Diperkirakan Badai Matahari Mencapai Puncaknya pada 2024, ini Dampak Positif dan Dampak Negatifnya

Spread the love
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Jakarta, bidikankameranews.com – Beberapa waktu lalu pembicaraan tentang badai matahari ramai dibicarakan media sosial. Namun, sebenarnya fenomena apakah ini?

Mengutip laman Wonderopolis, Selasa (16/1/2024) badai matahari dijelaskan sebagai istilah untuk efek atmosfer yang dirasakan Bumi akibat peristiwa tertentu yang terjadi di Matahari. Pada waktu itu, Matahari mengeluarkan semburan energi yang sangat besar dalam bentuk lidah api dan lontaran massa koronal (CME).

Prosesnya dimulai dengan ledakan besar di Matahari. Ledakan ini menghasilkan lidah api yang kekuatannya setara dengan miliaran bom nuklir.

Bersama dengan lidah api, CME juga ikut dilepaskan. Ketika CME menghantam Bumi, badai geomagnetik bisa terjadi. Badai ini mengganggu cara kerja satelit dan jaringan listrik.

Fenomena ini pernah terjadi pada bulan Februari di tahun 2011. CME yang dihasilkan dari lidah api Matahari mengganggu komunikasi radio di seluruh Tiongkok.

Sejak saat itu penelitian dilakukan dan para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang badai matahari. Hasilnya ditemukan ada siklus matahari baik per hari, per minggu, hingga puncaknya terjadi 11 tahun sekali.

Dari penelitian ini, para ilmuwan memperkirakan siklus aktivitas matahari akan mengalami puncak badai matahari pada tahun 2024. Namun benarkah begitu?

Puncak Badai Matahari 2024
Dikutip dari Unilad, memang setiap 11 tahun sekali Matahari melewati fase yang dikenal dengan solar maksimum. Fase ini menyebabkan permukaan matahari dipenuhi dengan bintik-bintik gelap.

Setiap bintiknya bisa menembakkan energi ledakan yang dahsyat ke planet lain karena adanya perubahan medan magnet di Matahari. Sebelumnya, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperkirakan puncak matahari berikutnya akan dimulai pada akhir tahun 2025.

Namun, sebuah studi baru dilakukan oleh fisikawan asal India yakni Dr Dibyendu Nandi dari IISER Kolkata Center of Excellence in Space Sciences, India. Ia menjelaskan bila badai matahari bisa terjadi di awal tahun 2024.

Sayangnya, ia tidak bisa mengetahui seberapa besar intensitas hingga konsekuensi yang timbul dari badai matahari ini. Namun yang pasti, bila badai matahari hebat terjadi kerusakan orbital pada satelit akan terjadi.

“Badai yang paling hebat terkadang dapat mengakibatkan kerusakan orbital yang sangat besar pada satelit-satelit yang mengorbit rendah Bumi dan mengganggu layanan berbasis satelit seperti jaringan komunikasi dan navigasi,” ungkapnya.

Ketika ditanya mengapa prediksinya bisa berbeda dengan NASA, Nandi menjelaskan bila siklus matahari pada dasarnya bervariasi. Panjangnya bisa sembilan hingga 14 tahun.

Jadi, 11 tahun adalah periode rata-rata yang ditentukan dengan rata-rata periode individual dari semua siklus matahari yang diamati di era modern.

Selaras dengan Nandi, ilmuwan di National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) Space Weather Prediction Center (SWPC) juga memprediksikan bila fenomena solar maksimum terjadi antara Januari dan Oktober 2024.

Puncaknya akan terjadi lebih awal, lebih kuat, dan bertahan lebih lama meskipun tidak ada tanggal pasti kapan kejadian ini akan terjadi.

Setiap waktunya, para ilmuwan terus memperbaharui jumlah bintik matahari baru yang terjadi melalui statistik hingga model dinamo matahari. Mereka juga menghitung aliran gas yang terionisasi di dalam matahari sehingga menghasilkan medan magnet bintang yang bisa menggerakan matahari.

“Tidak seperti prediksi siklus matahari sebelumnya, perkiraan ini akan terus diperbarui setiap bulan seiring tersedianya pengamatan bintik matahari baru. Ini adalah perubahan yang cukup signifikan,” ujar Mark Miesch ilmuwan surya di NOAA.

Dampak Badai Matahari
Ada dampak positif dan negatif badai Matahari yang bisa dirasakan masyarakat Bumi. Dampak positif adalah pemandangan indah yang tidak bisa dirasakan setiap waktunya.

Ketika memasuki fenomena solar maksimum, Space.com menjelaskan bila Bumi bisa mendapat pertunjukan yang luar biasa dengan hadirnya aurora borealis (cahaya utara di kutub utara) dan aurora australis (cahaya selatan di kutub selatan). Kedua fenomena ini dipicu oleh partikel energi yang diarahkan ke kutub Bumi.

Partikel tersebut bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen di atmosfer Bumi. Sehingga aurora indah bisa tercipta.

Fenomena indah kedua yang bisa terjadi berhubungan dengan gerhana matahari total pada 8 April 2024. Selama gerhana, bulan akan menutupi seluruh piringan matahari yang menyebabkan atmosfer luar matahari atau yang dikenal dengan corona bisa terlihat.

Selama aktivitas matahari meningkat, corona akan semakin aktif dan pemburu gerhana bisa melihat lingkaran plasma raksasa yang memanjang keluar dari matahari. Kejadian ini sangat jarang terjadi lho!

Selain dampak positif, dampak negatif juga akan dirasakan Bumi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, badai geomagnetik bisa terjadi karena ledakan plasma yang dikenal dengan lontaran massa koronal.

Hal ini mempengaruhi jaringan listrik, sinyal GPS, hingga satelit bisa keluar dari orbitnya. Jika hal ini terjadi, astronot bisa mengalami risiko radiasi.

Untuk itu, diperlukan prosedur pengamanan untuk mengurangi berbagai risiko yang timbul karena kejadian ini.

“Kita tidak bisa mengabaikan cuaca luar angkasa, tapi kita bisa mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri kita sendiri,” tegas NASA.


Spread the love
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Gerhana Matahari Total dan Gerhana Matahari Cincin Akan Terjadi di Tahun 2024

Kam Jan 18 , 2024
Spread the love       Jakarta, bidikankameranews.com – Sejumlah fenomena menakjubkan akan menghiasi langit Bumi pada tahun 2024 ini. Salah satunya adalah […]