The Storm Runner: Gabungan The Lightning Thief, The Red Pyramid, dan Diary of A Wimpy Kid versi Mitologi Maya

Identitas Buku Judul : The Storm Runner (The Storm Runner #1) Penulis : J. C. Cervantes Penerbit : Disney Hyperion Tahun terbit : 2019 Cetakan : I Tebal : 426 halaman Harga : Rp167.000,- ( softcover ); Rp294.000,- ( hardcover ) ISBN : 9781368023603 Genre : High fantasy , fantasi urban , mitologi, petualangan, coming of age , middle grade   Tentang Penulis J. C. Cervantes atau juga dikenal dengan nama Jennifer Cervantes adalah seorang penulis New York Times best-selling . Dia tumbuh besar di San Diego, California, dekat dengan perbatasan Tijuana. Di sanalah diriny

Ouranos, Tipikal Laki-Laki yang Tidak Bertanggungjawab (Saran: Jangan Dijadikan Suami!)

Ouranos

The Protogenos of the Sky
The First God of Sky
Father of the Titan
The Sky Father



Ouranos adalah salah satu dari protogenos. Ia adalah manifestasi dari langit dan dengan begitu, ia menjadi Dewa Langit (God of the Sky). Wujud Romawinya adalah Caelus yang berarti “langit.” Terkadang orang-orang Romawi juga menyebutnya Uranus.

Seperti halnya protogenos lain, Ouranos juga diciptakan oleh Chaos, Dewa Ketiadaan (Protogenos of the Void). Ada kisah yang menceritakan bahwa dia adalah anak dari Gaea, Dewi Bumi (Goddess of the Earth), melalui parthenogenesis. Ada pula yang mengatakan bahwa Ournaos dan Gaea adalah anak-anak dari Dewa Kelahiran Phanes (God of Generation) dan Dewi Malam Nyx (Goddess of Night).

Ouranos memiliki wujud sebagai pria dewasa, seperti bapak-bapak dengan janggut rapi dan rambut yang panjang. Tubuhnya besar dan kekar, terlihat sangat berkarisma dan rupawan. Tubuhnya ditutupi jubah yang terkadang berwarna biru langit dengan bercak-bercak putih seperti awan dan terkadang berwarna gelap dengan titik-titik putih bertaburan seperti bintang. Ouranos sangat suka berada di langit, terbang bebas di angkasa dan mengawasi semuanya dari atas sana.

Orang-orang Yunani Kuno percaya bahwa langit adalah sebuah kubah besar yang melapisi bagian atas bumi. Kubah tersebut berfungsi sebagai pelindung bumi.

Ouranos dapat disejajarkan dengan Dewi Langit Nut (Goddess of the Sky) dari mitologi Mesir. Ouranos juga dapat disejajarkan dengan Dyaus Pita sang Bapak Langit (The Sky Father) dari mitologi Hindu. Di dalam mitologi suku Maya, Ouranos dapat disejajarkan dengan Alom, Dewa Langit (God of Sky). Selain itu, Ouranos dapat disejajarkan dengan Dewa Langit Anshar (God of Sky) atau Dewa Langit dan Raja pada Dewa Anu (God of Sky and King of the Gods) dari mitologi Sumeria-Mesopotamia serta Dewa Langit Nyame (God of Sky) dari mitologi Afrika Barat.

***

Menikahi Gaea dan Membuang para Cyclops Tertua dan Raksasa Tangan Ratusan


Gaea, Dewi Bumi
Istri Ouranos
Pada permulaan zaman, Dewi Gaea adalah dewi tercantik. Banyak sekali dewa yang tersihir kecantikannya, termasuk pula Ouranos. Ouranos sendiri pun dikenal sebagai dewa paling tampan dan berkarisma pada saat itu. Menjadi manifestasi dari langit yang agung membuat ia juga terlihat agung dan perkasa. Tentulah Gaea jatuh hati padanya. Pada akhirnya, mereka berdua menikah.

Pernikahan mereka mula-mulanya sangat bahagia dan penuh cinta. Mereka bahkan memiliki dua belas anak, enam laki-laki dan enam perempuan. Anak-anak tersebut adalah para Titan. Mereka besar dan berwujud mirip manusia. Mereka mirip para protogenos karena mereka juga hidup abadi, tetapi mereka tidak sekuat para protogenos.

Nama-nama Titan pria adalah: Oceanus, Hyperion, Krios, Koios, Iapetus, dan Kronos. Sementara itu, nama-nama Titan wanita adalah: Theia, Themis, Mnemosyne, Thethys, Phoebe, dan Rhea.

