Geliat Beternak Kelinci Pedaging

Geliat Beternak Kelinci Pedaging

Foto: dok. pribadi


Kesadaran gizi masyarakat untuk mengonsumsi daging berprotein tinggi dan rendah lemak, membuat peluang pasar daging kelinci mulai terbuka 
 
 
 
Pemenuhan protein hewani memiliki kontribusi besar guna mendukung ketahanan pangan nasional. Kelinci merupakan komoditas ternak yang jarang terekspos di kalangan masyarakat sebagai produk olahan daging. Daging kelinci memiliki kandungan protein tinggi 20,80 % dan lemak rendah 10,20 %, dengan demikian daging kelinci digadang-gadang menjadi alternatif penyedia daging sehat di Indonesia.
 
 
Seperti dilakukan Masyhuri Azhar, peternak kelinci asal Desa Bumiaji, Kota Batu Jawa Timur yang sudah mulai mengembangkan budidaya kelinci sejak lima tahun silam. Ia menuturkan alasannya memilih budidaya kelinci pedaging karena belum banyaknya kompetitor. Belum adanya pesaing dari perusahaan besar, sehingga mantap mengembangkan budidaya ternak kelinci. Ditambah saat ini, masyarakat telah sadar akan gizi yang baik untuk dikonsumsi. 
 
 
“Artinya kalau daging kelinci kadar proteinnya lebih tinggi daripada daging broiler (ayam pedaging), sapi dan juga kambing. Kontrol pemeliharaannya pun lebih mudah dibandingkan dengan komoditas lainnya. Semakin banyak masyarakat sadar akan gizi yang baik, otomatis permintaan semakin tinggi. Yang ingin beternak pun semakin banyak,” terang pria yang akrab disapa Huri kepada TROBOS Livestock.
 
 
Diawali dengan memelihara kelinci lokal sebanyak 20 ekor pada Maret 2015, Huri pun mulai beralih ke kelinci pedaging pada 2015. “Baru 2015 mulai beternak kelinci pedaging dengan populasi 16 ekor yang terdiri dari  8 jantan dan 8 betina,” jelasnya.
 
 
Seiring perkembangan waktu, populasi kelinci yang dimiliki Huri saat ini sebanyak 502 ekor, yang terdiri dari 20 ekor pejantan, 146 ekor induk betina, 84 ekor kelinci berumur 3 – 5 bulan dan 252 ekor kelinci lepas sapih. “Lokasi kandang yang sekarang ini merupakan lokasi yang ketiga, sebab kandang sebelumnya hanya muat untuk 100 ekor kelinci. Sedangkan disini lahannya lebih luas yaitu 800 meter, rencana ke depan akan diisi 1000 ekor kelinci,” ungkap pria yang mempunyai Azhar Farm Indonesia ini.
 
 
 
Beternak Kelinci Pedaging
Huri mengatakan bahwa saat ini tren budidaya kelinci pedaging mulai marak. Peternakan kelinci pedaging mulai banyak berkembang di beberapa daerah Jawa Timur diantaranya, Bojonegoro, Jember, Blitar dan Pasuruan. Pria lulusan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur ini menjalin kemitraan dengan beberapa peternak kelinci di berbagai daerah tersebut. “Saya mengembangkan kemitraan dengan beberapa peternak kelinci. Setiap kota saya wajibkan untuk menyediakan kandang breeding (pembibitan) dan penggemukan. Kandangnya harus berbeda lokasi,” jelasnya.
 
 
Sementara dalam peternakannya, ia dibantu oleh kedua anak kandangnya untuk mengurus kandang breeding. Sedangkan kandang pembesaran dititipkan pada 20 peternak plasma yang disebar, namun masih dalam satu desa. Kurang lebih sebanyak 50 ekor kelinci setiap minggunya disebar kepada 20 peternak plasma.
 
 
“Penjualan karkasnya meliputi daerah Batu dan Malang, Jawa Timur serta beberapa dikirim keluar pulau seperti Makassar, Sulawesi Selatan dan Samarinda, Kalimantan Timur. Untuk kelinci hidup sebagai indukan juga dijual ke Medan, Sumatra Utara dan Riau. Untuk penjualan karkas sudah ada langganan yang mengambil setiap minggunya pada Jumat, Sabtu dan Minggu,” jelas Huri.
 
 
Dia mengakui bahwa setiap minggunya dibutuhkan 100 kg daging kelinci untuk memenuhi kebutuhan permintaan dengan harga karkas yang dijual senilai Rp. 80.000 per kilogram. Pembeli daging sebanyak 3 orang pemilik warung sate kelinci, yaitu di daerah Alun-Alun Batu, Payung wilayag Songgoriti dan Bumiaji, Kota Batu. “Kelinci yang siap dipotong berumur 3 bulan dengan bobot badan rata-rata 2,5 kg dan betina yang tidak masuk ke dalam seleksi bibit,” cetusnya.
 
 
Untuk penjualan bibit kelinci, dikemukakan Huri tidak pasti, namun saat ini trennya semakin banyak yang berminat dengan kelinci pedaging. “November kami mendapat pesanan untuk mengirim 100 ekor bibit kelinci”. Bibit kelinci pada umur 5 bulan telah siap dikawinkan. Jenis bibit kelinci pedaging ini adalah new zealand hibrida dengan harga Rp. 500.000 per ekor. 
 
 
 
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi 233/Februari 2019
 

 
Livestock Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain