Kajian Shahih Bukhari Hadis Nomor 3; Kondisi Nabi Saat Terima Wahyu di Gua Hira

BincangSyariah.Com – Pada hadis nomor 3 ini, Imam al-Bukhari menjelaskan mengenai kejadian pertama kali Rasulullah saw. menerima wahyu di gua Hira. Pertama kali Nabi menerima wahyu di gua hira itu pada usia genap empat puluh tahun. Akan tetapi, sebagian sejarawan menyebut empat puluh tahun lebih sepuluh hari, dan ada yang menyebut juga lebih dua bulan. Sejarawa berbeda catatan mengenai tanggal turun wahyu. Ada yang berpendapat pada hari Senin 17 Ramadhan, atau 24 Ramadhan, atau 18 Ramadhan. Bahkan al-Masudi menyebut Nabi menerima wahyu pada hari Senin tanggal 10 Rabiul Awal. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab ‘Umdatul Qari.

Sebagai seorang manusia, tentu Nabi merasakan rasa takut seperti manusia pada umumnya saat pertama kali merasakan sesuatu hal yang tidak umum terjadi pada manusia. Pada potongan hadis di bawah disebutkan bahwa Nabi merasa takut terhadap dirinya. Ulama berbeda pendapat mengenai maksud Nabi takut tersebut. Menurut Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, makna takut yang paling tepat di sini adalah Nabi takut meninggal, atau sakit parah disebabkan peristiwa penerimaan wahyu tersebut. Berikut kisah Nabi pertama kali menerima wahyu di gua hira. (Baca: Kronologi Permulaan Datangnya Wahyu kepada Nabi Muhammad)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ المُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ: أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ – وَهُوَ التَّعَبُّدُ – اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ العَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ

Diceritakan dari Yahya bin Bukair; dari al-Laits; dari ‘Uqail; dari Ibnu Syihab; dari ‘Urwah bin al-Zubair; dari Aisyah ummul mu’minin. Ia bercerita bahwa wahyu pertama yang diterima Rasulullah itu mimpi yang benar. Rasulullah tak pernah bermimpi kecuali mimpinya itu seperti cahaya pagi. Beliau diberikan keinginan kuta untuk menyendiri. Akhirnya beliau pun menyendiri di gua Hira dan bertahanuts atau beribadah beberapa malam lamanya sebelum kembali pada keluarganya untuk mempersiapkan bekal ibadah kembali. Beliau pun menemui Khadijah untuk mempersiapkan bekal kembali. Sampai pada suatu ketika kebenaran itu datang saat Rasulullah berada di gua Hira.

فَجَاءَهُ المَلَكُ فَقَالَ: اقْرَأْ، قَالَ: «مَا أَنَا بِقَارِئٍ»، قَالَ: “فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأَكْرَمُ} العلق: 2

Malaikat pun mendatangi Rasulullah dan memintanya membaca, “Bacalah.” Rasulullah menjawab, “Aku tak dapat membaca.” Rasulullah bercerita, “Malaikat pun memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali, “Bacalah.” “Aku tak dapat membaca,” jawab Rasulullah. “Malaikat pun memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali untuk yang kedua kali, “Bacalah.” “Aku tak dapat membaca,” jawab Rasulullah. “Malaikat pun kembali memegang, memeluk, lalu melepaskanku, dan memintaku membaca kembali untuk yang ketiga kali, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, Tuhanmu itu Maha Pemurah (QS Al-‘Alaq; 2).”  

فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ، فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، فَقَالَ: «زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي» فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ، فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الخَبَرَ: «لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي» فَقَالَتْ خَدِيجَةُ: كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ، وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ

Rasulullah saw. kembali pada (Khadijah) dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khuwailid dan meminta diselimuti, “Selimuti aku, selimuti aku.” Rasulullah pun diselimuti hingga rasa takutnya hilang. Beliau menceritakan kepada Khadijah mengenai kejadian di gua Hira itu, “Khadijah, aku takut terhadap diriku.” “Tidak apa-apa suamiku, Demi Allah, Allah tak akan menghinakanmu selamanya. Engkau itu pribadi yang suka bersilaturahim, menanggung orang kesulitan, membuat orang fakir memiliki profesi, melayani tamu, dan membantu agen-agen kebaikan.  

فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ العُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ يَكْتُبُ الكِتَابَ العِبْرَانِيَّ، فَيَكْتُبُ مِنَ الإِنْجِيلِ بِالعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ، وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ، فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ: يَا ابْنَ عَمِّ، اسْمَعْ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ، فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ: يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى؟ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى، فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ: هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى، يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا، لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوَ مُخْرِجِيَّ هُمْ»، قَالَ: نَعَمْ، لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا. ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ، وَفَتَرَ الوَحْيُ

Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdil‘uzza, sepupu Khadijah, yang beragama Nasrani pada masa Jahiliyah. Ia pandai menulis buku berbahasa Ibrani. Ia juga menulis kitab Injil dalam bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat (dikunjungi) itu ia sudah tua renta dan buta. “Sepupuku, coba dengarkan cerita ponakanmu ini,” kata Khadijah pada Waraqah mengenai Rasulullah.

Waraqah bertanya pada Rasulullah, “Ponakanku, apa yang kamu alami?” Rasulullah pun menjelaskan kejadian saat di gua Hira. “Ini adalah Namus yang Allah turunkan pada Nabi Musa. Seandainya saja aku masih muda dan masih hidup saat kaummu mengusirmu,” jelas Waraqah pada Rasulullah.

“Apakah aku akan diusir oleh mereka?” tanya Nabi pada Waraqah. “Iya, karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti. Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu semampuku. Waraqah tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu meninggal dunia pada masa kekosongan wahyu.

ARTIKEL LAINNYA

ARTIKEL TERBARU