Mantanku, semen dan air di Sukolilo

Saya tiba-tiba teringat akan 3 tahun yang lalu ketika saya “nembak” pacar (sekarang udah mantan) saya di lereng Pegunungan Kapur Utara tepat di sisi selatan desa Kedumulyo, salah satu dari 4 desa di kecamatan Sukolilo kabupaten Pati yang rencananya akan dijadikan lokasi pabrik semen oleh PT Semen Gresik. Desa lainnya adalah Kemisik, Gadudero dan Sumbersoko.

Meskipun pada waktu itu konsentrasi saya lebih tertuju pada calon mangsa (pacar) saya, namun eksotisme pegunungan Kapur Utara (Pengunungan Kendeng) tersebut tak luput dari pengamatan saya. Pegunungan tersebut, yang membujur dari ujung barat Kabupaten Pati hingga ke timur di Kabupaten Lamongan, merupakan salah satu kawasan karst yang ada di Indonesia.

Pegunungan Kapur Utara di Sukolilo Pati

Pegunungan Kapur Utara di Sukolilo Pati

Salah satu yang saya pahami adalah, daerah karst merupakan daerah resapan air. Karena struktur tanahnya yang yang berbatu gamping, air hujan dengan mudah meresap ke dalam tanah hingga membentuk ceruk-ceruk, gua bahkan sungai di bawah tanah yang akhirnya air tersebut keluar menjadi sumber mata air yang mampu terus mengalir hingga berbulan-bulan di musim kemaraupun. Mungkin ini yang dimaksud oleh guru biologi di MTs (setingkat SMP) saya dulu, sebagai bagian dari daur hidrologi.

Sebuah fakta unik saya dapatkan dari sebuah koran pinjaman yang saya baca ketika bosen menunggu pacar saya yang ngaret; 90% suplai air di Sukolilo berasal dari kawasan Pegunungan Kapur Utara ini. Sedikitnya terdapat 78 mata air di kecamatan ini dengan debit bervariasi dari 1 liter/detik hingga 178,9 liter/detik.

Sebagai contoh adalah Sumber lawang (178,9 liter/detik ) yang terletak di Dusun Tengahan, Desa Sukolilo yang mampu memenuhi kebutuhan air lebih dari 2000 KK di Kecamatan Sukolilo untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti: mencuci, MCK, ternak, kebutuhan dasar sehari-hari dan sebagai saluran irigasi untuk lebih dari 4000 hektar areal persawahan. Bahkan sumber ini juga telah dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik mikrohidro untuk memenuhi kebutuhan listrik di dusun tersebut.

Sebuah anugerah buat masyarakat di sekitar Pegunungan Kapur Utara mengingat saudara-saudaranya yang berada di Pati sebelah timur laut (Juwana) lebih sering merasakan kekurangan air (kekeringan) tatkala musim kemarau dan surplus air (kebanjiran) tatkala musim penghujan. Dan tidak mungkin tidak, anugerah itupun akan berlalu akibat eksploitasi yang dilakukan oleh PT Semen Gresik. Tentunya atas izin pemkab Pati dengan mengatasnamakan demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat Pati.

Tak terbayangkan rantai kerugian yang diderita jika niatan itu pada akhirnya akan terlaksana. Dari sisi “air” (saja) yang terpikirkan oleh saya yang bukan pakar (saja) sudah sedemikian kompleknya. Belum lagi sisi ekologi yang lain yang katanya daerah karst mempunyai ekosistem yang unik. Yang katanya di sana merupakan habitat kera. Yang katanya banyak tempat-tempat indah semisal Gua Wareh, Gua Lawa, Gua Pancur, Tebing-tebing buat panjat tebing. Sisi ekonomis, pertanian, budaya pencemaran lingkungan dan lain sebagainya.

Saya pernah diajak demo oleh seorang rekan pecinta alam untuk menentang pembangunan pabrik semen tersebut. Tapi saya ‘menyukai’ Semen Gresik karena tembok rumah saya menggunakan semen ini. Demikian juga rumah mantan pacar saya, rumahnya pak Sarpan, seorang warga Kedumulyo yang saya titipi motor saya pas saya ke sana untuk nembak pacar (sekarang mantan) saya.

Saya juga ewuh sama pak bupati, karena pas pilkada, saya tidak ikutan nyoblos. Masa orang golput ikutan ngeritik, gak etis! Dan biarlah teman saya itu pergi setelah menganugerahiku gelar “tak peduli”. Hanya hatiku yang berdoa semoga pendirian pabrik itu tidak jadi dan tempat kenanganku nembak pacar (sekarang mantan) saya tetap utuh terjaga sebagaimana juga mata air di sana yang terus mengalir tanpa henti (dan) hingga jauh. Bukan berubah menjadi air mata. Dan sepertinya doaku mulai terkabul.

Tentang alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di kerusakan alam, lingkungan hidup, Pati, renungan dan tag , , , , , , , , , . Tandai permalink.

32 Balasan ke Mantanku, semen dan air di Sukolilo

  1. maskario berkata:

    ba- ba-iklah klo be-begitu! pegunungan kendheng yang meliuk-liuk, bila kupandang dari hamparan sawah disepanjang jln kenangan Kayen Tambakromo. ak serahkan padamu.

  2. Ping balik: Daftar SMP dan MTs Negeri di Pati | Alamendah's Blog

  3. Ping balik: Alamku sayang alamku malang | Alamendah's Blog

  4. Ping balik: Gunung Api Purba Nglanggeran Yogya Calon Geopark? | Alamendah's Blog

  5. Ping balik: Pecinta alam vs penikmat alam | Alamendah's Blog

  6. Ping balik: Saat Kita Mencumbui Alam dengan Penuh Gelora | Alamendah's Blog

  7. Ping balik: Kawasan Karst Indonesia Potensi dan Ancaman | Alamendah's Blog

  8. desiana berkata:

    kalo boleh tau dapet data mata air dan debitnya dari mana ya ? terimakasih ditunggu jawabannya 🙂

Tulis Komentar Sobat

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.