Gaea amat mengasihi anak-anak mereka tersebut, tetapi tidak dengan Ouranos. Setelah mereka memiliki anak sebanyak itu, Ouranos mulai menjadi tidak bertanggungjawab. Ouranos jarang turun ke bumi dan lebih banyak menghabiskan waktu di langit. Dia masih belum siap untuk menghadapi anak-anak. Menurut dia, pria gagah sepertinya tidak cocok untuk mengurusi bayi.

Gaea tidak masalah dengan hal tersebut. Bagaimanapun, Gaea adalah Dewi Bumi, ia mampu mengurus dua belas anak sekaligus. Seiring berjalannya waktu, para Titan mulai beranjak besar, mereka lebih sering menghabiskan waktu sendiri dengan urusan masing-masing, melakukan hal-hal yang mereka suka. Mereka jarang menemani Gaea, ibu mereka.

Ouranos mendapati Gaea yang sedang sendirian dan berwajah murung karena merasa kesepian, ia rindu Ouranos, ia rindu anak-anak mereka. Kemudian, Ouranos turun ke bumi demi menghibur istrinya tersebut. Mereka menghabiskan waktu bersama dalam cinta dan kasih. Selama beberapa hari Ouranos menemani Gaea, lalu ia kembali ke langit, tempat ia berkuasa karena seorang protogenos tidak boleh lama-lama meninggalkan wilayah kekuasaannya.

Beberapa bulan kemudian, Gaea melahirkan. Ia melahirkan tiga anak kembar. Mereka berwujud besar dan gemuk. Mata mereka hanya satu, berukuran besar, dan berada di tengah-tengah wajah mereka. Tubuh mereka yang besar menjadikan mereka cukup kuat. Mereka adalah tiga cyclops pertama yang dijuluki sebagai Cyclops Tertua. Nama-nama mereka adalah Arges, Brontes, dan Steropes.

Gaea mengasihi anak-anaknya tersebut. Dia dengan senang hati merawat bayi-bayi kecilnya itu. Namun, tidak bagi Ouranos. Ketika ia melintas di langit dan mendapati Gaea bersama ketiga Cyclops Tertua, ia langsung turun menghampiri mereka.

Ouranos bertanya kepada Gaea, “Siapakah tiga makhluk menjijikkan ini?”

Gaea kemudian memperkenalkan anak-anak mereka tersebut. Ouranos terkejut mendengarnya. Tidak mungkin ia yang rupawan dan penuh karisma memiliki anak seperti para Cylcops Tertua yang menjijikkan itu. Mustahil sekali baginya. Ia tidak dapat mengakui itu.

Ouranos kemudian mengikat ketiga Cyclops Tertua dengan rantai yang terbuat dari kegelapan malam. Kemudian, dilemparkan olehnya tiga makhluk tersebut ke Tartarus, Jurang Kegelapan, tempat di mana Ouranos tak akan pernah melihat mereka lagi.

Gaea menyaksikan peristiwa tersebut dalam diam dan horror. Hal itu tentu mengejutkan baginya. Akan tetapi, Ouranos tidak merasa begitu. Tidak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya saat membuang para Cyclops Tertua.

Gaea sang Ibu Bumi murka kepada suaminya, “Kau gila! Mereka itu anak-anak kita!”

Dengan arogannya, Ouranos balas menjawab, “Jangan bercanda kau! Tak mungkin aku sang Penguasa Kosmos memiliki anak buruk rupa seperti mereka! Kau sebaiknya jaga bicaramu terhadap ku. Aku adalah Raja Dunia, Penguasa Kosmos!”

Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Ouranos kembali ke langit, meninggalkan Gaea yang menangis dalam amarah dan kesedihan.

Kesedihan Gaea menyebabkan seluruh dunia berguncang, seluruh dunia gempa. Para Titan berkumpul menemui ibu mereka, cemas dengan kondisi sang Dewi Bumi. Gaea lantas menjelaskan semua kejadian tersebut, kejadian tentang Ouranos yang membuang para Cyclops Tertua ke Tartarus. Gaea berniat untuk menumbuhkan kebencian di hati para Titan terhadap sang Bapak Langit. Akan tetapi, cerita-cerita tersebut justru membuat para Titan takut – mereka khawatir jika membuat Ouranos marah, mereka juga akan dibuang ke Tartarus.

