untuk menonton. Namun jika kontroversi sengaja diciptakan dalam film, lebih-lebih yang menceritakan soal perjuangan tokoh agama, itu malah akan mengundang sentimen negatif sebagian kelompok pengikutnya.

Sentimen tersebut bisa saja menjadi konflik agama karena timbulnya rasa kebencian. "Jika hal yang sama akan dilakukan pada film KH Hasyim Asy'ari, GPNU khawatir nanti akan mengundang kemarahan warga Nahdliyin," katanya.

(ang)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini