Ragam

Mitos dan Fakta Bunga Edelweis, Berkaitan dengan Adat Suku Tengger dan Keabadian

Bunga Edelweiss (sumber: pexels/Andreea Airinei)
Bunga Edelweiss (sumber: pexels/Andreea Airinei)

Surabaya (beritajatim.com) – Bunga Edelweis adalah tanaman langka dilindungi yang keberadaannya berkaitan dengan mitos.

Bunga Edelweis menjadi sorotan masyarakat usai kasus komunitas motor trail yang merusak tanaman ini saat mengikuti acara di Ranca Upas, Ciwidey, Kabupaten Bandung.

Kejadian itu menuai respon dari banyak kalangan, salah satunya Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Hal ini karena jenis Edelweis yang dirusak adalah Edelweis rawa yang diketahui sangat langka, hanya tumbuh di dua tempat di seluruh dunia.

Baca Juga:  4 Fakta Menarik Bendera Merah Putih, Salah Satunya Berasal dari Mitologi Austronesia

Baca Juga: Wahyu Kenzo Ditangkap, Karangan Bunga Berjejer di Polresta Malang Kota

Mitos dan Fakta Bunga Edelweis, Berkaitan dengan Suku Tengger dan Keabadian

Bunga Edelweis ternyata punya beberapa mitos dan fakta yang bahkan juga berhubungan dengan ritual kepercayaan. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

1. Mitos Bunga Edelweis Simbol dari Keabadian Cinta

Bunga edelweis adalah simbol keabadian dari cinta. Hal ini karena ia mekar dan tidak layu dalam waktu yang lama.

Mitosnya yang berkembang dalam masyarakat, ketika seseorang memberikan bunga ini pada kekasihnya, maka hubungan mereka pun akan abadi.

Namun, jangan coba-coba untuk memetik bunga Edelweis. Bukannya sang kekasih akan bangga menerima bunga ini, yang ada justru bisa terjerat undang-undang.

Sudah lama ada larangan untuk memetik bunga Edelweis. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kado Valentine Day, Selain Bunga dan Coklat

2. Fakta-Fakta Tentang Bunga Edelweis

– Bunga edelweis bisa tumbuh hingga mencapai tinggi 4 meter. Serta dapat hidup di ketinggian 1.700 sampai 2.700 meter di atas permukaan laut. Tapi untuk edelweis rawa hanya tumbuh di media rawa atau yang menyerupai.

– Edelweis mampu hidup hingga 10 tahun lamanya.

– Edelweis erat menjadi bagian dari kebutuhan adat. Bagi masyarakat Suku Tengger di dataran tinggi Bromo, bunga edelweis bukan sekadar bunga tetapi juga media ritual adat, seperti ritual Leliwet, Karo, Entas-Entas, dan Kasada. Suku Tengger juga menyebut edelweis sebagai tana layu yang berarti tidak layu. Dari sinilah akhirnya edelweis kerap disebut juga sebagai bunga badai.

– Bunga edelweis ternyata telah ditemukan peneliti di Indonesia lebih dari 200 tahun yang lalu, sekitar tahun 1819. Bunga ini ditemukan pertama kali oleh seorang naturalis berkebangsaan Jerman yang bernama Georg Karl Reinwardt ketika ia berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.

Demikianlah mitos dan fakta terkait bunga langka dan abadi, Edelweis. (kai/ian)


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks

Komentar

Form komentar ditutup