Berabad-abad berlalu. Gaea sudah mulai bisa merelakan anak-anaknya. Akan tetapi, Gaea masih murung karena sendirian dan membutuhkan teman. Melihat Gaea yang bermurung hati, Ouranos merasa iba. Kemudian, dihampirilah sang Ibu Bumi olehnya. Ouranos menghibur Gaea, meminta maaf atas apa yang ia lakukan. Malam itu, menjadi malam romantis bagi mereka berdua. Karisma Ouranos menyihir Gaea. Membuatnya memaafkan Ouranos dengan mudah. Sekali lagi, mereka menghabiskan beberapa hari bersama dalam penuh cinta.

Hekantonkheire, Raksasa Tangan Ratusan,
anak-anak Ouranos
Berbulan-bulan kemudian, Gaea melahirkan kembali. Ia melahirkan tiga anak kembar sekali lagi. Anak-anaknya kali ini bukan Titan atau Cyclops, mereka adalah ras baru. Wujud mereka besar dan tinggi sekali, melebihi gunung-gunung. Tubuh mereka juga kuat dan bahkan mereka dapat mengangkat gunung-gunung yang besar. Mereka memiliki seratus tangan dan lima puluh kepala di mana tiap-tiap kepalanya memiliki ekspresi yang berbeda. Anak-anak Gaea tersebut dinamakan Hekantonkheire atau Raksasa Tangan Ratusan. Nama-nama mereka adalah: Briares, Cottus, dan Gyges.

Tentu saja Gaea merawat mereka dengan senang hati. Gaea menyayangi anak-anaknya tanpa peduli wujud mereka seperti apapun. Akan tetapi, Ouranos tidak seperti itu. Ketika ia melintasi langit, ia mendapati istrinya tengah bermain-main dengan para Raksasa Tangan Seratus. Kemudian, Ouranos menghampiri mereka. Tanpa bicara apapun, sang Dewa Langit mengikat para Hekantonkheire dengan rantai kegelapan malam, lalu membuang mereka ke Tartarus.

Gaea menyaksikan peristiwa tersebut dalam horror. Dia teringat kejadian yang menimpa para Cyclops Tertua beberapa abad lalu. Semua terasa bagaikan de ja vu. Amarahnya tidak bisa ia bendung lagi. Berbagai sumpah serapah meluncur keluar dari mulutnya. Ia memaki Ouranos, “Dasar kau kejam! Pria berengsek! Apa yang kau lakukan kepada anak-anakku?"

“Sudah ku bilang agar jaga bicaramu, Gaea! Akulah Raja Kosmos. Aku yang memimpin dunia. Kekuasaan milikku adalah langit, tempat tertinggi di seluruh semesta.”

“Diam kau, Ouranos! Jika bukan karena aku, kau tidak akan ada!”

Ouranos menampar wajah Gaea. Tentu itu mengejutkan bagi sang Dewi. Kemudian, sang Bapak Langit kembali ke angkasa, meninggalkan Gaea yang masih terdiam.

Ouranos lupa fakta bahwa Gaea-lah yang meminta Chaos untuk menciptakan dirinya. Kekuasaan Ouranos atas langit, tempat tertinggi di dunia, di atas tempat-tempat lainnya, telah menjadikan ia sombong. Ouranos menjadi buta kekuasaan.

***

Pembunuhan Pertama di Dunia

Sementara Ouranos berada di atas langit, Gaea tengah menangis di bumi. Tangisannya menyebabkan seluruh dunia kembali dilanda gempa. Para Titan langsung berkumpul menemui ibu mereka yang sedang bersedih dan menanyakan apa yang terjadi.

Kemudian, Gaea menciptakan sebuah senjata pertama di dunia, yakni Sabit Batu. Sabit batu tersebut dibentuk dengan murka sang Ibu Bumi dan dimantrai dengan berbagai kutukan untuk Ouranos.

Setelah itu, Gaea memberikan tawaran kepada para Titan untuk membunuh Ouranos dengan menggunakan sabit tersebut. Gaea menawarkan kekuasaan atas seluruh kosmos dan langit untuk siapapun yang berani mengambil Sabit Batu tersebut dan membunuh Ouranos. Para Titan jelas merasa tidak nyaman dengan ide membunuh tersebut, belum pernah terjadi pembunuhan di dunia saat itu.


Tiba-tiba, ada seorang Titan yang mengangkat tangannya. Dia bersedia mengambil kesempatan untuk membunuh Ouranos. Titan tersebut bernama Kronos.
Kronos, Titan termuda,
Putra Ouranos

Kronos adalah Titan bungsu, yang paling muda di antara dua belas Titan. Menjadi anak bungu membuat ia muak berada di bawah bayang-bayang kakak-kakaknya. Semua orang selalu membandingkan Kronos dengan kakak-kakaknya. Bagi Kronos, inilah kesempatan emas untuk membalikkan keadaan. Jika Kronos menjadi Penguasa Kosmos, pasti seluruh makhluk akan tunduk dan hormat kepadanya.

Untuk menyukseskan rencana pembunuhan tersebut, Kronos meminta bantuan dari saudara-saudaranya: Hyperion, Krios, Koios, dan Iapetus. Kronos menjanjikan kekuasaan atas empat wilayah mata angin kepada mereka.

Malam harinya, Gaea sudah bersiap. Ketika Ouranos turun demi memenuhi undangan Gaea, Ouranos tertegun melihat istrinya. Dia mengenakan gaun terbaiknya – gaun hijau mewah yang dihiasi dedaunan dan juga batu-batu mulia. Rambut hitam sang dewi juga ditata sedemikian rupa, tampak cantik dan anggun. Gaea memakai wewangian yang harum semerbak, berbau mawar dan melati. Senyum Gaea begitu manis, berhasil membuat Ouranos tergoda.

Ouranos menghampiri istrinya tersebut. Mereka duduk mesra bersama di bawah bintang-bintang. Ouranos memuji kecantikan Gaea, dia sangat terkesan dengan usaha Gaea untuk memperbaiki hubungan mereka. Ouranos juga meminta maaf tentang para Cyclops Tertua dan juga Hekantonkheire. Ia tidak bermaksud kejam, ia hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka adalah anak-anaknya. Sementara itu, Gaea hanya menanggapi Ouranos dengan senyum atau sesekali tertawa kecil. Begitu menggoda wajah Gaea, membuat Ouranos tak bisa menahan diri. Ouranos mendekatkan wajahnya dengan wajah Gaea, lalu berciumanlah mereka berdua.

Ciuman tersebut membuai Ouranos. Pikirannya dibuat mengawan-awan. Ia menjadi lengah terhadap sekelilingnya. Di saat itulah para Titan muncul.

Ouranos terkejut dengan kemunculan mereka. Tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Hyperion, Krios, Koios, dan Iapetus langsung memegangi kaki dan tangan Ournaos, membuat sang Dewa Langit tidak bisa bergerak. Mereka menahan Ouranos agar tetap menyentuh bumi, terpisah dari wilayah kekuasaannya, yaitu langit. Gaea dan para Titan tertawa penuh kemenangan. Melihat wajah Ouranos yang bingung dan panik membuat mereka merasa berjaya, teruta. Akhirnya, tiba saatnya untuk Gaea membalas Ouranos.

Semakin lama tertahan di bumi, Ouranos semakin lemah. Tenaganya sudah berkurang sehingga ia lebih mudah ditaklukan.

Kronos muncul dengan mengangkat Sabit Batu miliknya tinggi-tinggi. Kronos dan Gaea tertawa penuh kemenangan. Hanya dalam beberapa menit lagi, pembunuhan pertama di dunia akan terjadi.

“Apa-apaan ini? Gaea! Apa yang terjadi?”

“Tenang saja Ouranos,” jawab Gaea, “Kau tidak perlu cemas. Sebentar lagi, kau tidak akan pernah bisa melihat anak-anakmu untuk selamanya. Mereka akan bebas di bumi, sedangkan kau akan binasa!”

“Oh Ouranos sang Bapak Langit,” ujar Kronos sambil memegang Sabit Batu miliknya, “Tidak kusangka kalau Bapak Langit dapat ditumbangkan oleh anak-anaknya sendiri. Kau memalukan! Kau tidak pantas menjadi Penguasa Kosmos!”

“Diam kau, Kronos! Aku kutuk kau! Suatu hari nanti, kau juga akan bernasib sama denganku! Anak-anakmu akan menghabisi mu. Mereka juga akan menggulingkan kekuasaan mu sebagaimana apa yang kau lakukan kepadaku,” ujar Ouranos kepada Kronos sang Titan.

Meliae, Nymph Pohon Abu,
Jenis Dryad Pertama di Dunia
Tanpa pikir panjang, Kronos langsung mengebiri Ouranos, memotong alat kelaminnya. Ouranos menjerit, merintih, memohon dibebaskan. Kronos melanjutkan aksinya. Ia memotong-motong tubuh Ouranos menjadi berkeping-keping. Darah emas Ouranos – ichor, darah kaum abadi – terciprat ke mana-mana. Darah tersebut tidak hanya terciprat dari tubuh Ouranos, tetapi juga berjatuhan dari langit seperti hujan. Kemudian, sisa-sisa jasad Ouranos dibuang oleh Kronos ke laut.

Cipratan-cipratan darah Ouranos tersebut memiliki esensi Ouranos, lalu jatuh di tanah subur yang mengandung esensi Gaea. Dari sanalah terlahir para nymph, yakni roh-roh alam berwujud perempuan.

Darah Ouranos yang bercampur tanah juga melahirkan tujuh pohon abu dan setiap pohon abu memiliki personifikasi. Mereka dinamakan Meliae, nymph pohon abu (nymphs of ash-tree). Ketujuh Meliae tersebut diyakini sebagai dryad pertama. Mereka memiliki julukan “yang terlahir dari darah” karena mereka lahir dari darah Ouranos. Di kemudian hari, mereka menjadi ibu dari ras manusia di Zaman Perunggu, zaman sesudah banjir besar. Ketujuh Meliae tersebut akan bereinkarnasi menjadi benih tumbuhan ketika mereka mati.

Satyr, Roh Hutan Separuh Manusia
dan Separuh Kambing
Beberapa cipratan darah juga terjatuh di hutan. Esensi Ouranos dan esensi Gaea bercampur di sana sehingga lahirlah para satyr. Satyr adalah roh hutan (forest spirit) dengan wujud pria setengah kambing, pria di bagian atas dan kambing di bagian bawah. Mereka juga memiliki sepasang tanduk kambing dan telinga kambing di kepala mereka. Para satyr memiliki keahlian dalam bermain musik; alat musik mereka biasanya adalah suling bambu atau suling daun. Musik yang mereka mainkan biasanya memiliki kekuatan sihir hutan yang sakti. Dalam kebudayaan Romawi, mereka lebih dikenal dengan sebutan faun, meskipun keduanya memiliki perbedaan.

Erinyes, Roh-Roh Pembalasan
dan Hukuman
Ada pula cipratan darah Ouranos yang terjatuh di tempat gelap sehingga menyebabkan terciptanya pada Erinyes. Mereka adalah roh-roh pembalasan yang berjumlah tiga. Nama-nama mereka adalah: Alecto (Amarah), Megaera (Dendam), dan Tisiphone (Pembalas). Mereka adalah monster berwujud wanita dengan kulit berwarna kelabu-coklat yang pucat. Mulut mereka dipenuhi taring berwarna kuning. Mata mereka berkilat dengan tatapan haus darah. Mereka memiliki sayap seperti sayap kelelawar. Kaki mereka memiliki cakar-cakar setajam silet. Para Erinyes bersenjatakan cambuk api yang selalu mereka pakai untuk menyiksa korban mereka. Di zaman-zaman kemudian, para Erinyes melayani Hades, Dewa Orang Mati (God of Dead) – mereka bertugas menghukum jiwa manusia jahat, terutama mereka yang pernah membunuh keluarga mereka sendiri. Wujud Romawi mereka adalah Dirae.

Beberapa cipratan darah juga mengenai kegelapan malam milik Nyx sehingga menyebabkan kelahiran Lyssa, roh kegilaan. Lyssa adalah roh yang merupakan manifestasi dari kegilaan, terkadang dia juga disebut sebagai Dewi Kegilaan (Goddess of Madness). Dia mewakili aspek kegilaan, amukan, dan rabies pada hewan. Wujud Romawinya adalah Ira, Furof, atau Rabies.

Sementara itu, jasad Ouranos yang dibuang ke laut terombang-ambing ombak. Jasad tersebut juga mengandung esensi Ouranos. Esesnsi Ouranos berpadu dengan esensi Dewi Laut Thalassa dan kemudian melahirkan Aphrodite, Dewi Cinta dan Kecantikan (Goddess of Love and Beauty).

Setelah pembunuhan tersebut, Ouranos tidak sepenuhnya mati. Ouranos hanya tidak dapat lagi mewujud dalam bentuk fisik. Ia tetap hidup, tatapi dalam wujudnya sebagai langit. Ia tidak lagi memiliki cukup kesadaran untuk menghadirkan wujudnya sebagai Dewa Langit.

***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar